Natha tersenyum palsu, berpura-pura bahagia ternyata tidak sulit senyum itu terus mengembang. Meski Natha tidak banyak menyebar undangan ternyata diluar dugaannya terlalu banyak yang datang hingga hampir saja ia mengumpat jika Adrey tidak menarik pinggangnya merapat tiap kali ia ingin mengumpat, seakan ia tau apa yang ingin dilakukan Natha.
Adrey tau tidak jauh dari mereka mata Asley tidak pernah lepas dari pengantinnya dan itu membuat ia tidak nyaman dan merasa kesal.
Tangan Adrey menarik Natha untuk merapa lebih dekat ketubuhnya bukan ia tidak tau jika Natha terus menghela napas kasar yang hanya bisa ia dan Natha yang mendengarnya.
"kau tau aku merasa seperti kau tergila-gila padaku saat ini" entah dari mana datang kekuatan itu Natha mengeluarkan suaranya dengan gigi bergerumutuk namun tetap dihiasi senyuman ia berbicara tapi sama sekali tidak memandang lawan bicaranya.
"aku benci jika apa yang sudah menjadi milikku diincar orang lain"
"memangnya apa yang menjadi milik mu?" benarkan hingga sekarang susah sekali bagi Natha menggunakan akal sehatnya.
"kau berpura-pura bodoh atau memang bodoh" Adrey berdecak dengan kesal
Satu hal yang paling dibenci Adrey yaitu orang yang berpikir lamban dan susah nalar menurutnya orang seperti itu kurang berlatih dan kurang mengisi otaknya dan hal itu ada pada wanita yang kini menjadi istrinya.
"aku tidak suka orang yang berpikir lambat"
"tadi benci orang yang ini sekarang benci orang yang itu katakan saja membenci semua orang apa susahnya" gerutu Natha dengan suara kecil hingga Adrey mendengarny dengan samar-samar.
Natha dapat sekarang tipe lelaki seperti apa Adrey pemilih, suka merendahkan orang lain, tidak suka ini tidak suka itu mungkin pria disampingnya itu yang kini menjabat menjadi sumainya itu hanya mencintai dirinya sendiri.
Mata biru kehijauan Natha menatap tajam Adrey "ternyata kehidupan menjadi pengacara terlalu berat untuk mu pasti kau menahan semua sifat mu dengan bermulut manis didepan para klien mu"
Natha berdecak dan teringat surat yang dituliskan pria disampingnya penuh denga kata-kata manis dan satu kata yang mampu membuat Natha jatuh hingga kedasar ketika membaca kritikan terakhir tulisan tangan pria itu.
"ah begitulah pengacara bukankah paling pintar jika soal berkata-kata"
Adrey merasa terganggu dengan perkataan Natha hingga ia menoleh dan menatap mata milik wanitanya itu, Adrey terkesiap ia memperhatikan wajah istrinya terutama mata biru kehijauannya, pasti kotak lens lagi Adrey mencoba meyakinkan dirinya.
"tidak heran jika kau mau menikah dengan ku pasti kau tau sepak terjang karir ku"
"oh tuhan sadarkanlah manusia disamping ku ini"
Natha mengangkat tanganya seakan-akan benar-benar berdoa. Semua itu tidak luput dari perhatian Asley seharusnya dia yang berada disana bukan adiknya, tangannya mencengkram erat gelas kaca digengamannya.
"aku tidak menyangka bisa salah pencetakan nama pada undangan bukankah itu kesalahan fatal"
Asley tersenyum sinis "apapun bisa terjadi, kau tidak akan pernah tau apa yang akan terjadi didepan" Asley menatap tajam lawan bicaranya "kami mencetak undangan ditempat yang sama pada hari yang sama"
Pria itu terkekeh dan mengedikkan bahu. Seseorang menepuk bahu Asley dan berbisik ditelinganya membuat Asley bedecak kesal tapi tetap mengangguk dan menyuruh orang itu mengambilkan sesuatu.
Seorang wanita dengan gaun berwarna merah maroon dan heels tinggi berjalan dengan santai wajahnya tersenyum namun matanya tentu saja tidak, jika tidak dipaksa ia juga tidak akan datang ketempat ini.
Ketika matanya menangkap Asley yang mulai berjalan kearahnya ia menghela napas lelah dan tetap mencoba berjalan dengan santai.
"kau pikir tidak membahayakan anakku jika kau memakai alas kaki setinggi itu dan" Asrey memperhatikan wanita dihadapannya dari atas hingga bawah "baju mu apa kau pikir anakku tidak sesak didalam sana jika kau memakai baju seketat itu"
Wanita itu mengerjapkan matanya tidak percaya jika Asley akan mengeluarkan nada sinis seperti itu seumur-umur ia mengenal Asley pria dihadapannya itu selalu sopan dan tidak pernah berkata kasar dan sinis itulah yang membuat semua wanita ingin berdekatan dengannya.
"kau yakin sekali jika yang ku kandung anakku mu jika bukan bagaimana"
Asley berdecak kesal dan berjongkok mencoba melepaskan hells wanita itu, ia mengankat kaki wanita itu di pahanya membat sang empunya kaki berjengit kanget hampir saja terjungkal.
"apa-apaan kau Asley berdirilah mereka memperhatikan kita" wanita itu berbisik kesal sambil membungkukk di samping telinga Asley pipinya memerah karena malu.
Asley sama sekali tidak menghiraukan apapun yang dikatakan wanita itu ia malah memasang sandal yang baru saja dibawakan oleh sekretarisnya dikaki mulus wanita itu.
"Almeera kau sudah datang nak?"
Suara lembut Amira membuat pipi Almeera bertambah merah, gelapan Almeera menjawab pertanyaan calon mertuanya itu dengan senyum kikuk.
"i..iya"
Almeera merapikan bajunya dengan gugup dan berjalan kearah bentangan tangan Amira untuk dipeluk.
"wah ternyata kau lebih cantik dari pada yang dipajang dimajalah-majalah"
Bibir bawah Almeera terasah perih karena ia mengigitnya entah kenapa perkataan Amira membuatnya ingin menangis.
Amira melirik sekilas heels milik Almeera yang ditentang Asley "aku baru tau ada seorang ibu yang tidak memikirkan calon bayi yang tersiksa karena ibunya" ucapan itu diucapkan dengan nada lembut namun mampu membuat setan dalam diri Almeera keluar begitu saja lagi pula ia sama sekali tidak ingin bermanis-manis dengan siapapun sekarang ini.
"kau tau nyonya bahkan yang menelantarkan anaknya saja banyak" jawab Almeera tidak kalah lembutnya.
Kali ini bukan Almeera lagi yang merasa sakit hati melainkan Amira yang merasa tidak bisa bernapas sama sekali, apa ibu calon cucunya itu mengetahui semua tentang kehidupan mereka.
"sudah Al" Asley meraih tangan Almeera mencengkramnya dengan erat ia kesa sekarang "mom maafkan Almeera mungkin ia tidak bisa mengontrol emosinya karena ia sedang mengandung mom kami permisi dulu"
Amira tidak menjawab ia merasa tertohok dengan perkataan Almeera, ya dia tau ia bukan ibu yang baik tidak perlu orang lain mengingatkannya.
"kau tidak seharusnya berkata seperti itu kepada ibuku, apa kau tidak pernah diajari sopan santun?"
Bukan Almeera tidak pernah diajari sopan santun ia terlalu muak dengan semua sopan santun dan tatakrama ia bahkan hidup dilingkaran penuh tatakrama dan drama untuk apa sopan santun jika hanya bermuka dua percuma.
"haruskah aku belajar sopan santun demi ibumu? Baiklah besok datangkan semua guru untuk mengajariku sopan santun" sinis Almeera
"Al jangan mulai lagi" bisik Asley mencengkram tangan Almeera lebih kuat
"lepaskan tanganku kau tidak berhak atas diriku, kita lihat saja setelah tes DNA dirumah sakit Emerald jika anak ini bukan anak mu kau tidak perlu menjadi sok pahlawan"
Asley terkekeh santai dan menarik Almeera mendekat "kau pikir aku bodoh tidak tau siapa pemilik rumah sakit itu? Ah kau tidak mendengar ucapan dad ku ternyata coba dengar pengumuman pernikahan kita sayang"
Natha yang juga mendengar ucapan ayah mertuanya yang sedang mengumumkan pernikahan kakak iparnya terdiam tidak habis pikir kenapa tidak mereka saja yang terlebih dahulu menikah wanita Asley kan sudah mengandung.
___________________
Curhat lagi nih kira-kira ngajuin judul lagi gak ya? masih sakit hati sih....
Au ah.... mending aku sama si pengacara ganteng aja....

KAMU SEDANG MEMBACA
William's Queen (end)
ChickLitWilliam Adrey Walter, seorang pengacara handal dengan reputasi sempurna dimata semua orang harus pulang kerumah karena harus menggantikan kakaknya untuk menikahi seorang gadis yang sudah menjadi tunangan kakaknya.