Suara pelan ketukan di depan ruangan, membuat dada Adrey berdebar tidak karuan, berehem pelan untuk menetralkan degup jantungnya, merapikan kemejanya yang memang sudah rapi, mengusap pelan rambutnya agar tetap rapi. Ia membuat wajah sedatar mungkin dan membuka pintu dan...
"apa mau mu?" Adrey meringis mendengar suaranya sendiri, cocokkah dia berbicara seperti itu kepada mahasiswanya, terserah saja ia sedang kesal sekarang dan tidak pernah sekesal ini, di tambah pria di depan pintu ini, ugh...
"maaf sir, saya mencari Miss Spark"
"untuk apa kau mencarinya?" suara Adrey meninggi, karena sadar ia berdehem. "dia tidak ada di sini"
"oh, saya mencarinya karena biasanya beliau di sini Sir. Saya mencarinya untuk bimbingan karena beliau mengatakan jika minggu ini terakhir bisa menjumpainya"
"oh" hanya itu balasan Adrey. Ia tidak suka binar ceria yang di tunjukkan pria di hadapannya ini ketika mengucapkan setiap kalimatnya, ia bersyukur Natha tidak di sini.
"dia tidak di sini"
"baiklah, terima kasih Sir. Saya permisi" setelah menunduk ramah, pria itu berbalik meninggalkan Adrey dalam bimbang. Tanya, tidak, panggil, tidak, berulang kali suara itu ada di kepalanya hingga pria itu menghilang dan jawabannya tidak. Lagi pula ia tidak butuh pria perebut istri orang itu untuk mencari istrinya sendiri.
Brak
Adrey menghempaskan pintu dengan kasar. Sepulangnya dari bandara ia terus menghubungi Natha tapi ponselnya tidak aktif, jadi di sinilah dia menunggu kedatangan wanitanya yang tak kunjung datang.
Ponselnya berdering ia berharap itu Natha, tapi Natha tidak pernah menelponnya, jika di ingat lagi. Benar saja itu bukan Natha. Laury untuk apa sekretarisnya itu menghubunginya, dia sudah mengatakan jika hari ini ia libur - bolos lebih tepatnya.
Suara ketukan di pintu membuat Adrey merijek panggilan Laury dan merapikan duduknya.
"mas-"
Belum selesai Adrey mempersilahkan, orang itu sudah membuka pintu terlebih dahulu, dengan wajah masam ia berjalan santai membawa sebuah tas laptop dan meletakkannya di hadapan Adrey.
Tidak ada dosen maupun mahasiswa yang masuk ke dalam ruangannya tapa permisi, seperti wanita ini.
"apa and-"
"dari Nyonya Walter" tekan wanita itu dengan tatapan tajam menusuk.
"Queenatha?" jawab Adrey senang, Anne membalasnya dengan senyum culas, melirik Adrey dari atas hingga bawah, meremehkan kemudian berdecih, membuat Adrey ingin menendang wanita di hadapannya itu.
"sejak kapan Natha menjadi Nyonya Walter? Kau berhutang terima kasih kepada ku" Anne berbalik dengan dramatis dan berjalan ke pintu yang memang belum ia tutup.
"lalu siapa?"
Kening Anne mengernyit pura-pura berpikir "Emerald, Emerald Walter bukan?" ia terkekeh pelan dan menutup pintu sedikit kasar.
Adrey mendesah kasar, sejak kapan perempuan itu menjadi nyonya Walter, menjadi kekasihnya saja karena wanita itu memaksanya, jika tidak ia tidak akan tertarik sedikitpun degan wanita seperti itu, mereka hanya bertahan satu hari atau satu minggu ah entahlah ia lupa, mulut wanita itu tidak bisa di jaga jadi semua orang tau jika mereka berhubungan membuat Adrey tidak nyaman.
Sebenarnya Adrey masih belum siap bertemu dengan Natha, apa yang harus ia ucapkan nanti belum terpikir olehnya, ia sering mengata-ngatai Natha untuk menggunakan isi kepalanya yang kosong agar terisi, apa mungkin isi kepala seorang dosen kosong? Dan untuk kali ini ia berharap ada, karena ia masih malu untuk bertemu wanita itu, tapi ia sudah merindukan wajah polosnya. Hujat dia sesuka hati karena dulu mengatai wajah Natha terlihat tolol, itu hanya tamengnya untuk tidak terlalu cepat menyukai wanita itu, seperti Asrey. Ingatan adrey kembali ketika ia menjumpai kakaknya itu dengan wajah yang masih agak lebam, ia ingin memperingati Asley untuk menjauhi istrinya tapi yang ia jumpai malah istrinya.

KAMU SEDANG MEMBACA
William's Queen (end)
Literatura KobiecaWilliam Adrey Walter, seorang pengacara handal dengan reputasi sempurna dimata semua orang harus pulang kerumah karena harus menggantikan kakaknya untuk menikahi seorang gadis yang sudah menjadi tunangan kakaknya.