Bibir Natha naik ketika melihat wajah Adrey dari ujung matanya. Adrey pintar menyembunyikan raut kesalnya. Natha menikmati saja mobil yang terombang ambing kesana kemari karena bebatuan dibawahnya, jangan harap Natha akan memberitahukan jalan yang bagus dan cepat kepada pria disampingnya. Natha baru mengerti perkataan penyambutan Adrey untuknya ketika akan memejamkan mata tadi malam.
"kau tidak lapar?"
Begitu sampai didepan butik Pertanyaan itu keluar dari mulut Natha setelah begitu lama menahan lapar dari tadi belum ada yang masuk kedalam perutnya dan sekarang sudah menjelang siang mereka baru sampai disebuah butik.
"kau ingin mengajakku makan bersama? Berkenca?" Adrey terkekeh "maaf sepertinya aku kenyang lagi pula aku tidak ingin membuang waktu hanya untuk mengantarkanmu makan lihat disini tidak ada tempat makan" sindir Adrey dengan nada datarnya.
Natha menghela napas dan mengalihkan tatapannya ia berjalan mendahului Adrey, jika ia menanggapi perkataan Adrey sisa-sisa tenaga yang belum diisi akan terkuras habis.
Begitu pintu dibuka oleh seorang wanita Natha lasung bertanya tempat makan atau apapun tempat yang menyediakan makanan agar bisa mengisi perutnya yang benar-benar kosong.
"anda ingin memesan suatu nona?"
"tidak perlu biar aku saja yang pergi memesannya kesana" Natha menolak tawaran wanita itu namun sepertinya usahanya sia-sia, wanita itu tetap bersikokoh mempersilahkan Natha duduk dan membiarkan wanita itu memesankan sesuatu untuknya.
Tak lama setelah wanita itu meninggalkan Natha sendiri Adrey datang dan lasung duduk disampingnya.
"kau menunggu orang lain yang mengambilkan baju mu?"
Natha memiringkan kepalanya untuk menatap wajah Adrey keningnya berkerut bertanda jika ia tidak mengerti. Bodoh memang kapan ia bisa berpikir jika Adrey disampingnya.
"aku tengah menunggu seseorang" ujar Natha dan mengedarkan pandangannya keseluruh ruangan "lagi pula sepertinya baju ku sudah selesai dikecilkan"
Sekarang giliran Adrey yang memiringkan kepalanya dan menatap tajam dimanik coklat palsu itu dan tersenyum sinis.
"kau akan memakai gaun yang sama?" Adrey tersenyum sinis "kau pikir aku tidak bisa membelikan mu gaun baru?"
"aku tidak berpikir begitu" ucap Natha polos dengan wajah innocent seolah ia adalah gadis lugu yang berlebihan membuat Adrey berdecak dan memanggil seseorang.
"pilihkan gaun untuknya"
Setelah orang itu pergi mencari gaun untuk Natha tak lama wanita yang tadi Natha temui didepan datang dengan seorang pria disampingnya membawa nampan pesanannya.
Dengan senyum lesu Natha menyambut makanan yang sudah dihidangkan didepannya. Adrey hanya menatapnya tidak percaya, setelah kedua orang itu pergi dan Natha mulai menyamtap makanannya Adrey mengeluarkan kata-katanya yang membat Natha meletakkan kembali makanannya yang tadi hampir masuk kedalam mulutnya.
"aku tidak ragu lagi kenapa kakak ku bisa memilihmu menjadi calon istrinya. Ckckck jelas saja disaat didalam ruangan ini hanya gaun putih yang terpajang kau berani memaksa seorang pelayan memenuhi keinginanmu makan disini"
Dahi Natha berkerut dan menjawab "salahkan kakak mu yang memilihku" setelah ucapan itu keluar dari mulut Natha ia kembali mengisi perutnya yang benar-benar lapar saat ini.
Tidak, Ganti, jelek, sudah biasa, kau terlihat seperti badut, apa-apaan itu ganti, ku rasa memang badan mu saja tidak cocok dengan semua baju itu.
Terlalu polos, terlalu norak, kenapa tidak sebesar gajah saja berliannya, terlalu banyak batu, batu kali saja sekalian, jelek tidak ada hiasannya, kau ingin pamer dengan berlian seperti itu.
Natha memukul-mukul kepalanya didepan cermin, didalam toilet wanita bersyukur tidak ada orang disana. Ia pusing mendengar semua ocehan Adrey menolak semua baju yang dicobanya dan berakhir dengan gaun yang dibawakan sang pemilik toko.
Begitu pula dengan pemilihan cincin pria itu menyuruh semua orang untuk menunjukkan padanya disain terbaik dan berakhir dengan mendisain sendiri cincinya dan yang lebih parah semua saran yang dikeluarkan Natha karena tak ingin berlama-lama hanya dibaikan dengan ucapan lembut namun menusuk milik pria itu.
"bodoh sekali punya otak tidak bisa digunakan" gerutu Natha kepada dirinya sendiri "kau harus bisa membalas kata-kata pria itu Natha ayolah"
Natha menatap pantulannya didepan cermin. Kotak lens yang ia pakai benar-benar tidak cocok dengan wajahnya sekarang.
"pria itu tidak sedang membalas dendam bukan? Pasti dia sedang balas dendam" Natha mengangkat dagunya angkuh "kita lihat saja aku juga bisa melawan mu" Natha berjalan seakan ingin keluar kearah pintu namun kembali lagi kedepan cermin dengan wajah cemberutnya.
Ketika memejamkan mata membasuh wajahnya Natha berharap otaknya kembali dan bisa berpikir dengan sempurna ketika disamping pria itu tidak terintimidasi samasekali semoga saja bisiknya dalam hati.
Mata Natha menatap pantulannya yang begitu menyedihkan sweater croptop berwarna pink yang sudah mulai memudar melekat dibadannya, sebenarnya baju itu bukan Croptop melainkan baju lamanya yang tinggal dirumah, Natha menunduk agar bisa melihat rok biku selututnya yah memang benar-benar kacau sekarang penampilannya.
Pipi Natha menggembung dan tangannya menutup kepalanya dengan topi dari sweaternya kemudian menarik tali dikedua sisinya, ia terkesiap dan cepat-cepat menurunkan topinya memang sejak kapan ia begitu peduli dengan penampilan.
Setelah merapikan rambutnya yang hanya dicepol asal setelah membuka ikatan rambutnya ia melangkah keluar dari toilet memang dia peduli dengan semuanya terserah saja.
"kau sudah selesai?"
Natha hanya melirik Adrey dengan ujung matanya kemudiam berdehem dan duduk disamping Adrey, ketika ia akan berbicara suara Adrey lebih dulu ia dengar.
"setelah ini kita akan kepercetakan ada lagi orang yang ingin kau undang tuliskan saja listnya"
"tidak ada yang ingin aku tambahkan dari list yang diberikan ibu ku" Natha menghembuskan napasnya agar bisa mengeluar isi kepalanya kenapa harus sesulit ini "aku ingin semua acara diselenggarakan perkebunan dirumah orang tua ku" dengan satu tarikan napas Natha mengeluarkan suaranya.
Adrey mengernyit kemudian terkekeh tentu saja wanita ini ingin di perkebunan memangnya siapa yang akan datang jika semua acara dilakukan diluar perkebunan itu, Adrey mengangguk dan menghelapas bukankah lebih baik seperti itu.
______________________
"Natha kau benar-benar" ucap ibu Natha dengan geram melihat tingkah anak keduanya itu yang kini tengah santai duduk menyilangkan kakinya dan tanpa rasa bersalah membersihkan kukunya.
"jadi kau yang menikah dan teman mama dan papa yang datang, oh lebi baik mama saja yang menikah kalau begitu" ujar Carry kesal
Mata Carry menangkap tatapan tajam milik Darwin dari ujung matanya kemudian ia hanya cengengesan tidak jelas.
"pa" tegur Carry dengan manja membuat Natha mehela napas kesal "pa beritahu gadis kecilmu itu agar mengundang seluruh temannya dan semua rekan kerjanya" bujuk Carry kepada suaminya.
"biarkan saja ia ingin pesta pernikahan seperti apa terserah dia lagi pula jika mengundang seluruh temannya dalam waktu yang sebentar lagi kau yakin mereka akan datang tentu saja tidak"
"yap papa benar mereka tidak akan bisa datang mom percuma saja" ucap Natha dnegan semangat. "memangnya siapa yang ingin datang jauh-jauh perkebunan ini tempat yang tidak strategis sekali"
Carry menatap tajam putrinya "memangnya siapa yang mengubah tempat pesta di undangan itu pilihan mu hanya dua Natha kirimkan semua undangan kepada semua rekan kerja dan teman-teman mu atau pindahkan lokasi pesta"
"atau aku tidak akan menikah dan sepertinya lebih mudah lari dari pada harus menikah"
Carry hanya bisa menggeram kesal dan Darwin hanya menggelengkan kepalanya kemudian pria itu mengambil kembali korannya dan mulai santai kembali dengan bacaanya.
____________________
gimana caranya balikin mood sih... sumpah lagi gak mood banget mala ini jadi ini merupakan tumpahan ketidak moodtan aku hari serius sedari judul ditikung rasanya itu menyakitkan dan gak mood sama sekali buat ngerjain skrip sebodo amat deh....

KAMU SEDANG MEMBACA
William's Queen (end)
ChickLitWilliam Adrey Walter, seorang pengacara handal dengan reputasi sempurna dimata semua orang harus pulang kerumah karena harus menggantikan kakaknya untuk menikahi seorang gadis yang sudah menjadi tunangan kakaknya.