WQ- 9

27K 1.2K 6
                                        



Mata Natha focus menatap berita-berita di ponselnya ia masih membutuhkan inspirasi untuk tulisannya dan mungkin beberapa referensi. Kemarin selesai bertemu dengan orang yang akan menjadi majikannya dan menyetujui jika dua minggu lagi Natha akan menjadi pembantu dirumahnya, majikannya dengan riang menyanggupi sepertinya ini akan lebih sulit untuk menjadi natural.

Suara bel tidak membuat Natha bergeser dari duduknya masih tetap focus dengan ponselnya hingga beberapa kali baru ia sadar jika itu adalah suara bel apartemennya, mungkin tetangga tidak mungkin Adrey datang ke tempat tinggalnya sendiri menekan bel bukan kecuali pria itu sedang mabuk.

Ketika pintu terbuka Natha mematung melihat siapa yang berdiri didepan pintu dengan senyuman lembut seperti biasa pria itu berikan padanya. Dengan gugup Natha bertanya kepada Asley yang berdiri dihadapannya.

"ada apa?"

"kau tidak mempersilahkanku masuk?"

o..ohh.. Natha menjawab dengan tergagap dan mempersilahkan Asley masuk selayaknya tuan rumah yang baik.

"kau ingin minum apa?"

Asley masih tersenyum melongo kearah jendela kaca besar yang membuat cahaya pagi masuk kedalam apartemen.

"sepagi ini sepertinya jus dengan sarapan pagi enak"

Natha memutar bola matanya jengah Asley berjalan layaknya pemilik apartemen sedangkan pemiliknya saja tidak pernah dilihat Natha seperti pria itu dan lagi sarapan? Ok Natha memang belum sarapan ia masih tidak ingin mengisi lambungnya sepagi ini.

"ini bukan restoran atau café kau bisa mencari makanan diluar"

Bukannya marah Asley malah tertawa mendengar ocehan Natha, baru satu minggu tapi rasanya sudah lama sekali tidak mendengar suara merdu wanita itu.

"buatkan aku sarapan aku lapar pesawat ku baru saja mendarat"

"kau pikir aku pembantu mu? kenapa tidak sarapan saja di pesawat"

"ayolah berbaik hati padaku aku yakin kau juga belum makan tapi jika kau tidka mau juga tidak apa kita bisa makan diluar"

Suara Asley terdengar begitu menggoda hingga Natha merinding ketakutan dibuatnya, ia tidak tau entah kenapa setiap kali ia berdekatan dengan Asley ia lebih sering merasa ketakutan dibandingkan merasa diistimewakan.

"duduklah biar ku siapkan sebentar"

Dengan tangan bergetar Natha mengeluarkan ponselnya mencoba menghubungi Adrey namun bukankah ia tidak memiliki kontak Adrey? Lalu bagaimana? Mom? Parah wanita itu pasti akan curiga, lalu siapa berpikirlah Natha.

Cessa..

Nama itu terintas dikepalanya namun ketika beberapa kali ia hubungi tetap saja tidak ada jawaban dan terakhir ia hubungi nomor Cessa tidak bisa dihubungi begitu pula dengan manajernya ada apa sebenarnya.

"ada yang bisa ku bantu?"

Suara barithon itu megagetkan Natha membuat wanita itu tersenyum paksa dan meletakkan ponselnya disaku, Natha menggeleng dan berkata tidak membutuhkan bantuan pria itu namun tetap saja Asley mendekat setelah Natha bersikeras menccegah pria itu untuk mendekat barulah Asley mengalah dan duduk memperhatikan Natha. Tidak lama karena memang Natha sudah memesan makanan dari luar.

"biar ku bantu untuk menghidangkan"

Natha terlalu lelah menahan pria itu dan membiarkan saja pria itu sesuka hatinya memindahkan sarapan yang sudah selesai kemeja.

Awalnya sarapan berlangsung begitu hening Natha enggan untuk bertanya tapi ia kembali berpikir sebenarnya apa tujuan Asley datang?.

"ekhm.. sebenarnya ada tujuan apa kau datang kemari?"

Akhirnya suara Natha terdengar setelah menu sarapan mereka tandas tidak bersisa bukan Natha yang menghabiskan semuanya ia hanya makan omelet dan meminum jus, Asley yang menghabiskan semuanya roti, sosis, nugget, dua potong ayam goreng dan juga omelet, Natha hanya menggeleng melihat porsi makan pria itu.

"tentu saja untuk melihat mu honey"

"stop it Asley aku ini adik iparmu berhentilah bergurau"

Mata Asley menatap tajam Natha ada kepedihan disana "aku serius hon, aku tidak pernah bergurau jika itu tentang mu"

Natha meneguk ludahnya dengan kasar "baiklah katakan padaku aku apa tujuanmu yang sebenarnya? Ingatlah aku tetap adik ipar mu jangan memanggilku dengan sebutan 'itu'"

Disaat seperti ini dimana suaminya? What suami? Baru kali ini Natha menyesali jika pria brengsek itu tidak pernah pulang bahkan angin sekalipun tolong sampaikan pesan darurat kepada pria itu agar pulang sekarang juga.

"adik ipar ya? Ah aku lupa, dimana suami mu apa sepagi ini dia sudah tidak dirumah? Biar ku tebak dia meninggalkan mu tanpa kabar?"

Natha semakin gugup tidak tau harus menjawab apa, sedang Asley terkekeh ia hanya menebak dan sepertinya tebakkannya benar melihat raut gelisah dari gadis pujaannya itu, padahal kemarin ia hanya mendengar dari suara ibunya yang tengah menelpon Adrey pria itu belum pulang ternyata dari beberapa hari yang lalu dan harus menyelesaikan beberapa pekerjaan lagi hingga nanti acara pernikahan Asley.

"kau yakin jika dia pergi bekerja?"

"apa urusannya denganmu" sinis Natha

"oh baiklah honey tidak ada urusannya denganku" Alsey kembali terkekeh "aku kesini untuk menjemput mu, aku ingin kau hadir dihari pernikahan ku"

Hening sejenak "karena sepertinya adikku tidak berniat membawa istrinya"

Ada sengatan aneh yang menyakitkan ketika perkataan itu keluar dari mulut Asley, apa Asley sadar jika pria itu menyakitinya sekarang?

"kenapa aku harus ikut?" tantang Natha untuk menutupi sakit yang tidak ia ketahui apa penyebabnya

"aku tidak akan melangsungkan pernikahan jika kau tidak ada disana"

__________________________

"apa kau buta? Atau kau tuli? Asley istrimu disini dan kakak mu yang menjemputnya apa kau juga ingin melihat istrimu dan kakak mu mengingkrarkan janji untuk meresmikan hubungannya?"

Adrey mematung mendengar perkataan ibunya 'istrimu disini dan kakakmu yang menjemput' garis bawahi itu 'kakakmu yang menjemput' apa pria bodoh itu lupa jika yang ia bawa itu adalah istrinya.

"mom aku.."

"kau kenapa? Bekerja? Ok bekerjalah terus seperti itu tidak perlu pedulikan dunia sekitarmu dan bahkan tidak perlu kau pedulikan istrimu jika besok setelah Asley bercerai dengan jalangnya itu ku pastikan Natha menjadi kandidat calon yang paling tepat"

Dan setelah itu ponsel langsung mati Adrey meletakan ponselnya diatas meja dengan lemas, ia baru pulang kerja ketika hari sudah gelap ia bisa bernapas lega namun tidak ketika pulang menemukan lampu apartemennya belum hidup dan semua pertanyaan terjawab begitu tiba-tiba ibunya menelpon.

Adrey meremas rambutnya kasar dan juga mengusap wajahnya "jalang itu benar-benar" desisnya.

William's Queen (end)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang