'apa kau pulang malam ini?'
Natha sudah mengirimkan pesan itu dari siang tadi, masih tidak ada balasan hinga matahari sudah menghilang, memang masih tidak terlalu malam. Ini masih waktunya makan malam namun ia sudah menyerah untuk menunggu Adrey pulang. Kemarin sepulangnya bertemu Jenny dan Anne, Adrey mengiriminya pesan singkat, bahwa ia tidak pulang. Mungkin malam ini Adrey juga masih sibuk, entah sibuk dengan apa Natha tidak tau, Adrey hanya mengatakan, tidak pulang.
Tangan Natha meraih ponselnya sudah akan memesan makan malam untuk dirinya sendiri ketika pintu apartemen terdengar terbuka, ia meletakkan kembali ponselnya dengan gerakkan kaku tidak tau apa yang harus ia lakukan. Itu pasti Adrey.
"Sudah makan?"
Kepala Natha menggeleng otomatis. Adrey berjalan kearahnya dengan senyum aneh yang belakangan sering ia pamerkan kepada Natha. Kecupan di dahinya membuat Natha terkesiap dan gugup seketika, ini juga hal aneh yang di lakukan Adrey belakangan, namun awalaupun sudah beberap kali Adrey mengecup keningnya tetap saja Natha masih sering tidak terbiasa dengan sikap manis yang sepertinya Adrey paksakan itu.
Sebuah kantung kertas berisi makanan, Adrey letakkan di atas meja dan meminta Natha untuk menyiapkan makan malam mereka kemudian, ia berlalu ke kamar.
Natha menata piring di atas meja dengan hati-hati, ia berpikir kenapa hatinya tidak lagi berdebar menyenangkan seperti dulu jika di dekat Adrey, masih berdebar namun di iringi dengan rasa bersalah. Apa ia yang membuat Adrey menjadi lebih pendiam? Sepertinya iya, bukan, bukan sepertinya tapi memang benar.
"sudah" ujar Adrey mengejutkan Natha ketika meletakkan sendok, senyum itu lagi yang Adrey tunjukan.
Kepala Natha mengangguk dan duduk di kursinya Adrey ikut duduk. Mereka menyantap makanan dalam diam Natha dengan semua rasa bersalahnya, menunduk sambil mengunyah pelan makanannya. Adrey juga menunduk menatap lahap makanannya.
"Aku akan pergi" Natha memecah keheningan ketika mereka sudah duduk menonton acara TV yang entah apa dengan tangan Adrey yang memeluk bahu Natha dan sesekali mengelusnya.
"ha? Oh!" kemudian Adrey mengangguk "iya"
That's it?
Ya, memang hanya itu. Tidak ada lagi pertanyaan, minimal kemana? Atau kapan?. Memang apa yang Natha harapkan. Natha menatap TV di hadapannya dengan pikiran yang melayang entah kemana.
Boleh tidak ia bersandar di bahu suaminya? Bolehkan? Ya, memangnya siapa yang akan melarangnya, kecuali sang pemilik bahu. Kepala Natha sudah miring hampir menyentuh bahu Adrey ketika otaknya berbisik kemungkinan lainnya, ia kembali menegakkan kepalanya. Tapi tidak apakan jika ia mencurikesempatan? Ya, pasti tidak apa. Kepala Natha kembali akan bersandar namun otaknya kembali memikirkan hal aneh, bagaimana jika Adrey mendorongnya karena tidak terima, sungguh memalukan. Kepala Natha akan kembali tegak, namu...
"Auh..."
Keduanya mengaduh sambil mengelus kepala masig-masing, kemudian terkekeh. Tadinya Adrey juga ingin bersandar di bahu Natha ketika kepala Natha akan tegak jadilah kepala mereka berbenturan.
Senyum itu lagi!
Adrey merebahkan tubuhnya di sofa dan menarik Natha untuk bersandar di dada bidangnya. Begitu manis, tapi Natha tidak tau apa yang ada di kepala Adrey, mungkin hanya terpaksa karena kasihan padanya tidak dapat membalas cintanya yang bertepuk sebelah tangan.
--***--
TBC

KAMU SEDANG MEMBACA
William's Queen (end)
ChickLitWilliam Adrey Walter, seorang pengacara handal dengan reputasi sempurna dimata semua orang harus pulang kerumah karena harus menggantikan kakaknya untuk menikahi seorang gadis yang sudah menjadi tunangan kakaknya.