CL 23

548 36 37
                                    

Udara taman kota itu sangat sejuk, tidak ada polusi udara dan tidak ada polusi masa lalu yang melintas saat itu. Abel dan Cal duduk di salah satu kursi taman yang letaknya kira-kira di tengah-tengah taman itu.

Abel memperhartikan sekelilingnya, pagi itu tepat pukul 08:30, banyak orang yang mengambil kesempatan untuk berolahraga. Ada anak-anak, remaja, dewasa, bahkan lansia pun ada yang mengikuti olahraga khusus yang di gelar di tempat itu.

Dua gadis yang sedari bangun pagi tadi, belum pernah sarapan. Perutnya yang keroncongan akhirnya membuat mereka berdua menuju ke caffe yang letaknya tidak terlalu jauh dari taman itu.

Untung saja ada caffe yang buka sepagi itu di sekitar taman. Kalau tidak mereka berduapun harus keluar dari kawasan taman  tersebut untuk mencari caffe atau resto yang buka.

Memang sih ada beberapa pedagang kaki lima di sekitar kawasan taman tersebut, tetapi tentu saja tidak menjamin kesterilannya. Karena Abel mudah sakit kalau sembarangan jajan, jadi mau tidak mau mereka ke caffe atau resto sehat. Tapi itu tidak menutup kemungkinan kalau Abel suka jajanan pinggir jalan, tapi kali ini karena ada sahabatnya yang cerewetnya bisa mengalahkan guru toa rombengnya kalau soal menjaga kesehatan dirinya. Pasti sahabatnya ini akan seperti emak-emak rempong yang ngelarang anaknya jajan ini itu. Akhirnya Abel pasrah saja, toh dia juga tidak ingin sakit.

Setelah sampai di caffe tersebut, Abel dan Cal memesan makanan yang ingin mereka santap Pagi itu. Abel memesan pizza dan Cal memesan sandwitc.

Pesanan mereka akhirnya datang, mereka berdua pun lantas tidak menunggu waktu lama untuk menyantapnya. Cal yang melihat tingkah sahabatnya makan seperti anak yang kelaparan lantas mengabadikan momen itu.

Cekrekk

Suara kamera handphone milik Cal itu lantas mengagetkan Abel yang tengah asik menyantap makanan kesukaannya itu.

"Mmm.. lo momvoin bue yapp?" perkataan Abel tidak jelas karena mulutnya masih penuh dengan makanan.

"Telen dulu kali Bel, ha ha."

Abel terbahak-bahak melihat tingkah sahabatnya yang menurutnya lucu.

"Lu motoin gue yah?"

"Hehe, lucu loh Bel. Ha ha ha uhukk uhukk."

Cal terbahak-bahak sampai terbatuk-batuk.

Abel tertawa melihat Cal tertawa lalu terbatuk karena mengejeknya tadi.

"Karma tuh Cal, ha ha."

Cal yang masih terbatuk lantas meraih botol air mineral milik Abel dan meneguknya kasar.

"Ehh ehh, air gue nyet. Yah, yah napa lo embat sih."

"Dikit doang Bel."

"Ahh, gak ada. Pokoknya lo gantiin yang baru."

"Jahat banget dah."

"Biarin."

Mereka berdua pun kembali menyantap sarapan mereka yang sempat tertunda tadi karena ulah mereka sendiri.

Tiba-tiba suara notifikasi dari handphone Abel berbunyi.

Tringgg tringg

Abel tanpa melihat dengan jelas langsung mengangkat telpon tersebut.

"Haloo." tak ada sahutan dari sana.

"Haloo."

"Halo ini siapa?"

"Gue kangen suara lo Bel," Abel sontak membulatkan matanya.

Kaget, kecewa, dan marah, semua tercampur aduk menjadi satu ketika mendengar suara seorang pria dari seberang sana.

Tak terasa air matanya mengalir. Setetes, dua tetes, sampai seterusnya, Abel mengeluarkan air bening itu dari manik mata cantiknya sampai-sampai membanjiri wajah mulusnya.

Cal yang sedari tadi fokus ke hp miliknya menoleh ke arah Abel yang sedari tadi diam setelah mengangkat telpon. Cal kaget melihat sahabatnya yang saat ini sedang menangis, entah kenapa dia bisa menangis.

"Ehhhh Bel! lo kenapa beb, kok nangis sih?"

"Bel, cerita ama gue, lo kenapa?" Lanjutnya.

Abel masih saja menangis dan orang yang menelponnya pun kaget karena tiba-tiba Abel menangis.

"Sini hp lo, siapa sih yang nelpon."

Cal langsung saja merebut ponsel Abel tanpa basa-basi.

"Halo ini siapa yah?"

"Gue Varo, ini siapa yah?"

"Oh, jadi elo yah. Eh, gue peringatin yah, lo gak usah hubungin Abel lagi, gak usah ganggu hidup dia lagi. Soalnya dia...."

Ucapan Cal terputus karena Abel merebut ponselnya secara tiba-tiba.

"Nanti gue hubungin lagi." Abel mematikan telponnya sepihak.

"Bel! Lo apapaan sih. Kenapa Bel?"

Cal tampak sedikit bingung dan cemas.

"Gue gak papa."

"Ya udah, kita pulang aja yah Cal." Sambung Abel lagi dan bergegas meninggalkan Caffe.

"Ehh Bel tunggu dulu."

"Apa lagi sih Cal." Abel memasang tampang malas.

"Bayar bego. Enak aja lu main kabur aja, sono bayar."

Tampang Cal sedikit serius jika menyangkut bayar membayar, toh dia tidak membawa uang tadi karena dijanji oleh Abel bahwa dia akan diteraktir.

"Eh iya yah, gue lupa."

Abel menyengir kuda sambil berjalan menuju kasir.

Setelah membayar makanan yang mereka pesan tadi, mereka pun bergegas meninggalkan Caffe dan berjalan ke taman menuju parkiran karena mobilnya dia parkir agak jauh dari Caffe.

COMPLICATED LOVE ✔ Wattys2019Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang