"Bel, aku mau kita putus."
Pernyataan itu membuat Abel dengan sontak membulatkan matanya. Wajah senang yang sempat ada kini hilang sekejap mata, ia terduduk lesuh dan lemas. Air matanya mengalir deras, oksigen seakan menjauh darinya sekarang.
Dengan tertatih Abel berusaha menyembunyikan luka itu, ia berusaha sekuat tenaga menahan isakan yang ingin segera keluar dari mulutnya.
Ia menarik napas dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan.
"Oke, bahagialah dengan Puri."
Abel menutup sambungan telepon. Ia kini menangis meraung-raung. Sesak yang sedari tadi ia tahan ia keluarkan semua, ia merasa sangat bodoh mencintai orang yang jelas-jelas bukan miliknya.
Di ambang pintu ada seseorang yang juga ikut sedih melihat Abel menangis sesakit itu. Ia juga ikut menangis dan merasa bersalah.
Abel berjalan menuju kamarnya, kakinya terasa lemas untuk menaiki tangga. Di tengah-tengah ia kembali terjatuh dan menangis, entah mengapa ia menjadi segila dan selemah itu.
Abel berusaha menompang tubuhnya, ia berjalan dan memasuki kamar. Dengan emosi yang meluap-luap ia mengambil ponsel dan menghapus segala yang berurusan dengan Varo.
"Huaaa, kenapa ini harus terjadi sama gue, kenapa?"
Abel memukul-mukul dadanya, tangisannya kembali pecah. Abel sungguh malu dan merasa bersalah dengan dirinya, ia merasa sangat bodoh, bodoh sekali.
"Tuhan, kenapa gue harus suka sama orang jahat kek dia?"
Abel masih terisak, ia membaringkan dirinya di pulau kesayangannya. Tubuhnya meringkuk mencoba menyembunyikan luka yang amat dalam. Ia butuh sandaran, ia butuh seseorang yang dapat mendengarkan curhatannya. Gadis itu pun tertidur dalam keadaan masih terisak.
***
Mentari pagi kini mewakili perasaan Abel, ia bersembunyi di balik awan hitam. Sepertinya hujan akan turun.
Abel merasa malas untuk bersekolah, ia kemudian memberitahu Alex untuk memintakan izin kepada wali kelasnya.
"Kak, telpon wali kelas gue yah. Gue demam, badan gue lemes." Setelah itu Abel pergi tanpa menunggu jawaban dari Alex.
Ia memasuki kamar dan menguncinya dari dalam. Ia ingin menghindari pertanyaan-pertanyaan yang pasti akan terlontar untuknya. Beberapa detik kemudian suara ketukan pintu menghiasi ruangan itu.
"Bel, woy kuntilanak. Kenapa lo? Sakit? Sakit apa lo? Jangan-jangan lo mau ngehindar dari tugas sekolah yah. Keluar lo kuntilanak anaknya mak lampir."
"Woy bang, kalau gue kuntilanak anaknya mak lampir otimatis Ibu mak lampirnya dong," balas Abel iseng.
"Woy monyet keluar gak? Jangan banyak ngomong lo. Sini gue mau periksa lo sakit apa?"
Abel mendengus kesal, jika Abel tidak keluar Alex akan tetap berdiri dan satu hal yang pasti akan ia lakukan, mendobrak pintu.
"Apaan sih, Bang?"
Alex maju dan menyodorkan tangannya ke jidat Abel. Hangat ia rasakan. Ia melihat mata Abel sembab dan merah dan berpikir adiknya memang sakit. Memang benar ia sakit, sakit hati.
"Oke, lo istirahat. Nanti gue nyuruh Bibi siapin makanan buat lo."
"Emang si Bibi udah balik, Bang?"
"Emang Bibi kemana?"
Abel menceritakan persoalan Bibinya yang tidak ada, Alex hanya mengangguk.
"Oke, lo istirahat. Biar gue yang masakin."
"Pinter masak?"
"Gak, kan ada mba google."
KAMU SEDANG MEMBACA
COMPLICATED LOVE ✔ Wattys2019
Teen FictionCoverby: @musdalifahmstkim Bagaimana menurut kalian jika seorang wanita mencintai pria yang telah memiliki kekasih? Aneska Arabella adalah gadis Kelas XI di SMA 1 Purnama, berparas cantik, cukup berprestasi mencintai seorang pria yang baru di temuin...