CL 26

365 30 42
                                    

"Halo!"

"Halo ini siapa?"

"Halo, ini siapa sih?"

"Gue Varo, gue mau ketemu sama lo. Gue mau bicara empat mata!"

Ekspresi wajah Abel yang sedari tadi lemas tiba-tiba saja berubah serius.

"Ngapain? Gue ga-"

"Gue tunggu lo di taman kota 30 menit lagi. Gue nunggu loh! sampai ketemu."

"Eh tap-"

Baru saja gadis itu ingin menolak tetapi telpon itu terputus secara sepihak.

"Cihh!"

Gadis itu berdecik kesal, ia lalu menuju ke kamarnya untuk berganti pakaian dan menuju ke lokasi, tempat cowok yang membuat hatinya dipenuhi dengan perasaan bimbang.

****

Setibanya di taman kota, gadis itu segera memarkirkan mobil kesayangannya di tempat parkir.

Kemudian ia merongoh kantung celananya untuk mengambil benda pipih miliknya.

Tangannya dengan sigap menari-nari di atas layar ponselnya, mengirimkan pesan kepada seseorang.

Tak lama kemudian notivikasi berbunyi, satu pesan diterima. Dengan sigap gadis itu membuka pesan.

"Gue ada di segitiga tama kota, di tengah ada bangku taman. Gue duduk disitu. Lo kesini aja, gue tunggu."

Setelah membaca pesan tersebut, dengan tampang malas gadis itu segera keluar dari mobilnya menuju tempat yang di beritahukan lelaki itu.

Selama perjalanan menuju lokasi, gadis itu selalu mengumpatkan kata-kata yang sulit diartikan.

Dari kejauhan, gadis itu melihat sosok lelaki yang tengah duduk membelakanginya, dia lelaki yang dirindukannya, dia lelaki yang membuatnya bimbang dan berjuang di jalan yang salah selama ini.

Abel menepuk pelan pundak lelaki itu, lelaki itu pun menoleh dan tak lupa melemparkan senyuman manisnya yang membuat hati gadis itu tiba-tiba saja luluh.

"Duduk sini," lelaki itu mempersilahkan.

Gadis itu kemudian mengangguk dan duduk di samping lelaki itu.

Lama, tak ada satu pun diantara mereka yang memulai percakapan. Abel yang gelisah dan sedikit canggung pun berdehem.

Varo menoleh, gadis yang merasa diperhatikan pun ikut menoleh. Manik mata hitam pekat dan coklat tua itu saling bertemu. Lama, kemudian gadis itu membuang tatapannya sendiri.

Abel yang masih merasa diperhatikan, melirik lelaki disebelahnya menggunakan ekor matanya. Benar saja, lelaki itu masih saja menatapnya tajam dan dalam.

Abel menarik nafas dalam dan akhirnya memberanikan diri memulai percakapan.

"Khemm, l-lo ngapain liatin gue gitu?"

Lelaki itu masih diam, dia masih pokus menatap Abel.

"Hello! lo denger gue gak?" gadis itu melambaikan tangan di depan wajah lawan bicaranya.

"He, emm anuu," lelaki itu salah tingkah, kemudian menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Hemm anu? Anu apa?"

"Hehe gak kok. Kamu cantik, jadi aku tesepona."

"Terpesona kali," gadis itu memutar bola matanya malas.

"Hehe iya, itu maksudnya."

Diam, mereka berdua kembali terdiam. Varo kemudian angkat bicara.

"Oiya Bel, sebenarnya ada yang mau gue omongin ke lu,"

'Dari tadi kek, panas tau. Gak dibeliin es krim juga, ihhh ngeselin,' celoteh Abel dalam hati.

"Yah ngomong aja."

"Lo masih sayang kan sama gue?"

Abel diam, ia bingung harus menjawab apa. Ia pun kini menarik nafas dalam-dalam lalu membuangnya kasar.

"Iya, gue sayang sama lo!"

Entah dorongan apa yang membuat gadis bermanik cokelat itu mengucapkan kalimat sederhana namun sangat menyakitkan baginya.

Varo tersenyum tipis, " Makasih Bel, lo udah mau jaga hati lo untuk gue."

Abel hanya mengangguk pelan, Varo kemudian menatap gadis di depannya dalam, sedalam samudra.

"Oiya Bel, hari ini tanggal berapa?"

Abel berpikir sejenak, " Tanggal? Emm 15, kenapa emang?"

Varo terdiam, dia menatap Abel kembali. Gadis itu melihat manik hitam itu berkilau seakan memberitahukannya sesuatu yang tak pantas ia dengar.

"Ada apa ditanggal 15?" tanya Abel penasaran.

"I-itu tanggal anniv gue dengan Puri."

Gadis itu hanya ber-oh.

Abel kini merasa hatinya terhantam benda keras, sesak dirasakannya, manik cokelat itu tak dapat lagi membendung luka dihati pemiliknya.

"Se-selamat yah atas hari jadi kalian. Oh iya ini udah yang keberapa bulan?" gadis itu mencoba menyembunyikan sakit hatinya sebisa mungkin.

"Yang kedua bulan, tapi Bel, gue pengen ngomong sesuatu sama lo lagi."

Abel mengangguk tanda mempersilahkan. Lelaki itu pun kemudian melanjutkan ucapannya.

"Lo mau gak jadian ama gue, gue pengen lo jadi cewek gue sekarang, lo mau kan?" lelaki itu memegang tangan Abel seraya memohon.

Abel tampak kaget dengan perlakuan Varo, tidak dengan ucapan lelaki itu.

'Apa katanya? Dia ingin pacaran denganku dihari bahagianya dengan Puri? Apa maksudnya sih?' lirih Abel dalam hati.

"Ma-maksud lo?"

"Gue mau lo jadi pacar gue hari ini, tanggal ini, dan saat ini juga. Gue gak mau lo jadi milik orang lain, gue mau lo jadi milik gue doang."

"Bagaimana dengan Puri? Ini kan hari jadi lo dengan dia? Mana mungkin gue pacaran sama lo dihari ini, gak, itu gak mungkin Var?" elak Abel.

"Ini nyata Bel, ini bakalan jadi hari jadi kita juga, gue pingin lo jadi pacar gue!"

"Tapi gimana Va-" jari Varo melayang ke bibir ranum Abel, gadis itu pun terdiam.

"Gue mau kita backstreet."

Abel menganga, hal itu membuat manik cokelat gadis itu membulat sempurna. Ia tak menyangka dengan ucapan lelaki dihadapannya ini, ia bingung harus berkata apa. Seolah-olah lehernya tercekik dan tak dapat mengeluarkan suara indahnya itu.

COMPLICATED LOVE ✔ Wattys2019Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang