CL 34

306 28 29
                                    

"Aghhhhhhhhhh."

Abel menutup matanya, ia kaget dengan sesuatu yang terpampang nyata dihadapannya. Setelah agak mereda, gadis itu kemudian membuka mata dan berkacak pinggang. Ia tampak emosi dengan Alex saat ini, lelaki itu hanya tertawa cengengesan sambil memegang seekor hewan yang menurut sebagian besar orang sangat menggemaskan.

Kucing. Tetapi tidak bagi Abel, gadis itu sangat takut akan hewan itu. Ia pernah saja hampir pingsan ketika teman sekelasnya menjahilinya dengan mendekatkan seekor anak kucing kepadanya. Entah mengapa gadis itu sangat takut dengan hewan lucu itu.

"Ha ha ha, takut? Nih nih," Alex menyodorkan tubuh kucing itu ke muka Abel. Sontak saja gadis itu menangis meraung-raung seperti macan, ia sangat ketakutan dengan hewan itu. Di mata Abel, Alex sangat membuatnya jengkel.

Abel menghentakkan kakinya menuju ke ruang tengah untuk menemui Ibunda tercintanya seiring berjalannya ia tidak habis-habisnya mengoceh.

"Ibuu Ab...," Abel menjeda ucapannya, "Abel ke kamar dulu."

Gadis itu melangkah pergi, "Abel." Gadis yang terpanggil berbalik dengan tampang malas.

"Nanti balik ke sini. Varo mau ngomong sesuatu katanya." Abel hanya mengangguk, ia kemudian melangkahkan kakinya menuju alunan tangga yang dirasanya sangat panjang untuk ditempuh.

Gadis itu memutar knop pintu kamarnya, ia melemparkan tasnya disembarang tempat, merebahkan tubuh di singgasana miliknya dan menatap langit-langit kamarnya.

Kosong, tatapannya kosong beberapa menit hingga sebuah suara membuyarkan lamunannya. Teriakan seseorang dari ambang pintu itu membuatnya mau tidak mau beranjak mengganti pakaian sekolah dengan pakaian santai yang ia kenakan sehari-hari.

Abel turun ke bawah, ia lalu duduk di samping Varo, tetapi memberi batas antara dirinya dan lelaki itu. Kirana dan Alex pun bergegas pergi meninggalkan Abel berbicara berdua dengan Varo. Mereka mengerti bahwa terjadi kesalahpahaman diantara keduanya.

"Bel, aku mau ngom...." Abel memotong ucapan Varo.

"To the poin saja. Gue mau belajar, lagi banyak tugas," ucapnya tegas. Varo menarik nafas dalam dan membuangnya kasar. Ia tunduk, itu membuat Abel merasa tidak nyaman dengan posisi itu.

"Maaf, maaf karena aku gak ngabarin kamu buat batalin acara makan siang kita. Maaf karena aku gak ngajak kamu ngomong tadi, maaf karena aku kamu jadi kecewa." Abel masih saja diam, sangat tergambar di manik matanya bahwa ia sangat kecewa dengan perlakuan Varo padanya.

"Aku tau aku salah, aku tau kamu sangat kecewa. Tapi bel, aku gak bisa ngelakuin apapun, aku takut Puri tahu hubungan kita. Aku sangat sayang sama kamu bel."

"Bel, kamu mau kan maafin aku?" Varo menatap Abel sendu. Gadis itu masih saja fokus dengan pandangan kosongnya, ia mendengarkan setiap kata yang keluar dari mulut Varo, tetapi rasanya untuk menanggapi, mulutnya seakan terkunci rapat-rapat. Ia dibuat bungkam.

Varo menjentikkan jari dihadapan wajah Abel, gadis itu celingukan, ia kaget dibuatnya. Varo menghembuskan nafas kekecewaan, ia tidak tau harus berbuat apa pada hubungannya itu.

"Gue gak tau harus ngomong apa lagi Var," Abel angkat  suara, Varo menatap gadis itu dalam.

"Gue tuh udah gak ada gunanya lagi buat lo, gue tuh sampah di hubungan lo dan Puri. Gue tuh cuma...." sebuah telunjuk mendarat di bibir ranumnya, membuat sang empunya mengerti dan berhenti sejenak untuk melanjutkan kalimatnya.

"Stttts! Udahan ngomong yang jelek-jelek gitu, gak baik." Pipi Abel merona, sikap Varo sangat manis. Itulah mengapa ia sangat memperjuangkan cintanya untuk lelaki sebrengsek Varo.

"Aku sayang kamu apa adanya, aku cinta kamu setulusnya. Bahkan cinta aku ke kamu melebihi luasnya lautan," ucap Varo meyakinkan.

"Bel," Varo menangkup wajah Abel dengan kedua tangannya agar gadis itu menatapnya, "I love you." Satu kecupan di kening gadis itu mendarat.

Pipi Abel merona, ia tidak dapat lagi menyembunyikan kebahagiannya. Ia sangat suka Varo bersikap seperti itu, sampai-sampai gadis itu melupakan kekesalannya sekejap mata.

"Iya, aku maafin," ucapnya tersenyum manis."

****

Disebuah taman kota yang cukup ramai, Abel dan Varo berjalan beriringan. Genggaman tangan yang tidak terlepas membuat gadis itu tersenyum penuh arti. Abel sangat suka bunga, entah mengapa, Varo seakan tau yang disukai gadis itu. Ia memberikan sebuah bunga mawar merah untuk Abel. Siapa gadis yang tidak suka dengan sikap manis Varo.

"Jangan lama-lama yah di sini, aku mau ngerjain pr." Varo mengangguk.

Abel menatap langit malam dengan menyunggingkan senyuman termanisnya, ia sangat suka langit, sangat suka laut dan ia juga sangat suka tanaman.

Bintang-bintang menandakan bahwa malam ini tidak akan ada kenangan masa lalu, maksudnya tidak akan ada hujan yang mengingatkan masa lalu. Begitu menurut sebagian orang, hujan adalah hal yang membuat seseorang mengingat kenagan masa lalunya. Entah sejarah dari mana itu.

Abel berbalik, ternyata Varo sedari tadi menatapnya. Gadis itu salah tingkah dibuatnya, sampai-sampai ia harus berdehem beberapa kali untuk menetralkan sikapnya. Lelaki itu tersenyum melihat tingkah kekasihnya yang lucu. Ia kemudian mencubit pipi Abel dengan semangat dan gemas. Yang dicubit tampak kesal dan marah. Ia kemudian meraih tangan kekasihnya untuk digigit. Seakan tau bahaya sedang mengancam jemarinya, ia dengan sigap menarik tangannya agar menjauh dari sang Macan.

"Gak boleh sayang, durhaka entar sama pacar sendiri."

Abel mengerucutkan bibirnya, "Jahat."

Cup

Satu ciuman mendarat dengan sempurna di pipi kanan Abel. Ia menatap Varo dengan mata berkaca-kaca.

"Jangan marah yah? Kalau marah ntar kucium lagi."

Abel rasanya ingin marah terus jika hukumannya adalah ciuman pipi dari Varo, ia pun memeluk dan menenggelamkan wajahnya di dada bidang Varo. Lelaki itu pun membalas pelukannya.

Gadis itu semakin mengeratkan pelukannya, seakan-akan ada sesuatu yang tidak ia inginkan akan terjadi.











Hallo readers, Author mau curhat nih, sebenarnya cerita ini akan segera tamat loh. Hikss sedih banget ninggalin cerita Author yang satu ini. Tapi tenang para readers, Author punya kok cerita baru yang akan membuat kalian deg degan karna jantung kalian berdetak. Eh? Kalau gak berdetak berarti mati dong? Ada-ada saja. Cerita Author yang kedua itu adalah tentang kisah nyata Author sendiri waktu masih kecil dan duduk di bangku SMP sampai sekarang. Pokoknya ikuti terus cerita ini dan jangan lupa ikutin juga kisah baru Author yang udah Author publish, kuyy baca. Hehe

COMPLICATED LOVE ✔ Wattys2019Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang