CL 24

424 33 25
                                    

Mereka berdua telah berada di taman belakang rumah Abel.

"Bel, lo mending jujur ama gue deh, lo kenapa sih masih mau berhubungan sama cowok brengsek itu?"

"Lo tau kan, dia udah punya cewek. Lo sadar Bel, lo gak pantes sama dia, gue yah sebagai sahabat lo gak mau lihat lo menderita setiap harinya, gue mau lo tuh seneng, gue gak mau lo sedih Bel," lanjut Cal.

Abel masih saja terdiam.

"Bel, lo dengerin gue ngomong kan?"

"Iya gue denger. Gue gak tau Cal kenapa sama perasaan gue sekarang, gue mau pergi menjauh dari dia, tapi perasaan ini gak bisa hilang gitu aja Cal. Gue tau Varo punya Puri, gue tau gue salah dah hadir di kehidupan mereka. Tapi gue tetep gak bisa ninggalin rasa ini gitu aja Cal, gue gak bisa hikss, hikss."

Cal melihat kesedihan sahabatnya sebenarnya juga merasakan kesedihan itu.

"Bel, lo tenang yah, gue tau lo kuat, gue yakin itu. Lo wanita hebat, dan ok, sekarang gue ngedukung lo, tapi ngedukung untuk perjuangin cinta lo, bukan ngedukung ngerebut Varo dari Puri."

Cal memeluk tubuh wanita yang tengah bersedih itu, mengelus punggungnya, memberikan sepatah dua patah kata semangat untuknya.

Cal adalah penyemangat untuk perjuangan cinta seorang Aneska Arabella kali ini. Dia akan mendukung sahabatnya itu demi cintanya dapat terbalaskan.

****

Malam terasa sunyi, seorang gadis tengah duduk di teras rumahnya sambil memandangi langit malam yang penuh dengan kilauan bintang-bintang.

Tringgg Tringgg

Dering ponsel milik gadis itu berbunyi, memecahkan kesunyian yang dia rasakan. Gadis itu menggeser tombol hijau yang tertera di layar dan mendekatkannya ke telinga.

"Halo, iya kenapa?"

"Apa? Gak berjanda kan, eh bercanda maksudnya. Gak bercanda kan?"

"Astatang, gue turut bahagia loh, oke besok lu cerita sama gue awal mulanya."

"Oke oke bay. Muachhh."

Gadis itu tampak senang setelah menerima telpon dari seseorang.

kesunyian yang menyelimutinya tadi telah sirna terbawa angin malam saat itu.

"Abel, tidur gih dah malem. Besok kan sekolah." Wanita paru baya itu mengelus rambut Abel pelan.

Abel hanya menganggukkan kepalanya dan berjalan memasuki kamarnya, membaringan tubuhnya, memeluk gulingan yang bermotif hello kitty itu dan memejamkan matanya secara perlahan.

****

Keesokan harinya, wanita itu bangun dari tidur nyenyaknya, kemudian merenggangkan otot-otot tubuhnya lalu berjalan mengambil handuk dan masuk ke kamar mandi untuk melaksanakan ritualnya seperti biasa.

"Halo Bu, halo Yah," sapa Abel kepada dua orang yang sudah berumur itu tapi masih nampak muda.

"Halo sayang, sini duduk sarapan dulu."

Wanita yang disebut Ibu oleh Abel tersenyum manis memandangi putri satu-satunya itu.

"Aku sarapannya di jalan aja bu, soalnya nanti telat."

"Eh eh kok gitu, makan dulu lah sayang walau sedikit."

"Oke, aku bawa rotinya yah nanti di mobil aku makan. Babay Ibu dan Ayahku sayang, aku berangkat dulu. Assalamualaikum."

Abel berlalu pergi meninggalkan pasangan suami istri itu yang masih mematung.

Abel melajukan mobilnya agak ngebut, sambil memakan roti yang tadi sempat dia bawa untuk memakannya di perjalanan.

Ckitttttssssssssss

Suara rem mobil Abel yang cukup jelas terdengar, dia hampir saja menabrak ayam yang berjalan dengan santainya tanpa rasa bersalah itu.

"Issss huss husss, pindah bego gue buru-buru tau gak, kalau gue telat nanti, lu yang tanggu jawab yah sama guru toar itu."

Abel mengumpat kesa kepada sang Ayam itu.

"Untung juga gue gak tarbak, eh tabrak. Gue tarbak eh tabrak maksudnya, ihhhh nih lidah juga kenapa sih. Ah bodo amat lah, yang penting gue harus sampai di sekolah sebelum gerbang tutup," Celotehnya.

Abel kemudian memasuki mobil dan mengemudikannya dengan kecepatan standar, ia takut jika hal seperti itu terjadi.

****

Hari Senin, hari yang paling dibenci oleh sebagian siswa. Kenapa tidak, mereka harus berpanas-panasan di bawah terik mentari pagi, mendengarkan ocehan pembina upacara, dan tentunya jika terlambat akan di hukum oleh guru yang suaranya mirip toar itu.

Abel berhasil memasuki kawasan sekolah dengan selamat. Hampir saja gerbangnya di tutup, untung saja ia membunyikan klakson mobilnya beberapa kali agar satpam itu mau membukakan gerbang untuknya.

Abel segera keluar dari mobilnya dan lari tergesa-gesa seperti dikejar anjing menuju ke lapangan upacara.

Teman-temannya sudah tertata rapi di bawah teriknya mentari pagi. Pagi ini cukup cerah sehingga membuat seluruh siswa yang berada di sana menitikkan setetes demi tetes keringatnya.

Abel sampai dengan selamat di lapangan upacara, kini dia berada di barisan belakang, tepatnya di belakang Karyl.

COMPLICATED LOVE ✔ Wattys2019Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang