Abel terbangun dari tidurnya, ia kini terduduk dan menatap sekeliling. Matanya kemudian jatuh ke pada jam di dinding, pukul 10:25. Abel memegang jidatnya sendiri guna memeriksa suhu tubuhnya. Sudah normal, gadis itu kemudian berdiri menuju ke kamar mandi.
Ritual di kamar mandi selesai, saatnya memakai baju dan bersantai.
"Sepi bae," gumamnya ketika mengabsen ruangan di rumahnya.
Abel bosan, ia kemudian berencana ke kolam ikan. Duduk dan menikmati hawa sejuk.
Saat terduduk, gadis itu mengingat hal yang membuatnya baru-baru ini galau. Lelaki yang selama tiga hari menyandang status sebagai pacarnya kini memutuskannya. Abel tidak marah, ia hanya kesal kepada dirinya sendiri mengapa bisa suka dan sayang kepada seseorang yang jelas-jelas sudah memiliki wanita lain.
Jika boleh dikatakan, Abel adalah pelakor. Ia, dia memang pantas dikatakan pelakor. Tapi cinta tidak bisa kita perkirakan kapan ia akan datang, dan dengan siapa ia akan bersemi.
Abel tidak sengaja meneteskan sebulir air mata di pipinya, ia dengan segera menghapus jejak itu.
"Haha, ngapain gue mikirin orang kaya dia. Dia itu gak penting buat gue, inget Bel lo tuh cantik. Masih banyak cowok di luar sana yang naksir sama lo, dia bukan satu-satunya cowok," katanya pada diri sendiri.
Tetapi itu hanya ucapan, ia kembali mengeluarkan air mata. Sakit di hati belum juga kunjung sirnah. Abel hanya manusia biasa, ia juga bisa merasakan yang namanya sakit.
"Kenapa harus gue, hiks."
Abel merutuki dirinya, ia sangat benci situasi dimana ia sangat terpuruk. Kekesalannya pada diri sendiri bisa membuatnya jatuh sakit berhari-hari. Sungguh sangat sial.
Drtt... drtt...
Ponsel Abel berbunyi, dengan sigap ia meraih dan menghapus jejak air mata yang tersisa. Sebuah nomor yang membuatnya kembali meringis. Untuk apa sang pemilik nomor menelponnya lagi? Apa ia harus di sakiti lagi? Gadis beriris mata cokelat itu mematikan teleponnya. Tidak lama kemudian ponsel itu kembali berdering. Seusaha apapun Abel menolak, Varo tetap menelponnya. Mau tidak mau ia harus mengangkatnya.
"Bel, kenapa dari tadi gak diangkat?"
Nih orang gak mikir apa yah? Pake nanya segala lagi, dengus Abel dalam hati.
Abel masih mengurungkan niatnya untuk berbicara, ia ingin mengunci rapat-rapat bibirnya agar Varo kesal dan melupakannya. Sama seperti yang ia lakukan.
"Bel, kamu dengar aku kan?"
"Bel?"
Entah sudah berapa kali nama gadis itu di sebut, ia sama sekali tidak mengurungkan niatnya untuk mendiami sang mantan.
"Oke kalau kamu gak mau ngomong, aku cuma mau bilang sama kamu kalau sebenarnya aku sayang sama kamu. Aku ngelakuin ini itu hanya untuk ngelindungin kamu."
Masih sama, Abel tetap setia berdiam diri. Ia hanya menginginkan Varo untuk berbicara dan menjelaskan semuanya.
"Bel, aku sayang sama kamu. Aku gak mau pisah sama kamu, aku ngelakuin itu semua karena terpaksa."
"Terpaksa kata lo? Jelas-jelas lo udah ngomong dengan keyakinan penuh. Gue bener-bener gak tau apalagi maksud dari kelakuan lo ini. Lo kurang tenar sampe ngedeketin gue dan buat gue ngejer-ngejer lo? Iya? Dasar banci!"
Sedari tadi emosi Abel kian memburu sehingga pertahanannya goyah. Ia menyemburkan semua kekesalannya itu, ia tidak tahan lagi. Matanya memanas, setetes demi setetes air kembali berjatuhan di pipinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
COMPLICATED LOVE ✔ Wattys2019
Teen FictionCoverby: @musdalifahmstkim Bagaimana menurut kalian jika seorang wanita mencintai pria yang telah memiliki kekasih? Aneska Arabella adalah gadis Kelas XI di SMA 1 Purnama, berparas cantik, cukup berprestasi mencintai seorang pria yang baru di temuin...