CL 32

343 29 2
                                    

Kringg kringg

"Akhirnya, istirahat juga," ucap Cal.

"Iya nih, tuh guru lagi ngajar atau lagi baca dongeng sih? Ngantuk banget dah."

"Ho-oh, mana laper. Eh, kantin yuk?"

"Bel, kantin yuk," ajak Karyl.

Abel tersenyum, "Gue bareng Varo aja ntar. Lo berdua duluan aja, ntar gue nyusul," ucapnya sambil tersenyum.

"Enak ni yeh yang baru jadian. Pj dong!"

"Iya iya, pj dong!"

"Gue boke, lain kali ajalah. Lagian kan sering juga gue teraktir kalian berdua."

"Tapi kesannya beda bego."

Abel hanya tersenyum menanggapinya.

"Udalah, yuk kantin. Bel, gue tungguin yah. Awas aja lu gak dateng, pjnya jadi dua kali lipat entar."

Abel hanya mengangguk mengiyakan ucapan dua curut itu. Gadis itu duduk dengan setia menunggu Varo di depan kelasnya. Ia sangat bahagia dengan hubungannya.

Seseorang menutup matanya tiba-tiba. Abel yang awalnya panik berubah menjadi nyaman karena ia yakin bahwa yang menutup matanya saat ini adalah Varo.

Abel perlahan melepaskan tangan lelaki itu, ia berdiri dan berbalik sambil tersenyum, "Var...." ucapannya terjeda. Raut wajahnya berubah seketika.

"Lo? Ngapai  lo.... ihhhhhh, jauh-jauh sana," kesalnya  sambil mendorong dada Aksa.

Aksa hanya tersenyum, ia lalu menarik tubuh gadis itu kepelukannya. Gadis yang diperlakukan seperti itu langsung saja berontak dan mendaratkan tamparan panas untuk Aksa.

Lelaki itu hanya mengusap pipinya dan kembali tersenyum melihat kemarahan di manik cokelat Abel.

"Lo bakal lebih marah lagi kalau lo lihat siapa yang barusan lewat dibelakang lo." Abel mengerutkan keningnya, ia tidak mengerti dengan ucapan lelaki dihadapannya itu. Gadis itu kemudian acuh dengan kehadiran lelaki berperawakan tinggi, ia memilih kembali duduk menunggu sang pujaan hati datang menjemputnya.

Sepuluh menit.

Lima belas menit.

Dua puluh menit.

Abel menunggu selama itu, ia belum juga melihat tanda-tanda lelaki yang dicintainya itu datang menjemputnya untuk makan siang. Seperti katanya tadi bahwa ia akan datang untuk mengajaknya makan siang bersama.

Aksa masih setia menemaninya menunggu, sesekali Abel melirik menggunakan ekor matanya untuk melihat Aksa disebelahnya. Ia membuang nafas gusar karena lelaki itu tidak beranjak sedikitpun dari tempat duduknya.

"Cihh!"

Hanya kata itu yang keluar dari mulut Abel. Ia memerhatikan jam yang melingkar indah ditangan kirinya. Sudah duapuluh lima menit Varo belum juga muncul. Peturnya juga sudah meronta-ronta untuk diisi, karena waktu dia dan Varo berangkat ke sekolah ia sama sekali tidak sarapan. Bukan tidak, tapi lupa karena kebahagiaannya terlalu menggebu.

Abel mulai memegangi perutnya sambil celingak-celinguk ke sana ke mari. Aksa yang melihat tingkah gadis disebelahnya itu lantas buka suara.

"Lapar?"

Abel dengan spontan mengangguk mengiyakan pertanyaan Aksa.

"Oh," ucapan Aksa yang singkat padat dan jelas, ahkan sangat jelas tergiang ditelinga Abel. Abel pun tambah kesalnya dengan lelaki itu.

"Ihhhh, ajak makan kek," gumamnya.

Aksa berbalik dan manik cokelat tua itu bertemu, "Bilang apa tadi?" tanya Aksa sambil menaikkan alisnya.

"Mau makan."

"Ayok!" Aksa menarik tangan Abel menuju ke kantin. Dengan langkah besar yang dimiliki lelaki itu menyulitkan Abel untuk menyamai langkahnya, akhibatnya ia harus berlari kecil agar tidak terseret oleh tarikan Aksa.

Sampailah mereka dikantin, gadis itu melihat kedua sahabatnya tengah bersiap-siap meninggalkan kantin karena sudah selesai dengan keperluannya di sana. Abel kemudian melepaskan genggaman tangan Aksa dan malah ia yang menarik tangan Aksa untuk mengikuti langkahnya. Lelaki itu hanya tersenyum dengan perlakuan gadis di depannya ini.

Bunghhh

Pukulan keras pada meja membuat kedua gadis yang baru saja ingin meninggalkan tempatnya lantas mengurungkan niat saat melihat sosok gadis di hadapannya.

"Jangan balik dulu, temenin gue makan," ucap Abel.

"Elo nyet? Ngagetin aja lu dah. Eh dari mana aja lo? Dari tadi gue nungguin lo tau, kita dah selese makan nih!" ucap Cal.

"Nanti gue jelasin, pokoknya jangan ninggalin gue. Eh Nero, pesanin gue makanan oke, gue capek. Males mesan, oke!"

Yang ditanya hanya mengangguk, kemudian ia pergi memesan bakso untuknya dan Abel, karena menurutnya Abel sangat suka bakso.

Setelah makanannya tiba, Aksa dan Abel dengan sigap menyantap makanannya lahap, terutama gadis itu, ia tidak perduli dengan tampang kedua sahabatnya yang keheranan melihatnya makan serakus itu. Seperti kucing piaraan yang tidak diberi makan oleh sang majikan.

Selesailah aktifitas Abel dan Aksa menyantap makanannya, Abel yang saat itu tidak mempunyai rasa malu juga kini meminta Aksa untuk membayarkan makanannya sekalian. Bukan Abel namanya jika ucapannya tidak dituruti oleh lelaki yang bernama Aksa Nero Bramantio, Yang selalu memamerkan kekayaan dan tidak henti-hentinya mengejar cinta Abel.

Abel, Cal, Karyl dan satu cowok curut itu segera bergegas meninggalkan kantin. Manik mata cokelat tua gadis itu membulat sempurna, ia kemudian membekap mulutnya sendiri menggunakan tangan kanannya. Ia berbalik dan memeluk tubuh Aksa. Yang dipeluk kaget seketika karena baru kali ini gadis itu yang memeluknya duluan.

"Nero, bawa gue pergi dari sini."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
COMPLICATED LOVE ✔ Wattys2019Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang