CL 37

340 26 26
                                    

Abel mengerjap-ngerjapkan matanya, mencoba menerka-nerka di mana ia berada saat ini. Bau obat yang menjadi ciri khas tempatnya terbaring, Abel yakin ia sedang berada di ruang kesehatan. Gadis itu menatap sekelilingnya, tidak ada orang yang menjaga. Ia berfikir, mungkin saja orang-orang atau para penjaga sedang ada di luar atau para siswa sedang belajar.

Abel mengingat sesuatu. Belajar.

"Astanga, kenapa gue di sini? Sial!" Abel berusaha untuk bangun, tetapi sakit kepalanya tiba-tiba datang menyerang. Seorang lelaki mendekatinya.

"Lo udah bangun?" tanya lelaki itu. Abel kemudian menoleh dan melihat sosok yang bertanya padanya tadi.

"Ngapain ke sini?" tanyanya dingin.

Lelaki itu tersenyum, ia kemudian mengelus puncak kepala Abel lembut.

"Tidur! Kamu gak boleh banyak gerak dulu. Masih pusing kan?" Abel mengangguk. Ia kemudian menuruti perkataan lelaki itu.

"Nero!" panggil Abel.

Aksa berbalik dan tersenyum sambil menaikkan alisnya tanda bertanya.

"Gue haus. Pengen minum," ucapnya dengan nada manja. Abel yang sadar dengan ucapan yang keluar dari bibirnya lantas membekap mulut sendiri menggunakan tangannya, ia mengutuk bibirnya yang dengan tidak sopan berucap manja kepada lelaki itu.

"G-gue ... "

"Diam! Tunggu di situ! Aku beliin air dulu untuk kamu," ucap Aksa lalu berlalu meninggalkan Abel yang masih termenung.

Abel diam dan menatap langit-langit ruangan bernuansa putih itu. Ia berfikir, 'Nero baik banget, kenapa sih dia baiknya harus sama gue? Kenapa sih Nero gak nyari cewek lain? Kenapa dia gangguin gue terus? Padahal gue kan udah jahat banget sama tuh anak. Gue kan jadi ngerasa berhutang budi sama dia. Akhhhh, kenapa sih si Nero tergiang-giang di otak gue. Jadi kesel kan gue. Huuu,' lirihnya dalam hati.

Selang beberapa menit, Aksa datang dengan membawa dua botol air mineral dan sebak roti selai coklat.

"Minum!" ucapnya memberikan Abel satu botol air mineral.

Abel meraih botol air itu, ia berusaha membuka botol air itu, tetapi nihil, tenaganya terlalu lemah untuk membuka penutup botolnya. Ia melirik Aksa yang sudah membuka penutup botol yang lain. Baru saja Aksa ingin melemparkan air itu ke kerongkongannya, Abel merebut botol itu secara paksa. Aksa kaget bukan main melihat kelakuan Abel.

"Eh, itu minumanku Bel." Abel tidak mendengarkan perkataan Aksa, ia meneguk air botol itu sampai setengah. Kemudian mengelap bibirnya menggunakan punggung tangannya, ia melihat punggung tangannya meninggalkan noda lipstik di sana. Gadis itu kemudian meraih seragam sekolah yang sedang di kenakan Aksa dan mengelap bibir ranumnya di kemeja sekolah Aksa. Aksa yang melihat kejadian itu berusaha menahan emosinya dengan kelakuan gadis tidak berotak seperti Abel.

"Bel, lo apapaan sih? Seragam gue jadi kotor gara-gara lipstik lo," celotehnya.

Tetapi Abel tidak menggubris perkataan lelaki di hadapannya itu. Ia lebih memilih berbaring dan memejamkan matanya segera.

"Sial!" umpat Aksa. Emosinya sudah memuncak ia kemudian duduk di ranjang yang Abel tiduri. Lelaki itu kemudian menarik pergelangan Abel kasar sehingga si empunya bangun karena tarikan itu.

Tarikan yang luar biasa kuat membuat Abel spontan bangun dan kepalanya berbenturan dengan kepala Aksa.

Keduanya meringis sambil mengelus jidat mereka masing-masing.

"Lo apapaan sih?" bentak Abel.

"Lo yang salah, siapa suruh minum minuman gue."

"Cowok emang gak peka yah?" ucap Abel sambil kedua tangannya berhenti mengelus jidat dan melipatnya di depan dada sambil menatap Aksa tajam.

"Maksud lo?" Aksa tidak mengerti dengan arah pembicaraan gadis itu.

Abel memutar bola matanya jengah, ia kemudian menyentil jidat Aksa.

"Gini yah Nero sayang gue jelasin, gue tuh lagi sakit kan yah? Mana bisa buka tuh tutup botol yang lo kasih. Tangan gue bahkan sampe merah saking gak bisanya, dan lo malah santai gak bukain gue tutup botolnya gitu. Lo emang KURPE," ucapnya sambil menekankan kata terakhirnya.

"Kurpe? Apaan tuh?" tanya Aksa polos.

"Ya Allah, gue mesti ngapain nih bocah? Kurpe tuh artinya kurang peka. Ngerti kan?" Aksa mangut-mangut antusias.

"Oke gue maafin kelakuan lo. Tapi lain kali ngomong dulu, jangan langsung main rebut-rebut aja. Oke!" Abel mengangguk dan bersiap-siap untuk kembali berbaring.

"Oke sekarang lo makan roti ini habis itu minum obat." Abel menggeleng-gelengkan kepala cepat. Ia tidak suka roti yang di bawa Aksa.

"Kenapa? Lo gak suka roti?" Abel mengangguk, Aksa menepuk jidatnya dan membuang nafas gusar.

"Kenapa gak ngomong dari tadi sih inces? Gue udah beli sebanyak ini untuk lo dan lo gak suka ternyata? Omegat!" Aksa menepuk kepalanya pelan. Abel tertawa melihat kelakuan Aksa yang menurutnya lucu. Aksa pun ikut tertawa melihat sang pujaan hati ikut tertawa. Seolah-olah kebahagiaan Abel adalah kebahagiaannya juga. Yang ternyata memang benar, kebahagiaan Abel adalah kebahagiaan Aksa. Walaupun harus menahan sakit saat wanita yang dicintainya tidak membalas rasa cintanya.

Abel dan Aksa tidak tahu bahwa di tengah keasikannya ada sepasang mata yang sedang mengamati mereka berdua. Sorot mata tajam yang sulit untuk diartikan.













Pendek yah? Biarin deh pendek, soalnya gak lama lagi bakal End. Huhuuuuu, gak tega ninggalin nih cerita, berat rasanya. Tapi gakpapa deh asalkan kau bahagia. Nyanyikan wkwk.

Kuyy ikutin terus yah kelanjutan ceritanya, babayy.

COMPLICATED LOVE ✔ Wattys2019Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang