Di sore hari, Cal dan Karyl menelpon Abel. Mereka berdua berencana berkunjung dan menanyai langsung perihal Abel tidak masuk ke sekolah di rumahnya.
Abel yang lupa jika Aksa masih tertidur pulas seperti orang mati itu di rumah, ia langsung mengiyakan dan tidak mau pusing. Toh, jika sahabatnya bertanya ia akan menjawab seadanya.
Sambil menunggu kedatangan teman-temannya, Abel mengutak-atik isi ponselnya. Tidak ada chat dari Varo, rasanya sungguh berbeda. Mengapa Varo seakan menjaga jarak dengannya? Itulah yang dipikirkan Abel saat ini.
Bunyi bel bersamaan dengan suara gerutuan wanita yang berteriak memanggil namanya, Abel yang tahu langsung saja berjalan menuju pintu.
"Abelll!" pekik Cal dan langsung memeluk Abel.
"Apaan sih?" Abel terheran-heran dengan sikap Cal, ia pun melepaskan pelukannya.
"Kangen, Beb. Lo gak kangen gue?" Abel memutar bola matanya malas, lagi-lagi Cal berbuat konyol.
"Bel, masuk aja. Jangan pedulikan Si Cebol." Karyl masuk ke rumah tanpa memperdulikan Cal yang sedang mengoceh sana sini.
Saat berada di ruang tamu, Karyl di kejutkan dengan sosok Aksa yang tengah tertidur pulas di sana. Ia pun menatap Abel dan Aksa bergantian dan sedetik kemudian.
"Aghhh! Kenapa Si Dugong ada di sini? Bel, jelasin ke gue, kenapa dia ada di sini?"
Abel dan Cal yang sedari tadi melongo kini tertawa terbahak-bahak, entah mengapa Cal ikut tertawa juga padahal ia juga baru tau kalau Aksa ada di rumah Abel. Entah sejak kapan.
"Hei nyet, napa lu ketawa?"
"Oh iya yah? Kenapa yah? Emmm, lucu aja sih lihat Karyl kaget gitu, haha. "
Jitakan melayang di kening Cal dan Abel, siapa lagi pelakunya kalau bukan mak lampir. Mereka berdua mengusap-usap kepalanya pelan sambil menatap Karyl emosi, mengapa tidak, jitakan gadis itu sangat sakit. Lebih sakit dari lihat mantan nikah.
Suara serak muncul di tengah-tengah mereka, Aksa menggeliat seperti cacing di sofa itu. Ketiga wanita itu memperhatikannya dan agak sedikit terkekeh saat bokser yang dikenakan Aksa berwarna merah muda menyala. Di saat indera pendengaran lelaki itu menangkap sesuatu yang ganjal, ia segera terbangun dan kaget melihat Cal dan Karyl kini tengah berada di sana. Abel hanya mengedikkan bahu dan ikut tertawa bersama kedua sahabatnya.
Saat ini Aksa dan ketiga gadis itu duduk dengan aura yang mencekam, tatapan mengintimidasi dari Karyl dan Cal kini tertuju kepada si tuan rumah dan tamu tak diundang itu.
"Jelasin," ucap Karyl tegas.
Aksa gelalapan dibuatnya, perilah Abel pernah bercerita tentang bahayanya bila Karyl bermasalah dengannya.
Aksa kini duduk terdiam menatap Abel yang sudah seperti cacing kepanasan. Alasan pas apa yang harus diberitahukan kepada gadis itu, gadis yang sudah di cap mak lampir olehnya.
"Anu ...," gagap Abel.
"Anu apa? Ngapain si jin tomang ini ada di rumah lo, tidur pula."
"Jadi anu, Ryl, emm."
"Anu anu mulu lo, gue gak lagi nanya anu, gue nanya ngapain si Jin Tomang ada di sini."
Aksa merasa kesal sekali ketika Karyl seenaknya mengganti namanya. Jika yang digantikan adalah Akhsai kumar tidak jadi masalah buatnya, tetapi Jin Tomang. Sangat tidak sesuai dengan ketampanannya.
Abel menarik napas dalam-dalam dan dihembuskannya perlahan. Ia kemudian menatap Karyl dengan raut wajah yang tidak takut sama sekali, untuk apa takut. Toh dia tidak melakukan kesalahan.
"Jadi gini, gue sama Nero gak ngapa-ngapain. Perihal Nero ada di sini yah gue nyuruh dia nganterin gue pulang. Dia gue ajak masuk ke rumah buat minum tapi setelah minum dia ketiduran. Giti deh pokoknya."
Karyl menatap Abel dan Aks bergantian, sedetik kemudian ia mangut-mangut tanda mengerti.
"Nah gitu dong, andai lo ngomong dari tadi lancar gitu."
"Habisnya lo sih, mukanya nyeremin."
"Apa lo bilang?"
Karyl kemudian menggelitiki perut Abel dan mereka tertawa bersama.
Karyl dan Cal juga sudah menceritakan kepada Abel mengapa anggota kelas tidak ada di ruangan.
Jam menunjukkan pukul 17:49.
Sebentar lagi ba'da magrib. Karyl dan Cal memutuskan untuk pulang, begitupun dengan Aksa. Mereka semua kembali ke rumah masing-masing.
Rumah Abel kembali sepi, kakak dan juga kedua orang tuanya belum kembali. Sang bibi juga sudah meminta izin tadi bahwa ia ingin pulang ke kampungnya dikarenakan cucunya sakit. Abel yang memiliki tabungan dengan segera membuka dan memberikannya kepada bibinya. Tidak mungkin ia menyuruh bibinya pulang dengan tangan kosong.
Abel duduk di sebuah sofa, di mana terdapat sebuah tivi di tengah-tengah ruangan itu. Sesekali gadis itu memijat pelipisnya pelan, rasa pusing masih bergentayangan di kepalanya. Ia pun membaringkan tubuh di sofa, tangannya meraih ponsel yang berada di meja.
Kosong. Chat maupun telepon dari Varo tidak ada. Ia merasa kesepian, ia merasa seharian ini lelaki itu menghindarinya. Apakah karena Puri atau karena dia berboncengan dengan Aksa? Abel berusaha menjauhkan pikiran jeleknya, ia harus berpikir positif kepada sang kekasih.
Abel kemudian menyimpan ponsel kembali ke meja. Ia ingin tertidur untuk sejenak. Beberapa menit kemudian ponsel Abel berbunyi, dengan cekatan Abel meraih ponsel itu. Harapnnya terwujud, yang di tunggu-tunggu akhirnya menghubunginya.
"Halo."
"Halo, Bel."
"Kamu dari mana aja sih? Dari tadi aku nungguin kamu ngasih kabar."
Terdengar dari seberang, Varo menghela napas berat.
"Kenapa? Kamu sakit?" tanya Abel lembut.
"Bel, aku mau kita putus."
Wah, lama banget aku gak up. Maaf yah temen-temen. Kali ini mus usahain up terus kok. Di usahain yah, tapi jangan ada yang neror dong, sampe ngedm di wattpad atau ngedm di instagram aku. Apalagi memaksa gitu, kan aku juga punya kehidupan nyata, jadi maaf yah guys, maaf banget.
KAMU SEDANG MEMBACA
COMPLICATED LOVE ✔ Wattys2019
Teen FictionCoverby: @musdalifahmstkim Bagaimana menurut kalian jika seorang wanita mencintai pria yang telah memiliki kekasih? Aneska Arabella adalah gadis Kelas XI di SMA 1 Purnama, berparas cantik, cukup berprestasi mencintai seorang pria yang baru di temuin...