Arvetta | 3

1.2K 257 41
                                    

Thank you for 100 votes❤️
Jangan lupa vote dan komennya:)

ARVI menghembuskan napasnya lelah. Saat ini ia memang berada diruangannya setelah acara "reuni" dengan para guru disekolahnya yang menjengkelkan. Saat cowok itu mengenalkan dirinya sebagai guru baru di sekolah itu, para guru yang sudah ia kenal baik bahkan ada yang menjodohkannya dengan anak mereka, dan Arvi tidak suka itu.

  "Pak Arvi," ucap seorang guru yang tiba-tiba masuk ke ruangannya. Arvi yakin kalau guru itu adalah guru baru, karena cowok itu tidak mengenalnya.

  "Kenapa, Bu.."

  "Selvi pak," potong Bu Selvi. "Saya masih 24 tahun, dan single, Pak."

  "Okay.. Bu Selvi, ada apa?" tanya Arvi sambil tersenyum canggung.

  "Saya mau memberikan jadwal mengajar Anda," jawab Bu Selvi sambil menaruh sebuah berkas dimeja Arvi.

  "Terima kasih, Bu. Sebelumnya, ada murid-murid yang wajib saya beri perhatian lebih?" tanya Arvi sopan.

  "Oh, ada Pak. List -nya nanti saya kasih lewat email," jawab Bu Selvi sambil memberikan senyum terbaiknya.

  "Sekali lagi, terima kasih, Bu." Arvi tersenyum tipis, tapi berhasil membuat pipi Bu Selvi merona.

  Setelah Bu Selvi keluar dari ruangannya, Arvi menghembuskan napasnya lega, lalu menyiapkan barang-barang yang dibutuhkan dihari pertamanya mengajar. Setelah semuanya siap, ia bangkit dari duduknya dan berjalan menuju kelas pertamanya, kelas 11 IPS 3.

"Selamat pagi," sapa Arvi setelah menaruh laptop, beberapa file, dan botol minumnya diatas meja.

"Pagi," sahut seluruh siswa kompak.

"Saya Malvier Arviendra. Kalian bisa panggil saya Pak Arvi. Saya disini mengajar Ekonomi untuk menggantikan Pak Satria yang sudah pindah tugas keluar kota," ujar Arvi sambil tersenyum. Matanya menatap seluruh siswa dikelas itu, berusaha mengingat wajah-wajah mereka. "Ada yang ingin ditanyakan?"

Seorang siswi mengacungkan tangannya. "Bapak umur berapa?" tanyanya.

"Umur saya dua puluh tujuh," jawab Arvi.

"Bapak udah nikah?" tanya salah satu siswa setelah mengacungkan tangannya.

"Belum."

Setelah memastikan kalau tidak ada yang ingin bertanya lagi, Arvi menutup sesi tanya jawabnya. "Kalau begitu, sekarang saya absen. Yang saya sebut namanya, acungkan tangan dan sebutkan nama panggilan."

Arvi duduk di kursi yang berada didepan kelas, membuka laptopnya, membuka email dari Bu Selvi, dan membuka file daftar hadir kelas 11 IPS 3.

"Anindya Salma Wardhani," ucapnya sambil melirik seorang siswi yang mengacungkan tangannya. "Nama panggilan kamu?" tanyanya.

"Anin, Pak. Tapi kalau Bapak mau panggil sayang juga boleh," jawabnya blak-blakan.

Arvi terkekeh geli, lalu menggelengkan kepalanya pelan. Setelah memanggil beberapa siswa dan siswi kelas itu, belum ada yang nama yang masuk daftar murid yang wajib diperhatikan olehnya.

"Lavettaresca Stephanie Aditama," panggilnya sambil melirik email dari Bu Selvi. Ternyata nama siswi itu tercatat di daftar yang dibuat oleh Bu Selvi.

Seorang siswi mengacungkan tangannya, membuat Arvi menatap cewek itu. Bukan parasnya atau penampilannya yang berhasil menarik perhatian Arvi, tapi tingkah lakunya.

"Buang permen karet kamu ke tempat sampah sekarang!" perintah Arvi tegas.

Tanpa perdebatan lebih lanjut, cewek itu bangkit dari duduknya, lalu membuang permen karet itu ke tempat sampah yang terletak didepan kelas.

"Berdiri disini," pinta Arvi saat cewek itu ingin kembali ke tempat duduknya.

Arvi berjalan memutari cewek itu sambil memperhatikan gaya berpakaian muridnya ini. Kemeja ketat yang dipotong, rok span, kuku tangan dicat warna merah, rambut diombre cokelat muda, memakai kaus kaki pendek berwarna-warni, dan tidak memakai dasi.

"Awas naksir," celetuk cewek itu yang membuat seluruh siswa kelas 11 IPS 3 tertawa geli.

"Lavettaresca, sebenarnya kamu itu niat sekolah atau tidak? Ke sekolah berpakaian seperti cabe-cabean. Mau jadi apa kamu nanti?"

"Kalau saya gak niat sekolah juga saya gak bakal berdiri disini, Pak. Lagian, Bapak cuma guru Ekonomi, kan? Tugas Bapak ya cuma ngajar Ekonomi. Gak usah nyeramahin saya, itu tugas guru BK!"

Arvi mendengkus geli. "Nama panggilan kamu?" tanyanya.

"Aletta," jawabnya ketus.

"Kembali ke tempat duduk kamu," perintah Arvi.

Setelah Aletta kembali ke tempat duduknya, absen kembali berlanjut sampai selesai.

Arvi berdehem pelan. "Okay, hari ini saya akan mengadakan remedial," ucapnya sambil membuka daftar nilai siswa 11 IPS 3. "Untuk yang remedial tetap disini. Edward, Aletta, Syadella, Yunita, Agus, Fajar, dan Tuti. Sedangkan yang tidak remedial, wajib membuat peta konsep Bab 2, dikerjakan di Perpustakaan, dan dikumpulkan hari ini."

"Dimana-mana tuh remedial itu dikasih tahu sebelumnya biar kita bisa belajar dari rumah," protesnya setelah murid yang tidak remedial pergi ke Perpustakaan untuk mengerjakan peta konsep.

"Sekarang saya kasih waktu tiga puluh menit untuk belajar," ujar Arvi tanpa menghiraukan perkataan Aletta.

🌿🌿🌿

TBC

Arvetta ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang