Arvetta | 17

767 171 14
                                    

Miss me? Wkwkwk. Jangan lupa vote dan komennya ya!

Selamat membaca. Happy reading. Glad läsning. Bonne lecture. Feliz lectura. Lexim i lumtur. щастливо четене. veel leesplezier. masaya pagbabasa. boldog olvasás. Viel Spaß beim Lesen. buona lettura. 幸せな読書. Lectio beatus.

🌿🌿🌿

"MENDING main aja ke rumah gue," ucap Aletta pada Anin yang menelfonnya.

"Duh, gue harus jaga rumah, Lett. Tapi gue juga bosen," keluh Anin di seberang sana.

"Emang gak ada pembantu?" tanya Aletta heran.

"Ada, sih. Oh iya ya, kan ada pembantu. Ya udah, gue otw!"

Aletta mendengus geli, "Oke, gue tunggu. Jangan lupa bawa makanan," ucapnya sambil mematikan telfonnya.

Sebenarnya, di hari sabtu yang mendung ini lebih baik berdiam diri dikamarnya sambil menonton netflix atau tidur sampai besok. Tapi, menghabiskan waktu dengan Anin bukanlah hal yang buruk. Lagi pula, orang tuanya masih di Malang dan Reno juga sedang hang out dengan ketiga temannya. Sedangkan Rasti, ia sedang ada acara keluarga di Bandung yang mengharuskan cewek itu untuk absen selama seminggu sebelum UAS yang diadakan minggu depan.

Sambil menunggu Anin, cewek itu merapihkan kamarnya, membuat es sirup untuk temannya itu, lalu memesan pizza lewat aplikasi ojek online.

Tok.. Tok.. Tok..

Lah, Anin udah dateng? Cepet amat, batin Aletta sambil mengerutkan keningnya.

"Tumben lo ngetok pintu, biasanya juga langsung mas— Arvi?!"

Arvi tersenyum geli saat melihat Aletta menepuk bibirnya sendiri karena memanggil cowok itu tanpa embel-embel pak.

"Kamu sedang menunggu seseorang?" tanya Arvi langsung.

"Iya. Bapak ada perlu apa?" tanya Aletta sambil mempersilahkan Arvi untuk masuk ke rumahnya.

Arvi menggeleng, "Saya diluar aja. Lagipula, saya mau mencari Reno.." Sekalian ingin melihat kamu, lanjutnya dalam hati.

"Bukannya kalian janjian di Galaxy Cafe?"

"Iya, semacam pesta perpisahan karena Deno dan Hejo akan kembali ke Malang untuk kuliah. Tapi, memangnya Reno sudah berangkat?"

Aletta mengerutkan keningnya, "Sudah, dari tadi. Lebih baik Bapak cepat kesana. Mereka bertiga pasti menunggu Bapak," ujarnya.

"Kamu mengusir saya?"

"Iya, saya sedang mengusir Bapak," jawab Aletta ketus. "Teman saya mau datang, dan pastinya gak enak kalau ada Bapak di rumah saya," lanjutnya.

"Teman kamu? Laki-laki?" tanya Arvi dengan penuh kewaspadaan.

Aletta menggelengkan kepalanya pelan, "Bukan. Lagi pula, itu juga bukan urusan Bapak," ucapnya sambil memaksakan senyumnya.

"Aletta!" Arvi menggeram kesal saat ada yang memanggil nama Aletta ketika ia baru saja ingin menyahuti ucapan Aletta.

Aletta menggigit bibir bawahnya saat melihat Anin datang menghampirinya. Seharusnya ia mengusir Arvi saja dari tadi.

"Eh, ada Pak Arvi. Ngapain Pak? Ngapel ya?" tanya Anin seenak jidatnya, lalu menyalami tangan Arvi, selayaknya guru dan murid.

Arvi menggelengkan kepalanya pelan, "Kalau gitu saya permisi dulu. Nanti saya akan balik lagi kesini bersama Reno. Anin, saya duluan."

Anin mengangguk sambil menahan napasnya. Cewek itu baru menyadari kalau hari ini Arvi terlihat berbeda dengan kaus hitam polos, hoodie berwarna abu-abu dan celana jeans berwarna senada dengan hoodie itu yang panjangnya sampai mata kaki.

Arvetta ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang