Arvetta | 5

1.1K 219 10
                                    

  "LAMA-lama kepala gue bisa pecah," gerutu Arvi sambil mengacak rambutnya.

  Saat ini cowok itu memang sedang mengerjakan beberapa berkas yang Rendra limpahkan padanya. Walau bagaimanapun, perusahaan itu akan jatuh ke tangannya, jadi cowok itu sudah diberi kepercayaan untuk mengerjakan satu proyek yang lumayan besar. Arvi mengecek jam tangannya, sudah waktunya untuk mengajar di kelas 11 IPS 2.

  "Selamat siang, Pak Arvi," sapa seorang siswi malu-malu.

  Arvi tersenyum, lalu mengangguk. Cowok itu kembali berjalan menyusuri koridor dengan santai, seperti biasanya saat sekolah dulu.

  "Selamat siang," sapa Arvi pada seluruh siswa kelas 11 IPS 2 yang sudah duduk ditempatnya masing-masing.

  "Siang, Pak!"

  "Perkenalkan, nama saya Malvier Arviendra, kalian bisa panggil saya Pak Arvi. Umur saya 27 tahun, dan saya yang menggantikan Pak Satria yang sudah pindah tugas keluar kota," ujar Arvi. Karena banyak siswa yang bertanya soal umurnya, jadi saat perkenalan cowok itu sengaja memberi tahu umurnya.

  "Okay, buka buku paket kalian halaman 42, kita akan belajar tentang.."

🌿🌿🌿

  "GAK, Aletta. Lo gak boleh ikut nyanyi!"

  Aletta mendengkus kesal. Dasty memang menyebalkan. Temannya itu memutar lagu di speaker kelas, tapi tidak memperbolehkan Aletta untuk ikut menyanyi. Saat ini, kelasnya memang beruntung karena mendapat free class. Beberapa teman sekelasnya yang laki-laki pergi ke kantin, sedangkan yang lainnya tetap dikelas.

  "Tapi gue mau nyanyi," sahutnya ngotot.

  Dasty terkekeh geli. "Gak boleh," ucapnya dengan senyum yang menyebalkan.

  Sebenarnya, cewek itu tahu kalau Dasty hanya bercanda, dan Aletta memakluminya. Lagipula, kalau tidak ada Dasty, kelasnya akan sepi.

  Kriiiiiing.. Kriiiiiiiing..

  "YES!"

  Aletta tersenyum kecil melihat teman-temannya yang bersemangat untuk istirahat.

"Ke kantin yuk," ajak Anin pada Aletta.

"Ayuk," sahut Aletta sambil merapihkan barang-barangnya.

"Das, nanti jadi?" tanya Rena yang masih bisa didengar Aletta.

Dasty mengangguk. "Iya, gue yakin dia gak bakal nolak gue," jawabnya yakin.

Aletta menaikkan sebelah alisnya saat mendengar perbincangan Rena dan Dasty. "Ty, lo mau nembak siapa?" tanyanya.

  "Ada deh, lo liat aja nanti. Pastiin seluruh murid sekolah ini liat gue di lapangan nanti!"

  "Oh.. okey," sahut Aletta kaku.

  Setelah menatap Dasty lagi selama dua detik, Aletta dan Anin berjalan santai ke Kantin, sedangkan Rasti hari ini tidak masuk karena demam.

  "Lo mau beli apa?" tanya Aletta saat sedang mengantre batagor kesukaannya.

  "Gue juga mau beli batagor," jawab Anin sambil mengangguk-angguk.

  Setelah satu bungkus batagor ada di tangannya, Aletta berjalan menuju lapangan dengan Anin yang terlihat sangat antusias ingin melihat apa yang akan dilakukan Dasty.

"Oh, shit!" Aletta mengumpat saat melihat Dasti sedang berdiri di lapangan basket. Tapi, bukan itu yang membuatnya kaget, melainkan lelaki yang berdiri didepan Dasti, yaitu Arvi.

Arvetta ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang