Arvetta | 34

538 107 1
                                    

  Kalau udah jadi mantan, apa bakal jadi musuh?

H A P P Y R E A D I N G

🌿🌿🌿

"WOI Lett, lo mau ikut nongkrong sama kita gak, di Mpok Minah?" tanya Agus ketika bel pulang berbunyi 15 menit yang lalu.

  "Mpok Minah ada dimana?" tanya Aletta bingung.

  "Deket sekolah, kok. Yang nongkrong disana juga cuma anak kelas kita doang," jawab Edward tanpa diminta.

  "Tenang, nanti bakal dijagain kok. Ajak aja Violet," timpal Sapri tiba-tiba.

  Baru saja Aletta ingin mengiyakan, tapi ia teringat ponselnya yang rusak dan ajakan pulang bersama dari Arvi.

"Duh, gue gak bisa. Hari ini gue dijemput abang gue. Gimana kalau besok?" tanya Aletta, berharap agar tidak melihat wajah kecewa dari teman-temannya.

"Kita kesana tiap hari kok. Besok lo bisa nebeng sama gue, nanti gue anterin pulang," ujar Edward sambil mengedipkan sebelah matanya.

Sapri yang mendengarnya langsung menepuk punggung Edward, "Modus mulu lo, onta. Ayo buruan, pengen nyebat gue," ucapnya yang membuat Aletta langsung melotot.

"Bego lo, Pri. Ngomongnya jangan kenceng-kenceng dong!" omel Aletta yang disambut tawa oleh teman-temannya.

"Kalau gitu gue balik dulu ya," ucap Fajar sambil mengangkat tangannya yang langsung Aletta sambut dengan baik. "High five..," ucap Aletta pada teman-temannya yang bukannya langsung pulang malah nongkrong dulu.

Setelah mereka hilang dari pandangannya, Aletta langsung memakai tas ranselnya lalu berjalan sendirian menyusuri koridor kelas 11 karena Violet sudah pulang duluan.

"Aletta, kamu belum pulang?"

Karena merasa dipanggil, Aletta langsung berbalik dan mendapati Bu Denta berjalan kearahnya.

"Saya kan masih disini, Bu." Aletta menyahut dengan ketus, masih tidak terima dengan hasil ulangan harian kemarin. Bayangkan saja, setelah belajar selama 10 menit sebelum pelajaran itu berlangsung, ia hanya mendapat nilai 37?!

"Mau kemana? Ini kan ruang guru," ujar Bu Denta tanpa menghiraukan nada ketus dari muridnya itu.

"Mau ke ruangan Pak Arvi, ada tugas yang belum dikumpulin soalnya," jawab Aletta sambil menggoyang-goyangkan kakinya, kode agar Bu Denta segera hilang dari penglihatannya.

"Ohh, yang sopan ya. Sekretarisnya tadi baru aja dateng," pesan Bu Denta sebelum pergi meninggalkannya.

Aletta mengerutkan keningnya, tidak menyangka kalau perempuan yang bernama Kania itu berani mendatangi Arvi di jam pulang sekolah. Dengan penuh emosi, Aletta langsung berjalan cepat menuju ruangan Arvi.

Brukkk

"Eh, sorry sorry!"

Aletta mendongkak dan mendapati Dantra mengulurkan tangan kearahnya.

"Duhh, kalau jalan hati-hati dong," omel Aletta kesal.

"Maaf, Lett. Gue buru-buru, ada rapat," ucap Dantra.

"Hah? Kok gue gak tau?" tanya Aletta heran.

"Itu rapat BPH kok," jawab Dantra sambil tersenyum, menepuk bahu Aletta dua kali, lalu pergi meninggalkan cewek itu.

Aletta bertatih-tatih dalam berjalan karena kakinya sakit ketika ditabrak Dantra tadi. Sesampainya di ruangan Arvi, ia lebih memilih mengintip terlebih dahulu dari jendela yang entah mengapa terbuka begitu saja.

Wtf, batin Aletta ketika melihat pemandangan yang entah mengapa membuat dadanya terasa sesak.

Aletta tidak buta ketika melihat Kania yang sepertinya terjatuh kepangkuan Arvi, lalu mulai mendekatkan wajahnya kearah kekasihnya itu dan bodohnya, cowok itu sama sekali tidak menolak.

Kalau sampai tuh mereka beneran ciuman.., gue bakal.., Aletta berpikir sebentar. Iya juga ya, kalau mereka sampai berciuman, apa yang akan ia lakukan? Menangis dan berdrama sampai satu sekolah mengerubunginya?

Entah apa alasannya, tiba-tiba Arvi sudah menoleh kearahnya yang refleks membuatnya berbalik, dan langsung menutup kedua matanya dengan lengan karena sinar matahari langsung menyorot kearahnya. Mungkin ini alasan Arvi mengetahui keberadannya, karena ia menghalangi cahaya matahari yang masuk ke ruangan cowok itu.

"Al?" panggil Arvi hati-hati.

"Kenapa kamu diem aja?" tanya Aletta langsung.

Saat Arvi ingin menjawab, Kania tiba-tiba muncul. "Maaf, Pak. Tadi--"

  "Kamu boleh kembali ke Kantor," potong Arvi langsung, lalu menarik lengan Aletta dan masuk ke ruangannya.

  "Kenapa tadi kamu diem aja?" tanya Aletta lagi.

  "Maksud kamu?" tanya Arvi balik.

  "Setidaknya tadi kamu ngehindar or something. Tapi.., kamu malah diem aja," jelas Aletta kesal. "Kalau kamu emang suka sama dia, aku gak apa-apa. Tapi, kita putus aja," lanjutnya yang membuat Arvi langsung menatapnya tajam.

  "Kamu gampang banget ngomong putus ya?"

  "Dari awal emang kamu kan, yang ragu sama perasaan kamu sendiri? Aku tahu karena waktu kamu nelfon Reno itu aku yang angkat!" bentak Aletta dengan mata berkaca-kaca, kebiasaannya ketika sedang emosi. Dari awal, perasaannya pada Arvi bukanlah hal yang main-main. Tapi bukan berarti cowok itu bisa menginjak-injak harga dirinya, bukan?

  Rahang Arvi mengeras, "Oke, kalau kamu mau putus, yaudah putus aja!" sentaknya.

  "Yaudah, kita putus!"

  "Yaudah!"

  "Yaudah!" balas Aletta nyolot, setelah itu berjalan tertatih-tatih keluar dari ruangan Arvi.

  Arvi mengamati kepergian mantan kekasihnya itu sambil menaikkan sebelah alisnya karena melihat gaya berjalan cewek itu. Setelah mengambil kunci mobilnya, Arvi langsung berlari kecil menyusuri koridor sepi sekolah itu dan menemukan Aletta berjalan pelan menuju parkiran.

  "Ayo aku anter pulang," ucap Arvi langsung yang membuat Aletta menghentikan langkahnya dan menatapnya heran.

  "Gak usah, saya bisa pulang sendiri," sahut Aletta ketus.

  Arvi menghela napasnya, "Aku tahu kaki kamu sakit. Lagian, kamu bisa pulang sama siapa selain sama aku?" tanyanya.

  "Oke, tapi ini terakhir kalinya," jawab Aletta setelah berpikir sebentar.

  "Whatever you say," ucap Arvi sambil berjalan menuju mobilnya dan mendahului Aletta yang jalannya masih tertatih-tatih.

  "Bener-bener brengsek. Katanya tahu kalau kaki gue sakit. Bukannya bantuin, tapi malah jalan duluan," gerutu Aletta kesal.

  "Ayo masuk!"

  Aletta mendongkak, lalu ternganga saat mendapati Arvi sudah siap dengan mobilnya di depan lobby sekolahnya.

  "Ka-- Kamu kok bisa--"

  "Udah masuk aja!" potong Arvi sambil berusaha mengatur napasnya karena berlari dari lobby menuju mobilnya.

  Aletta menoleh kesekelilingnya, lalu ketika tidak menemukan satu muridpun dari pandangannya, ia langsung masuk ke mobil mantan kekasihnya itu.

🌿🌿🌿

TBC

Arvetta ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang