Arvetta | 23

573 137 2
                                    

  "LO mau ngambil rapor gue?" tanya Aletta pada Reno yang sudah siap dengan kaus putih, kemeja hitam yang tidak dikancing, dan celana jeans hitam.

  "Ya, Mama dan Papa kan lagi di Malang," jawab Reno sambil mengikat tali sepatunya.

  Aletta mendengkus kesal sambil mengambil roti yang sudah diisi dengan selai cokelat, lalu mengambil tasnya dan berjalan terlebih dahulu ke teras rumahnya.

"Lo udah siap?" tanya Reno.

"Siap buat apa?" tanya Aletta.

"Buat tahu nilai rata-rata lo."

  Aletta menggigit bibir bawahnya. Percuma juga jika nilainya naik, pasti Arvi tidak akan mengajaknya jalan-jalan karena mencontek di ulangan Bahasa Jepang kemarin.

  "Ah, gak peduli juga kalau nilai gue naik atau turun," sahut Aletta dengan bibir yang mengerucut.

  "Lagian, siapa suruh nyontek."

  "Kok lo jadi menghakimi gue?"

  "Bukannya gue menghakimi, tapi yang lo lakuin itu bikin Arvi kecewa," ucap Reno sambil menatap Aletta yang melahap roti isi buatannya.

  Mendengar ucapan Reno, Aletta memelankan kunyahannya.

  "Gue udah minta maaf," sahut Aletta.

"Jangan ngelakuin hal itu lagi, bukan cuma Arvi yang kecewa, gue juga," ujar Reno yang hanya diangguki Aletta dengan terpaksa.

Hanya karena mencontek, seluruh orang terdekatnya jadi memarahinya. Tentunya, setelah ini ia tidak akan kapok untuk mencontek. Selama ujian, mencontek adalah belahan jiwanya. Tapi ujian kemarin, ia sama sekali tidak mencontek, kecuali pelajaran Bahasa Jepang. Aletta sendiri tidak tahu itu perubahan yang baik atau buruk untuk dirinya sendiri.

Setelah Reno menyalakan mesin mobilnya, Aletta masuk ke dalam mobil itu dan mengeluarkan ponselnya untuk menghubungi Arvi kalau ia sudah berada di perjalanan menuju sekolah.

"Apa reaksi Arvi waktu tau lo nyontek?" tanya Reno sambil menginjak pedal rem karena lampu merah yang menyala di perempatan yang mereka lewati.

"Ya sesuai hukuman yang dia bilang di awal, yaitu ngerjain ujian di sebelah dia," jawab Aletta sambil menyipitkan sebelah matanya pada Reno. "Jangan bahas tentang ujian itu lagi, please. First date gue gagal, because of that little shit!"

"Oke.. oke. Gue gak akan bahas itu lagi," sahut Reno sambil mengangkat sebelah tangannya.

Aletta mendengus pelan, "Good," ucapnya.

Sesampainya di sekolah, Aletta langsung turun dari mobil tanpa menunggu Reno.

"Woi, tungguin gue kali," ujar Reno sambil meraih tangan Aletta.

"Lo tuh punya muka jangan jelek-jelek amat, dong. Tuh, temen gue pada ngeliatin lo," bisik Aletta sambil menarik tangan Reno dan membawa cowok itu ke kelasnya.

"Bukan karena gue jelek, Aletta. Karena gue kelewat ganteng," sahut Reno dengan berbisik juga.

"Lo ngeselin," cibir Aletta. "Ambil rapot gue ya, gue mau ke ruangan cowok gue dulu," ujarnya sambil menjulurkan lidahnya, meledek Reno.

"Iya deh, yang udah punya cowok. Nanti, gue tunggu di kantin ya. Gue kangen sama mie ayam Pakde," ucap Reno yang diangguki Aletta.

Dengan terburu-buru, Aletta berjalan menuju ruang guru dan menemukan Anin berserta kedua orang tuanya sedang berada di depan ruang kepala sekolah.

"Anin, lo udah ngambil rapot?" tanya Aletta setelah mencium tangan kedua orang tua sahabatnya itu.

"Iya, lo udah ngambil?" tanya Anin balik.

Arvetta ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang