Jangan lupa vote dan komen:)
HARI yang tidak Aletta sukai adalah hari Rabu, karena ada pelajaran yang ia benci, yaitu Matematika. Disaat teman sekelasnya yang lain sedang belajar dikelas, Aletta sekarang duduk diruang komputer dengan Bu Denta, guru Matematika-nya untuk remedial. Entah Aletta yang kelewat bodoh atau kelewat bodoh banget, dikelas 11 IPS 3 hanya Aletta yang remedial dengan nilai fantastis, 19.
"Aletta, 25 dibagi 5 itu ya 5, bukan 10. Jadi, x sama dengan 5," ujar Bu Denta dengan nada frustasi.
Aletta menatap Bu Denta iba. "Maaf ya, Bu. Tapi sumpah, deh! Saya sama MTK tuh kayak saya sama dia yang tidak pernah bisa bersatu," gerutunya.
Bu Denta mendengus lelah. "Ayo, coba kamu kerjakan lagi."
Ceklek.
"Arvi, sedang apa kamu disini?" tanya Bu Denta.
"Oh, ada Bu Denta. Saya diminta Pak Soni buat jagain ruang komputer," jawab Arvi.
"Oh, oke."
Sepuluh menit mencoba Aletta sudah berusaha berkonsentrasi, tapi tidak bisa karena saat ia mencuri pandang kearah Arvi, gurunya itu ternyata sedang menatapnya lurus-lurus.
"Bu, saya lepas kacu ya? Panas!" keluh Aletta.
"Panas gimana, Aletta? Ruangan ini full AC yang dingin," sahut Bu Denta.
"Bu, mumpung kita lagi berdua, saya mau curhat."
"Curhat apa? Sudah lupa kalau di depan kamu masih ada soal yang meminta untuk dikerjakan?"
"Saya serius, Bu. Ibu mau saya memendam semua ini sendirian, terus depresi?"
Bu Denta menghela napasnya. Menghadapi tipe murid seperti Aletta memang dibutuhkan tingkat kesabaran yang tidak sedikit.
"Iya, ada apa?"
"Jadi kemarin saya kalah main basket karena lawan saya curang, Bu. Lihat nih, tulang kering saya. Biru kan? Bentar lagi ungu, terus kuning, besoknya jadi pelangi, Bu, dan itu semua gara-gara dia!" jelas Aletta berapi-api.
"Terus, dia gak minta maaf, gitu?" tanya Bu Denta yang mulai tertarik dengan cerita Aletta.
"Duh, gak tau, Bu. Minta maafnya kayak gak ikhlas gitu. Udah gitu, dia nawarin bantuan kan. Saya tolak aja, abisan saya kesel. Eh, tiba-tiba dia bilang 'jarang-jarang, loh, saya bantuin orang'," Aletta menggeleng prihatin, terlalu berlebihan memang.
"Kok dia jahat banget, ya?" komentar Bu Denta, membuat Aletta tersenyum puas.
"Nah, iya, Bu. Saya jawab aja, 'Jarang-jarang juga ada orang yang ngasih tau kejelekannya ke saya'," lanjut Aletta.
"Bagus itu, Aletta. Yang jelas, orang seperti itu jangan ditiru. Secara gak langsung, kamu tau kalau dia jarang bantuin orang kalau lagi kesusahan," ujar Bu Denta.
Brak!
Aletta dan Bu Denta terlonjak kaget saat mendengar bunyi barang jatuh.
"Maaf, Bu. Berkasnya Pak Soni jatuh semua, gak tau kenapa," ucap Arvi, tapi matanya menatap tajam kearah Aletta.
Aletta meneguk salivanya dengan susah payah, peringatan pertama dari Arvi sepertinya sudah dilayangkan kepadanya.
"Hati-hati, Arvi. Takutnya itu berkas penting. Oh ya, Kebetulan ada kamu. Tolong jagain Aletta ya, saya mau balik ke kelas aja. Kepala saya rasanya mau pecah," gerutu Bu Denta, membuat Aletta menaikkan sebelah alisnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/164285009-288-k465602.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Arvetta ✔️
Teen Fiction[COMPLETED] A R V E T T A Because I love you, and I want to fix us up. Start: 14 Oktober 2018 End: 3 April 2020 --------------------------------------------------------------------- "Saya Malvier Arviendra. Kalian bisa panggil saya Pak Arvi. Saya...