Arvetta | 40 | END

1.7K 121 9
                                    

ALETTA menatap pemandangan di depannya, menatap teman-temannya yang bebas berlarian dan berenang. Cewek itu sesekali merutuki keadaannya yang berjalan saja bahkan tidak bisa.

"Kenapa bengong, Lett?" tanya Violet yang sepertinya baru selesai mandi setelah sebelumnya meninggalkan Aletta di teras agar tidak bosan di dalam kamar.

  "Pengen jalan-jalan," rengek Aletta sambil menghentakkan kakinya. Tapi baru satu kali hentak, cewek itu meringis.

  Violet yang melihatnya ikut meringis, lalu duduk disebelah Aletta. "Jangan meratapi keadaan, Lett. Kan ada gue yang nemenin lo disini," ujarnya, berusaha menghibur Aletta.

  "Iya, gue tau. Cuma..," Aletta menghentikan perkataannya. Cewek itu mendengus kesal. "Gue berantem sama Pak Arvi," lanjutnya setelah mereka terdiam beberapa detik.

  "Gue tahu," sahut Violet singkat.

  "Lo tahu dari mana?" tanya Aletta hati-hati untuk menutupi rasa kagetnya.

  "Kelihatan dari ekspresi Pak Arvi waktu keluar dari kamar kita," jawab Violet.

  "Emang ekspresinya gimana?" tanya Aletta penasaran.

  "Yaaa, gitu. Kecewa," jawab Violet. Namun entah mengapa, jawaban itu tidak membuat Aletta puas.

  Ekspresi Aletta semakin terlihat tidak enak. Cewek itu melahap pie susu yang ada di atas meja kecil itu bulat-bulat, lalu menolehkan kepalanya kearah kanan dan tersedak ketika melihat Arvi sedang berdiri disana. Well, cowok itu memang tidak sedang menatap kearah mereka. Tapi kenapa cowok itu berdiri di teras sebelah kamarnya?!

  "Dia nanya gue cinta sama dia atau enggak, tapi gak gue jawab," bisik Aletta.

  "Kenapa gak lu jawab?" tanya Violet heran.

  "Yaa, lu tahu sendiri kan, kalau gue yang mutusin dia. Gue cuma.. malu aja," jawab Aletta.

  "Kenapa harus malu? Lo bahkan udah tahu kalau Pak Arvi itu cinta sama lo," ucap Violet sambil mengerutkan keningnya tidak mengerti.

  "Iya, gue tahu. Cumaa yaaa, gengsi aja. Gue kan yang minta putus. Masa tiba-tiba gue bilang kalau gue suka sama dia?" tanya Aletta kesal sendiri.

  "Ck. Yaudah, besok lo intropeksi diri aja. Maaf karena besok gue gak nemenin lo. Tahu sendiri kan, kalau gue harus ikut ke ubud?"

  Aletta mendengus pelan, "Oke. Maaf karena gue, hari ini lo gak ikut jalan-jalan ke Kuta bareng yang lain," ujarnya.

  "Gak apa-apa, Lett. Lagian, gue juga gak tau mau kesana sama siapa," sahut Violet.

  Hari ini, mereka memang bebas untuk ke pantai Kuta. Sedangkan tadi, Aletta sudah latihan berjalan dengan Violet. Untungnya kakinya sudah membaik. Mungkin besok ia sudah bisa berjalan walaupun terpincang-pincang.

  "Lain kali hati-hati, Lett. Untung aja lokasi lo jatuh gak jauh dari gue," ucap Violet memberikan nasehat.

  "Iya, lagian gue gak tahu apa yang gue pikirin waktu itu," balas Aletta sambil mengulurkan tangannya kepada Violet untuk membawanya kembali ke kasur.

  Violet memapah Aletta dengan hati-hati sampai cewek itu duduk di kasur.

  "Btw, kayaknya kaki lo udah membaik. Buktinya lo gak perlu jalan sambil lompat satu kaki lagi," komentar Violet.

  "Hmm, iya ya. Lusa gue bisa ikut ke Pandawa nih," sahut Aletta senang.

  "Amiiinnn!"

🌟🌟🌟

Arvetta ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang