Jangan lupa vote dan komen ya:)KARENA sulit melupakan kejadian kemarin, hari ini Aletta sangat malas bersekolah. Cewek itu sengaja terlambat agar tidak bertemu dengan gurunya yang berhasil membuatnya salah tingkah sendiri hanya karena sebuah senyuman.
"Pak, tolong bukain gerbang-nya dong. Saya udah jauh-jauh dari Bandung ke sekolah ini untuk menuntut ilmu," bujuk Aletta, bohong tentunya. Cewek itu memeluk tiang listrik depan pos satpam sekolahnya agar dikasihani.
"Duh, masalahnya kamu teh telat 1 jam," ujar Pak Toni, satpam sekolah Aletta. Wajahnya terlihat serba salah.
Aletta mendecak, "Lagian guru BK-nya mana, Pak? Udah males ngurusin murid telat kali ya? Kalau gitu gak usah kerja aja sekalian!" cerocosnya yang membuat Pak Toni menggelengkan kepalanya pelan.
"Gak boleh ngomong gitu atuh, neng—"
"Ada apa, Pak?" potong seseorang yang membuat Aletta refleks melepas pelukannya pada tiang listrik, membuat tubuhnya oleng, dan jatuh terduduk di trotoar depan sekolahnya.
"Aduh. Pantat gue," ringisnya pelan. Matanya menatap telapak tangan kirinya yang lecet akibat menahan tubuhnya agar tidak jatuh telentang.
Aletta menaikkan sebelah alisnya saat melihat tangan kiri seseorang terayun didepannya untuk membantunya bangkit. Cewek itu mendongkak, lalu mengerjapkan matanya saat cahaya matahari terhalangi oleh seseorang yang mengulurkan tangan padanya, ternyata Arvi.
Aletta meraih tangan Arvi, "Makasih, Pak." Aletta berucap setelah bangkit dari jatuhnya yang tidak elite.
"Kenapa telat?" tanya Arvi sambil menaikkan sebelah alisnya.
"Macet," jawab Aletta singkat.
Arvi mengerutkan keningnya melihat perubahan sikap Aletta padanya. Tapi, cowok itu menggelengkan kepalanya, merutuki dirinya sendiri yang terlalu peduli pada muridnya ini.
"Karena kamu baru telat satu kali, kamu boleh masuk. Tapi, tulis nama kamu disini," ujar Arvi sambil memberikan sebuah buku dan satu pena pada Aletta.
"Udah," ucap Aletta setelah menuliskan nama, kelas, beserta alasannya terlambat masuk.
"Lain kali, jangan telat lagi. Untung kamu tidak dihukum."
Aletta bersidekap, lalu mendengus kesal. "Bapak awalnya ngelamar disini jadi guru BK ya? Kayaknya sering banget nyeramahin saya," ujarnya ketus.
"Itu memang tugas saya," sahut Arvi.
"Tugas?"
"Iya, sudah tugas saya untuk menceramahi murid yang suka melanggar aturan," ucap Arvi.
"Buat apa ada peraturan kalau bukan untuk dilanggar?"
"Karena itu, peraturan di sekolah ini tidak cocok untuk murid yang tidak bisa diatur seperti kamu," ujar Arvi. "Entah apa yang terjadi saat kamu menikah nanti. Pasti suami kamu tidak betah dengan kamu yang tidak bisa diatur," cibirnya.
"Kenapa bawa-bawa suami? Pikiran saya aja belum sampai kesana," ucap Aletta sambil menaikkan sebelah alisnya.
"Harusnya kamu berpikiran jauh ke depan."
Aletta mendengus lelah, lalu menggelengkan kepalanya pelan. Tanpa menghiraukan gurunya yang menyebalkan itu, Aletta berjalan cepat meninggalkan Arvi yang masih menatapnya sambil tersenyum miring.
🌿🌿🌿
"BUSET, udah dong, Al. Lo udah makan 1 porsi mie ayam sama 2 porsi bakso. Lo gak kenyang apa?" tanya Anin.
"Gue kesel," gerutu Aletta setelah menelan bakso-nya bulat-bulat.
"Lo cerita aja ke kita, gak usah makan kayak kuli gitu," ujar Rasti sambil menggelengkan makanannya.
Aletta menyeruput es jeruknya, lalu mengangguk, "Oke. Jadi dua hari yang lalu, gue tanding basket sama Pak Arvi, dan gue kalah," jelasnya.
"Yahhh.. itu sih gak heran ya," komentar Rasti.
"Tunggu, kenapa lo bisa tanding basket sama Pak Arvi?" tanya Anin bingung.
"Gak tau, dia yang ngajakin. Tapi, itu gak penting. Yang penting, lo harus tau, alasan gue kalah itu karena dia naruh kakinya depan tulang kering gue."
"Jadi dia main curang?" tanya Anin yang diangguki Aletta.
"Gue bener-bener kesel sama dia!" gerutu Aletta sambil menambah sambal ke baksonya sebanyak dua sendok.
"Jangan terlalu kesel sama orang, Lett, apalagi cowok," nasihat Rasti.
"Dih, dia aja beda 11 tahun sama kita," sahut Aletta.
"Ya elah, banyak kali orang nikah selisih umurnya 20 tahun," sanggah Anin.
"Dan gue, bukan salah satu dari banyak orang nikah yang selisih umurnya puluhan tahun itu," timpal Aletta.
"Jodoh gak ada yang tau, Lett," sahut Rasti.
"I know, tapi gak dia juga, kan? Kalau gue jalan sama dia, bisa-bisa gue dikira simpenan om om!"
"Konyol banget, Pak Arvi tuh gak tua tua banget, kali," bantah Rasti.
"Cinta juga gak mengenal umur, kalau misalnya lo berdua jodoh, gue bakal seneng banget," ujar Anin.
"Kenapa?" tanya Aletta.
"Karena, gue yakin kalau Pak Arvi bisa sabar nanggepin sikap lo yang kadang-kadang manja!"
Aletta mendengus kesal, melahap baksonya bulat-bulat, lalu mengunyahnya pelan-pelan. Di dalam pikirannya, terbayang wajah gurunya yang menyebalkan itu sedang menyeringai sambil menatapnya lurus-lurus. Cewek itu menggelengkan kepalanya cepat, berusaha mengusir wajah Arvi dari pikirannya.
🌿🌿🌿
TBC

KAMU SEDANG MEMBACA
Arvetta ✔️
Подростковая литература[COMPLETED] A R V E T T A Because I love you, and I want to fix us up. Start: 14 Oktober 2018 End: 3 April 2020 --------------------------------------------------------------------- "Saya Malvier Arviendra. Kalian bisa panggil saya Pak Arvi. Saya...