Arvetta | 37

598 113 0
                                    

OM SWASTIASTU, Aletta membaca kalimat tersebut dalam hati ketika turun dari pesawat menuju baggage claim melalui elevator. Kepalanya sedikit pening saat pesawat landing tadi sehingga harus meminta tolong Violet untuk mencarikan kopernya.

"Lo yakin gak apa-apa? Mau gue bilang ke guru?" tanya Violet ketika melihat Aletta yang terlihat kesusahan saat mengambil kopernya.

  Aletta menarik kopernya, lalu mengenakan kaca mata hitamnya untuk menutupi matanya yang sayu.

  "Gak usah, gue masih kuat kok buat sampai ke Hotel," jawab Aletta sambil tersenyum. Cewek itu dengan cepat mengoleskan sedikit liptint di bibirnya yang sekarang terlihat pucat.

  Violet hanya mengangguk pasrah, lalu mengikuti Aletta yang berjalan menuju bus yang akan membawa mereka ke Hotel yang terletak di daerah Kuta.

  "Hari ini kita free time kan, di daerah sekitar Kuta? Sampai Hotel nanti, lo harus makan ya. Nanti gue temenin lo istirahat," ujar Violet panjang lebar.

  Aletta mengangguk pelan, lalu memijat keningnya pelan. Kebiasaan buruknya setelah naik pesawat ini membuatnya harus tidur nyenyak. Kalau tidak, ia akan terus pusing seperti ini. Karena hal itu, perjalanan melewati daerah Kuta yang mempunyai pemandangan indah tidak membuatnya semangat untuk melihatnya atau mengabadikannya di ponsel.

  I need to sleep, batin Aletta sambil merutuki sopir bus ini yang lama dalam berkendara.

🌿🌿🌿

  "JADI, Aletta itu bakal pusing dan bahkan bisa pingsan setelah pesawat landing?" tanya Arvi ketika pesawat sudah mendarat di Bandara I Gusti Ngurah Rai, Denpasar, Bali.

  "Iya, tolong lu cek adek gue ya. Walaupun mantan, gak boleh musuhan, kan?"

  "Ck. Iya iya. Gue bakal cari adek lo. Tapi, pesawat dia tiba setengah jam lebih cepat daripada gue, dan kemungkinan, Aletta sekarang udah sampai Hotel," jelas Arvi sambil berjalan menuju baggage claim dengan beberapa guru di sekitarnya.

  "Then make sure she get rest. Thanks, Ar! Kalau gitu, have fun dan jangan lupa jagain adek gue!"

  Tut.

  Belum sempat Arvi menjawab, Reno sudah mematikan sambungan telfon mereka. Setelah membuat Aletta meminta maaf dan berjanji untuk tidak terlalu dekat dengan temannya yang laki-laki, Arvi memang merelakan ponselnya hilang dan langsung menggantinya dengan yang baru. Cowok itu menoleh ke sekelilingnya, lalu ketika mendapati seseorang memegang kertas yang bertuliskan namanya, Arvi langsung menghampiri orang itu.

  "Koper saya sudah di ambil?" tanya Arvi tanpa basa-basi.

  "Sudah, tuan muda."

  Arvi hanya mengangguk, lalu berjalan mengikuti orang yang akan membawanya ke Hotel secepatnya.

  "Pak, lewat rute tercepat ya," ucap Arvi diperjalanan menuju Hotel.

  "Baik, tuan muda."

  "Arvi saja, Pak," ralatnya.

  Sopir itu hanya mengangguk, membuat Arvi menghela napasnya. Mengapa bawahan ayahnya begitu kaku?

  "Pak, nanti tolong antar koper saya ke kamar 107. Soal kunci, minta saja ke receptionist atas nama saya," pinta Arvi yang langsung diangguki oleh sopir itu.

  Sesampainya di Hotel, Arvi langsung turun dari mobil dan menuju kamar Aletta yang sengaja ia taruh di kamar 106 agar mudah mengawasi cewek itu.

  Tokk.. tokk.. tokk..

  Ceklek.

  "Pak Arvi? Kenapa Pak?" tanya Violet yang membuka pintu itu.

  "Kamu seharusnya ada di restoran untuk makan siang," ucap Arvi dengan nada datar.

  "Saya tahu, tapi sekarang Aletta lagi sakit," ujar Violet.

  "Saya akan menjaganya. Tolong hubungi room service untuk mengantarkan makanan untuk Aletta, bisa?"

"Bisa, Pak. Kalau begitu, saya permisi."

  Arvi mengangguk, lalu menghampiri Aletta yang tertidur pulas di kasur king size itu. Arvi mengusap puncak kepala Aletta yang hangat, lalu menghembuskan napasnya lega karena cewek itu tidak demam.

  Ting nong.

  Bunyi bel itu menggema di penjuru kamar. Dengan cepat, Arvi membuka pintu kamar itu dan menemukan pegawai restoran membawa nampan berisi bubur yang asapnya masih mengepul serta segelas teh hangat.

  "Terima kasih, maaf merepotkan," ucap Arvi sambil mengambil alih nampan itu, lalu kembali masuk ke kamar Aletta.

  "Al," panggil Arvi sambil mengguncangkan tubuh Aletta pelan.

  Aletta mengerjapkan matanya, "Pusing," gumamnya yang masih terdengar oleh Arvi.

"Makan dulu, Al," ucap Arvi sambil membantu Aletta menegakkan tubuhnya.

Aletta tidak menolak. Cewek itu menerima suapan demi suapan yang di berikan oleh Arvi. Sepertinya ia terlalu lemas untuk memberontak.

"Istirahat ya. Jangan kemana-mana, kecuali kalau kamu udah baikan," pesan Arvi yang hanya diangguki oleh Aletta.

Arvi tersenyum kecil, lalu kembali ke kamarnya dan berjalan pelan menuju teras untuk melihat pemandangan siang hari di Hotel itu. Beberapa siswa sedang berjalan di sekitar pantai dan ada juga yang berenang. Cowok itu tersenyum miris, merasa kasihan melihat Aletta yang harus bed rest selama beberapa jam, bukannya menikmati free time seperti teman-temannya.

🌿🌿🌿

Arvetta ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang