Arvetta | 14

835 176 10
                                    

PUKUL sebelas malam, Aletta baru sampai di rumahnya. Cewek itu menarik napasnya, lalu menghembuskannya kasar saat melihat kamar Reno yang masih menyala.

"Duh, gue gak nyangka bakal pulang jam segini," ucap Aletta sambil menoleh kearah Kaleo yang terlihat santai disebelahnya.

"Lagian.. Nonton tuh bisa besok, tapi lo malah maksa buat nonton hari ini," sahut Kaleo.

"Lo tuh ya.. harusnya lo ngasih saran buat gue yang akan menghadapi Reno," cibir Aletta.

Kaleo terlihat menikmati ekspresi kalut cewek di sebelahnya ini. "Gue gak ada saran biar lo bisa menghadapi Reno, tapi gue ada saran biar lo bisa menghadapi guru yang lo suka itu."

"Kenapa harus dia? Paling dia udah pulang," ujar Aletta heran.

Kaleo mematikan mesin mobilnya, lalu menatap Aletta lekat-lekat. "Gue itu cowok, Aletta. Gue tau apa yang bakal dilakuin seorang cowok kalau lagi khawatir sama cewek yang dia suka."

"Maksud lo?" tanya Aletta bingung. Ia masih tidak mengerti apa yang dimaksud Kaleo.

Kaleo menghela napasnya. Melihat adik Arvi yang tiba-tiba bertemu dengan mereka pasti bukanlah hal yang kebetulan. Apalagi saat ia melihat ponsel dengan voice recorder yang menyala berada di tangan perempuan yang bernama Flora tadi.

  "Mending lo masuk, terus bersikap kayak hari ini adalah hari yang paling bikin lo bahagia. Kalau Arvi cemburu atau marah, atau bahkan langsung nembak lo, berarti dia suka sama lo. Kebalikannya, kalau dia biasa aja, gak marah, atau gak nembak lo, berarti.."

Alis Aletta menyatu. "Berarti..??"

"Berarti akting lo jelek," lanjut Kaleo sambil menyentil dahi Aletta. "Udah sana masuk," usirnya.

Aletta mendengkus, membuka pintu mobil Kaleo, lalu turun dari mobil itu.

"Aletta," panggil Kaleo saat cewek itu ingin menutup pintu mobilnya.

"Apa?" tanya Aletta ketus.

"Dia suka sama lo, Aletta. Percaya sama gue," ucapnya sambil menganggukan kepalanya.

Jantung Aletta berdegup kencang. Cewek itu mengulum senyumnya, lalu menutup pintu mobil Kaleo. Setelah melambaikan tangan pada Kaleo, ia membuka pintu rumahnya dan masuk ke dalam rumahnya yang sunyi dan gelap. Biasanya, jam segini masih ada Ayahnya yang sedang kerja di ruang tamu. Tapi yang ia tahu, sekarang Stephan dan Vanessa sedang menjenguk neneknya yang sakit di Malang.

  Tuk.. tuk.. tuk..

  Ketukan suara sepatu Aletta menggema di lantai rumahnya. Cewek itu mengambil gelas, lalu mengisinya dengan air putih untuk di minum pagi hari nanti.

  "Kamu habis darimana?" tanya suara berat seseorang yang berhasil membuat Aletta terkesiap. Untung saja gelas yang ia pegang tidak jatuh.

  "Bapak kok masih ada disini?" tanya Aletta heran saat melihat Arvi berjalan menghampirinya.

  "Saya menginap sampai besok," jawab Arvi sambil memperhatikan Aletta yang sedang melepas sepatu high heels-nya.

  Arvi mendekat kearah Aletta, berlutut dihadapan Aletta, lalu membantu cewek itu melepas sepatunya. Aletta memperhatikan gurunya itu sambil menahan napasnya.

  "Makasih, Pak." Aletta berucap pelan saat Arvi memberikan sepasang sepatu yang sudah lepas dari kakinya.

  "Sama-sama," sahut Arvi.

  "Kenapa belum tidur?" tanya Aletta sambil menaruh sepatunya di rak sepatu.

  "Saya habis main PS dengan Reno," jawab Arvi, bohong tentunya. Reno sudah tidur dari beberapa jam yang lalu, membuatnya harus menunggu Aletta sendirian.

Arvetta ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang