Jangan lupa vote dan komennya ya:)
H A P P Y R E A D I N GARVI mengamati Aletta lama, "Yaudah, Ren. Habis ini kita langsung pulang aja," putusnya yang diangguki Reno.
Setelah mereka di perbolehkan untuk turun dari wahana bianglala, Arvi langsung menggenggam tangan Aletta dengan erat dan berjalan beriringan menuju tempat parkir mobil mereka yang untungnya tidak jauh dari pintu masuk Dufan.
"Mau aku gendong?" tawar Arvi.
"Gak usah, lagian aku cuma lemes doang," tolak Aletta halus.
Arvi meringis. Kalau seperti ini terus, ia jadi merindukan Aletta yang ketus, tidak sopan, dan galak kepadanya. Apa gue beneran jatuh cinta sama dia? tanya Arvi dalam hati sambil mengamati Aletta yang berjalan disebelahnya.
"Kamu naik duluan, aku nyusul." Arvi berucap saat mereka sampai di mobil.
Aletta mengangguk, lalu masuk ke dalam mobil diikuti Arvi dan Reno yang duduk di jok depan.
"Padahal kalau Aletta gak sakit, gue mau ajak kalian makan di restoran langganan gue," papar Reno saat mobil mereka keluar dari Ancol.
"Ya udahlah, kapan-kapan juga bisa," sahut Arvi sambil mengusap rambut Aletta yang tertidur di pahanya.
"Inget loh, Ar. Sampai rumah, Aletta harus mandi pakai air hangat, terus minum tolak angin, dan langsung tidur. Gue mau drive thru McDonald's. Nanti kalau Aletta udah bangun, suruh makan ya," pesan Reno yang diangguki Arvi.
Well, hari ini gue bener-bener mengenal Aletta lebih jauh, batin Arvi sambil menatap Aletta yang tertidur dengan tenang.
🌿🌿🌿
"ALETTA, bangun.. Kamu harus mandi, makan, minum obat, habis itu tidur," ujar Arvi sesampainya di rumah Aletta. Arvi menepuk pipi Aletta sampai cewek itu mengerjapkan kedua matanya dan bangkit dari tidurnya.
Aletta meringis saat merasakan pening yang melanda kepalanya saat duduk. "Kamu ngapain?" tanya Aletta bingung saat Arvi mencoba untuk menggendongnya.
"Gendong kamu— astaga, berat banget!" keluhnya dengan nada dibuat-buat, membuat Aletta terkekeh dan memukul lengan Arvi pelan.
"Buset, udah kayak pengantin baru aja," celetuk Reno sambil membawa barang-barang adiknya.
Arvi menurunkan Aletta di depan kamar pacarnya itu. "Kalau kamu udah selesai mandi, ke bawah ya. Jangan langsung tidur," perintah Arvi dengan nada tegasnya seperti biasa.
"Iyaa," sahut Aletta ogah-ogahan.
"Aku ada di bawah kalau kamu butuh," ucap Arvi yang diangguki Aletta.
Setelah memastikan bahwa Aletta masuk ke kamarnya, Arvi kembali ke bawah dan menemukan Reno yang sedang menikmati McDouble dan Iced Latte Frappe.
"Lo gak makan?" tanya Reno yang menyadari kalau Arvi hanya melihatnya makan.
"Gue nunggu Aletta aja," jawabnya sambil menyalakan televisi dan mencari film bagus di Netflix.
"Nonton Stranger Things dong," pinta Reno.
"Oke, gue juga belum nonton film itu."
Tepat ketika film itu memasuki menit ke lima belas, Aletta turun dengan piyama tidurnya dan menghampiri pacarnya yang sedang duduk di sofa bersama kakaknya.
"Makanan gue mana?" tanya Aletta pada Reno.
Arvi bangkit dari duduknya, "Kamu mau Teriyaki Chicken Rice atau Triple Burger with Cheese?" tanyanya sambil berjalan menuju meja makan, diikuti Aletta.
"Kamu sendiri mau apa?" tanya Aletta balik.
"Aku sih apa aja mau," jawab Arvi sambil menaikkan kedua bahunya acuh.
"Kalau gitu, aku mau teriyaki aja."
"Oke," Arvi mengangguk, lalu menyodorkan sepiring Teriyaki Chicken Rice, segelas Hot Chocolate dan segelas Hot Cappuccino. "Aku dan Reno gak tau kamu suka apa, jadi minumannya aku beliin dua. Gak apa-apa, kan?" tanyanya.
"Iya, gak apa-apa," jawab Aletta.
"Baca do'a dulu," ucap Arvi.
Aletta tersenyum saat pacarnya menyerahkan satu buah Hash Brown, lalu memintanya untuk berdo'a bersama-sama.
"Makan yang banyak, aku gak suka liat kamu sakit," ujarnya sambil membuka bungkus Burger-nya setelah mereka berdua berdo'a bersama.
"Iya.. Bapak bawel banget dah," keluhnya.
"Di kasih tau sama yang lebih tua juga," balas Arvi.
Aletta mengulum senyumnya, "Cieee, akhirnya nyadar juga kalau situ udah tua," ucapnya.
"Enak aja," cibir Arvi sambil melahap kentang goreng yang menjadi pendamping burger-nya.
"Pak, saya mau jujur tentang sesuatu," ucap Aletta yang membuat Arvi menaikkan sebelah alisnya.
"Kenapa manggil saya pakai Pak lagi," keluh Arvi.
"Ini antara guru dan murid, Pak. Bukan soal kita," jelas Aletta yang membuat Arvi mengerutkan keningnya.
"Oke, ada apa?"
Aletta menarik napas dalam-dalam, lalu menghembuskannya kasar. "Sebenarnya yang bikin Bapak sakit perut waktu remedial kemaren itu, saya."
"APA?!"
Arvi melotot, lalu mencubit kedua pipi tembam Aletta kuat-kuat, membuat pacarnya itu meringis hingga matanya berkaca-kaca.
"Ih, sakit tau, Pak!"
Karena tidak tega melihat pipi Aletta yang memerah, Arvi mengusap kedua pipi itu, lalu mendecak kesal. "Kamu tuh memang hobi sekali merusak reputasi saya. Kamu pasti tertawa sekeras-kerasnya dalam hati saat saya—" Arvi menghentikan ucapannya saat melihat Aletta tertawa.
"Saat Bapak kentut waktu lagi hening-heningnya.. Hahaha," lanjut Aletta tanpa diminta.
Arvi tersenyum melihat Aletta kembali tertawa, tidak lemas dan mengeluh pusing seperti di mobil tadi. "Habisin makanan kamu. Nanti kalau kamu sudah selesai makan, samperin saya di ruang tengah," ujar cowok itu karena makanannya sudah habis.
"Kamu gak marah kan?" tanya Aletta dengan wajah melasnya.
"Enggak," jawab Arvi sambil mengerutkan keningnya,
"Kalau kamu gak marah, kenapa mau pergi? Aku gak mau sendirian," ucap Aletta.
"Ya udah, aku disini," sahut Arvi yang membuat Aletta mengembangkan senyumnya.
"Nih, buat kamu. Aku gak terlalu suka cappuccino," ucap Aletta yang diangguki Arvi.
Setelah Aletta menghabiskan makanannya, Arvi menyodorkan gelas yang berisi air mineral dan satu bungkus tolak angin yang sudah dibuka.
"Makasih," ucap Aletta setelah cewek itu meminum obatnya,
"Sama-sama. Sekarang, kamu tidur ya. Aku mainin gitar, mau kan?"
Aletta mengangguk, lalu mengikuti Arvi yang berjalan terlebih dahulu menuju kamarnya.
"Kamu nginep sini?" tanya Aletta sambil merebahkan dirinya di kasur.
"Enggak, lagian ini masih jam 9. Paling jam setengah 10 aku balik," jawab Arvi.
Arvi mengambil gitar Aletta, lalu duduk disebelah kasur pacarnya dan membawakan lagu My love dari Westlife dan A Thousand Years dari Christina Perri. Seperti biasa, setelah permainan gitarnya berakhir, Arvi mengusap kepala serta mengecup kening pacarnya itu.
🌿🌿🌿
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Arvetta ✔️
Teen Fiction[COMPLETED] A R V E T T A Because I love you, and I want to fix us up. Start: 14 Oktober 2018 End: 3 April 2020 --------------------------------------------------------------------- "Saya Malvier Arviendra. Kalian bisa panggil saya Pak Arvi. Saya...