Arvetta | 30

544 107 0
                                    

S E L A M A T   M E M B A C A

🌿🌿🌿

  PRIDE and Prejudice, batin Aletta saat menemukan buku itu di rak yang tinggi.

"Ed," panggil Aletta yang membuat cowok itu langsung menoleh.

"Kenapa?" tanya Edward kelewat semangat.

"Tolong ambilin buku itu dong," pinta Aletta sambil menunjuk buku yang diinginkannya.

Sesuai dugannya, Edward dapat dengan mudah mengambil buku itu.

"Makasih," ucap Aletta sambil tersenyum kecil, lalu berjalan menuju meja baca dan duduk di sebelah Violet.

"Lo udah nemu bukunya?" tanya Violet.

"Udah. Pride and Prejudice. Lo?"

"The Girl Who Fell," jawab Violet.

Saat ini, kelas mereka memang ditugaskan untuk membuat review tentang buku bahasa Inggris yang mereka baca.

Drrrttt.. Drrrttt..

Aletta menoleh kearah ponsel Reno yang ia bawa diam-diam, lalu terbatuk pelan saat menyadari kalau Arvi yang menelfon kakaknya itu.

"Arvi? Pak Arvi? Kenapa dia nelfon lo?" tanya Violet yang membuat Aletta semakin panik.

"Ini ponsel abang gue," jelas Aletta, membuat Violet mengangguk paham.

"Angkat aja," saran Violet.

Aletta mengangguk setuju, lalu mengangguk dan mengangkat panggilan dari Arvi.

"Kenapa lo baru angkat telfon gue? No, bukan itu yang mau gue omongin. Gue cuma mau nanya, apa adek lo itu suka ngerayu cowok, or something? Karena gue selalu liat dia lebih deket sama cowok dari pada sama cewek," cerocos Arvi yang membuat Aletta terpaku.

"Gue ngerasa.., kalau gue udah mulai ragu sama adek lo, Ren. Apa adek lo harus gue putusin aja dari pada gue yang makin nyakitin dia?"

Aletta meneguk salivanya dengan susah payah, lalu mematikan telfon secara sepihak. Hatinya mencelos, jadi selama ini Arvi masih ragu akan perasaannya?

"Kenapa, Lett?" tanya Violet pelan karena mulai merasakan hawa tidak enak di sekitarnya.

Aletta masih diam, membuat Violet mulai panik sendiri.

"Aletta..?"

"Al?"

"Aletta!"

Mendengar namanya disebut, Aletta langsung tersadar dari lamunannya dan tersenyum kecil, "Gak apa-apa," jawabnya sambil memaksakan senyumnya. "Ayo baca lagi," ajaknya sambil berusaha memusatkan kembali perhatiannya pada buku itu.

Ya, matanya memang menatap tajam buku tebal itu. Tapi, pikirannya melayang entah kemana.

🌿🌿🌿

ARVI mengacak rambutnya frustasi. Entah mengapa, ia merasa kalau belakangan ini Aletta mulai menghindarinya, dan keadaan sepertinya sangat mendukung, mengingat bahwa sekarang cewek itu sudah tidak memiliki ponsel.

Kakinya melangkah pelan menuju jendela yang terletak di ruangannya, lalu menarik gorden jendela yang memiliki tipe horizontal blinds itu. Sekarang memang jadwalnya Aletta mengikuti pelajaran Olahraga di lapangan. Disana, terlihat Aletta yang sedang berusaha memasukkan bola basket kedalam ring tanpa dribble, membuat Arvi terkekeh geli melihatnya.

Tapi saat Arvi ingin menutup kembali jendelanya, matanya tanpa sengaja menatap Sella yang dengan sengaja menaruh kakinya di depan tulang kering Aletta, membuat cewek itu terjatuh. Arvi menggeram pelan. Rupanya muridnya itu masih belum kapok setelah terkena amarah dari kedua orang tuanya.

Rahang Arvi mengeras saat melihat dengan mata kepalanya sendiri bagaimana Edward membantu Aletta berdiri dengan memegang kedua lengan cewek itu Bodohnya, Aletta sama sekali tidak menolak bantuan dari Edward. Come on, masih banyak kan, teman perempuannya yang lain? Apa cewek itu senang bersentuhan dengan orang lain yang bukan kekasihnya?

Kalau iya, ini tidak bisa dibiarkan karena Arvi tidak suka jika miliknya disentuh oleh orang lain.

🌿🌿🌿

TBC

How is Arvetta so far?

Arvetta ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang