Arvetta | 15

825 175 16
                                    

Ceklek.

ARVI menutup pintu kamar Aletta pelan, lalu berjalan menuju kamar tamu yang terletak disebelah kamar muridnya itu.

"Astagfirullah," gumamnya setelah menghempaskan tubuhnya di kasur yang untungnya empuk. Cowok itu memijat pelipisnya saat kembali mengingat wajah tenang Aletta ketika tertidur, membuatnya tidak bisa menahan diri untuk tidak mengecup kening cewek itu.

"Gue kenapa sih?" tanya Arvi pada dirinya sendiri. Dari tadi, ia mulai bertingkah aneh karena merasa tidak suka dengan tetangga Aletta itu. Berbagai asumsi mulai berkecamuk di pikirannya. Apakah ia cemburu?

🌿🌿🌿

PAGI yang cerah ini, Aletta tiba di sekolah lebih cepat dari biasanya untuk menyerahkan prakarya-nya pada Bu Tia. Cewek itu berjalan menyusuri koridor ruang guru sambil menatap sinis beberapa siswi yang menatapnya, tapi tersenyum manis pada adik kelas atau teman seangkatan yang menyapanya.

Tok.. tok.. tok..

"Masuk!"

Ceklek.

Aletta membuka pintu ruangan Bu Tia, membiarkan pintu itu tertutup sendiri, lalu menaruh hasil karya-nya di meja guru itu.

"Ini hasil karya saya," ucap Aletta dengan nada datar.

Bu Tia melirik hasil karya Aletta sekilas, lalu menatap muridnya itu. "Itu murni hasil karya kamu?" tanyanya.

"Ya jelas lah," jawab Aletta, nyolot.

"Biasa aja kali," ucap Bu Tia sambil mengetes lampu tidur Aletta, lalu membubuhkan nilai cewek itu di daftat nilai 11 IPS 3.

"Saya dapat nilai berapa?" tanya Aletta.

"Sembilan puluh lima. Kalau sikap kamu baik, saya gak akan segan ngasih kamu nilai seratus," sindir Bu Tia.

  Aletta mendengus pelan. "Saya gak merasa salah," sahut cewek itu sambil menaikkan kedua bahunya acuh. "Kalau begitu, saya permisi," lanjutnya sambil mengambil lampu tidurnya kembali.

  Tanpa melihat reaksi dari Bu Tia, Aletta keluar dari ruangan guru itu dan berjalan santai menuju kelasnya.

  "Aletta," panggil seseorang saat ia ingin masuk ke kelasnya, membuat cewek itu langsung berbalik dan melihat Dantra, Ketua OSIS yang di sekolahnya.

  "Kenapa?" tanya Aletta.

  "Nanti siang ada rapat di kelas 11 IPA 2. Jangan telat ya," ucap Dantra dengan senyum manisnya yang berhasil membuat banyak murid perempuan jatuh hati, kecuali Aletta tentunya.

  "Rapat buat apa?"

  "UAS kan tiga minggu lagi, kita harus rapat buat class meeting," jawab Dantra.

Aletta mengangguk, "Oke.. itu aja kan?" tanyanya sambil menaikkan sebelah alisnya, heran karena cowok didepannya ini menatapnya tanpa kedip.

"Iya. Wajib dateng ya, Lett. Lo kan udah pernah gak ikut rapat sekali waktu remedial matematika," ujar Dantra, membuat Aletta mendengus kecil karena cowok itu kembali mengungkit tentang remedial matematika yang menjadi hari dimana Aletta sadar kalau ia menyukai Arvi.

  "Iyaa," sahut Aletta malas-malasan.

Dentra tersenyum, lalu menepuk kepala Aletta, membuat cewek itu mencibir setelah kepergian cowok itu. Saat Aletta membalikkan badannya, matanya bertemu dengan mata Arvi yang berdiri di depan kelas 11 IPS 2. Bukannya menyapa, Aletta malah melengos, lalu masuk ke kelasnya.

Arvetta ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang