Arvetta | 38

592 87 3
                                    

ALETTA kembali terbangun ketika tenggorokannya terasa kering. Untungnya sekarang kepalanya tidak terasa pening seperti siang tadi.

"Lo udah bangun, Lett?" tanya Violet yang sedang membaca buku disebelahnya.

"Iya, kepala gue udah gak pusing lagi. Maaf ngerepotin, tapi emang itu yang terjadi kalau gue turun dari pesawat," jelas Aletta sambil meneguk air putih yang entah mengapa sudah berada di sebelahnya.

"Gak apa-apa. Lagian juga dari tadi Pak Arvi yang jagain lo," balas Violet dengan senyum gelinya.

"Jam berapa sekarang?" tanya Aletta tanpa menyadari kalau Violet sedang menggodanya.

Violet melihat jam yang terletak diponselnya, "Jam tujuh. Harusnya kita makan malam. Lo beneran udah enakan, kan?" tanyanya.

Aletta hanya mengangguk, lalu mengikuti Violet berjalan kearah restoran yang terletak di Hotel itu untuk makan malam.

"Tadi gue makan siang sendirian, habis itu selesai gue makan, Edward nanyain lo gitu. Gue jawab aja lo butuh istirahat. Lagian, lo gak sakit kan?" tanya Violet di dalam lift.

"Iya, gue emang gak sakit," jawab Aletta. Diam-diam, ia sedikit merasa bersalah karena membiarkan Violet makan sendirian.

"Malam ini ada pembukaan. Duh, gue gak sabar mau jalan-jalan di pantai abis pembukaan. Lo ikut kan? Gue mau beli es kelapa," celoteh Violet ketika mereka memasuki restoran yang sudah ramai dengan teman-temannya yang sedang makan malam.

"Ikut. Tapi gue mandi dulu ya," sahut Aletta.

Selesai makan, mereka berdua langsung kembali ke kamar karena pembukaan akan dimulai pukul 9 tepat. Hanya butuh waktu 10 menit untuk Aletta mandi dan berpakaian dengan summer dress-nya yang cocok untuk jalan-jalan di pantai. Besok, Aletta akan memberontak dengan memakai kemeja putih dan celana jeans satu jengkal diatas paha. Terserah apa kata mantannya itu. He has no right to control me, batinnya sambil menghela napas.

🌿🌿🌿

"WHAT a night! Finally, welcome to Bali, everyone! As you see, today is the first day and it's free for you to take a walk on the beach side. Besok, jangan lupa bangun jam 7 pagi karena kita akan ke Tanah Lot dan ke GWK. Disana ada pasar seni juga untuk kalian yang ingin shopping. So, without talking too much, acara ini resmi dibuka!"

Tepuk tangan yang meriah menyambut turunnya Mr. Rizal dari panggung. Aletta tersenyum, lalu mengikuti Violet yang sudah antusias untuk berjalan-jalan di pinggir pantai.

  "Tau gak sih, tadi Pak Arvi kelihatan khawatir gitu lihat lo sakit," celoteh Violet setelah mereka menghabiskan es kelapa di pinggir pantai. Sekarang mereka sedang berjalan pelan menyusuri pantai dengan sandal yang mereka lepas.

  "Tandanya dia peduli sama kesehatan muridnya," balas Aletta sambil menendang air yang menghampiri mereka.

  "Terserah apa kata lo, Lett. Tapi, lo harus tahu kalau sekarang aja bule masih berkeliaran di pantai," pekik Violet tertahan.

  Aletta menyeringai, "I know right," sahutnya sambil menoleh ke sekelilingnya, sibuk mencari bule yang ganteng. Lagian, hubungannya dengan cowok posesif itu juga sudah berakhir. Jadi, tidak ada salahnya kan jika ingin mencari yang baru?

"Besok aja lah nyari bule nya, gue udah ngantuk nih," keluh Violet.

"Ah, cemen lo!" ejek Aletta, tapi berjalan mendahului Violet dengan menaiki tangga yang akan membawanya menuju kolam renang hotel.

Merasa kalau tidak ada yang mengikutinya, Aletta menoleh ke belakang dan mendapati Violet sedang mengobrol dengan seorang bule yang ia perkirakan berasal dari Australia.

  "Yehh, malah ngobrol lagi," gerutu Aletta sambil kembali menuruni tangga dengan tergesa. Tanpa sadar, saat kaki kirinya ingin menginjak tangga, jadi mata kakinya yang membentur tangga dengan keras.

  Kretak!

  "ADUH!" pekik Aletta keras. Kakinya sekarang benar-benar tidak bisa digerakkan.

  "Al!" Violet memekik panik. Dengan cepat kakinya meluruskan kaki Aletta dan menekan mata kakinya pelan.

  "AARRGGHH! Sakit, begok!"

  "Can you bring her to my bedroom?" tanya Violet pada laki-laki yang tadi mengajaknya mengobrol.

  "Sure. Where is your room?" tanya cowok itu setelah menggendong Aletta yang ternyata bernama Rean.

"This way," jawab Violet sambil melangkahkan kakinya menuju kamar yang untungnya berada dekat dengan pantai.

Sesampainya dikamar, Rean langsung merebahkan Aletta di kasur dibantu oleh Violet.

"Thank you. I really appreciate it."

"We are not done yet."

"What do you mean by we are not done yet?" tanya Violet sambil mengerutkan keningnya.

"Join me for dinner tonight."

"I should take care for my friend."

Rean memberikan kartu namanya, "Call me," bisiknya.

Pipi Violet memerah saat menatap Rean yang keluar dari kamarnya.

"Siapa tuh orang?" tanya Aletta dengan bahu bergetar. Ototnya masih shock karena jatuh tadi dan sekarang tubuhnya mengeluarkan keringat dingin.

  "Namanya Rean. Tadi dia nyamperin gue dan ngajak gue ngobrol. Eh, tiba-tiba lo jatuh," keluh Violet. Matanya menatap Aletta prihatin. "Mau coba jalan?" tawarnya.

  Aletta menggeleng cepat. "Gak mau, takut dan sekarang aja kaki gue masih sakit," sahutnya.

  "Baru aja sembuh karena naik pesawat, sekarang malah jatuh. Mau gue panggil Pak Arvi?" tanya Violet.

Aletta menggeleng pelan, "Gak usah," jawabnya. Air matanya menetes karena kakinya berkedut ngilu.

"Jangan gitu. Terus lo mau begini sampai kapan? Kalau gak ada pertolongan, kaki lo gak akan sembuh," omel Violet yang juga sudah kesal dengan sikap Aletta yang kekanakan.

Aletta mendengus lelah. Lagi-lagi ia harus berurusan dengan laki-laki yang masih tetap peduli padanya walaupun sudah menjadi mantan.

🌿🌿🌿

Arvetta ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang