TIDAK terasa, sudah 3 minggu Arvi mengajar di Denazza International School, dan minggu ini sudah memasuki pekan ulangan harian. Seperti minggu-minggu sebelumnya, kelas pertama yang diajarkannya adalah kelas 11 IPS 3, kelas Aletta.
"Seperti yang sudah kalian ketahui, hari ini ulangan harian," ucap Arvi dengan suara beratnya. Cowok itu menggulung lengan bajunya sampai siku, lalu mengerutkan keningnya melihat hampir seluruh siswi—kecuali Aletta—tidak bernapas saat menatapnya.
BRAK!
"Astagfirullah," gumam Anin sambil menghela napasnya, sedangkan Aletta mendengkus kesal karena mengira apa yang dilakukan gurunya itu hanya untuk mencari perhatian.
"Karena saya ingin kalian ujian lisan, jadi yang saya panggil maju ke depan!"
Aletta menghela napasnya. Untung saja semalam ia sudah belajar untuk ujian hari ini. Dari tadi malam cewek itu memang sudah mempersiapkan diri untuk menghadapi mood Arvi yang selalu berubah-ubah seperti cewek PMS.
"Adasty Revanora Sastrawardoyo," panggil Arvi yang sontak membuat wajah Dasty pucat pasi. Dengan tangan yang gemetar, cewek itu bangkit dari duduknya dan menghampiri Arvi.
"Kamu sudah belajar?" tanya Arvi.
"Su—sudah, Pak."
Arvi mengangguk, lalu memulai sesi tanya jawab yang sesuai dengan materi yang ia ajarkan. Beberapa soal berhasil dijawab dengan baik walaupun terbata-bata.
Setelah seluruh soal terjawab, Arvi menatap Dasty lekat-lekat. "Saya minta maaf soal yang dilapangan kemarin," ucapnya.
Dasty terlihat kaget, tapi ia menganggukan kepalanya. "Saya juga minta maaf udah bikin Bapak malu," sahutnya.
"Mood saya sedang tidak bagus saat itu. Bagaimanapun, kamu harus ingat status kamu, yaitu murid, dan saya guru kamu."
Dasty menghela napasnya, lalu mengangguk pelan. "Sekali lagi, saya minta maaf," ucapnya. Setelah itu, ia kembali ke tempat duduknya.
Beberapa siswa telah ia panggil dan bisa menjawab pertanyaannya dengan baik. Kini, saatnya berhadapan dengan murid yang tidak ia sukai. Arvi berdehem pelan, "Lavettaresca Stephanie Aditama," panggilnya yang membuat Aletta memutar bola matanya malas, lalu bangkit dari duduknya. Cewek itu berjalan pelan menuju meja guru, lalu duduk di kursi yang sudah disediakan.
"Apa yang dimaksud kebijakan moneter?" tanya Arvi langsung, tanpa basa-basi.
"Kebijakan moneter adalah proses mengatur persediaan uang sebuah negara untuk mencapai tujuan tertentu," jawab Aletta tanpa berpikir.
Arvi menganggukkan kepalanya, lalu melihat kembali ke lembar soal yang sudah disiapkannya. "Bagus. Kalau kebijakan—"
Tok.. tok.. tok..
Brak!
"Anjir! Jangan dorong-dorong gue, bangsat!"
Arvi sontak menoleh kearah pintu kelas itu, lalu mendengus keras saat melihat Deno dan Hejo, teman SMA-nya selama dua tahun.
"Pak Satria.. saya mau ambil— Arvi? What the hell are you doing here?!" tanya Deno kaget.
"Sedang apa kalian disini?" tanya Arvi dengan bahasa formal-nya.
Deno dan Hejo langsung menghampiri Arvi, sedangkan Aletta bangkit dari duduknya. Cewek itu memandang Deno dan Hejo secara bergantian.
"Lo berdua ngapain disini?" bisik Arvi, tapi masih bisa di dengar Aletta.

KAMU SEDANG MEMBACA
Arvetta ✔️
Novela Juvenil[COMPLETED] A R V E T T A Because I love you, and I want to fix us up. Start: 14 Oktober 2018 End: 3 April 2020 --------------------------------------------------------------------- "Saya Malvier Arviendra. Kalian bisa panggil saya Pak Arvi. Saya...