Sangat terasa bagaimana penasarannya Jiyong dengan apa yang diungkapkan Lisa tadi pagi. Jiyong yang tak biasa terlalu memikirkan orang lain karena menurutnya ia sudah lelah dengan psikisnya sendiri. Tapi berbeda untuk kali ini, semua pernyataan Lisa kepadanya menjadi topik utama yang sedang ia pikirkan saat ini. Kenapa gadis sekolah menengah yang katanya pernah mewakili sekolah dalam pertukaran pelajar bisa bersikap seperti itu? Dan lagi bisa-bisanya Lisa tiba-tiba bercerita dengan mudahnya kepada Jiyong padahal situasi antara Lisa dan Jiyong masih terasa canggung dan tidak bersahabat.
Sampai saat ini masih dengan kegiatan mengetuk-etukan pulpennya di atas meja, Jiyong sama sekali tak memperhatikan secarik kertas yang digenggamnya di tangan kirinya. Kertas yang menjadi acuan diskusinya dengan dosennya, Mr. Yang Hyunsuk.
"Jadi menurutmu, siapa yang kau pilih?" tanya Mr. Yang untuk kedua kalinya, setelah pertanyaan yang sama ia lontarkan sebelumnya. Namun masih belum mendapat respon dari yang ditanya.
Bertanya untuk kedua kalinya dengan pertanyaan yang sama dan masih diacuhkan oleh yang ditanya, pasti membuat si pemberi pertanyaan kesal, bukan?
Itulah yang Mr. Yang rasakan, ia kemudian berdiri dan merebut pulpen yang sejak tadi dimainkan oleh Jiyong dengan tatapan kosong itu.
"Yak!" sadar Jiyong ketika pulpen yang dimainkannya hilang dari pandangannya.
"Apa yang kau lakukan, eoh?" tanya Mr. Yang.
"Tentu saja sedang berpikir" jawab Jiyong sembari merebut kembali pulpen yang masih ada ditangan Mr. Yang.
Jiyong dan Mr. Yang memang sudah sangat akrab, tak heran mereka berinteraksi layaknya teman. Jiyong sudah menganggap Mr. Yang sebagai ayah, kakak, bahkan teman sebayanya, tapi ia juga tak lupa bagaimana derajatnya untuk tetap menghormati orang yang lebih tua. Begitu pula Mr. Yang yang sudah menganggap Jiyong sebagai adik bahkan seperti anaknya sendiri.
Jiyong justru merasa Mr. Yang bukanlah dosen yang kolot, berisik atau menyebalkan seperti yang mahasiswa lain katakan. Ia justru menganggap Mr. Yang lebih asik daripada teman sebayanya sendiri.
"Apa yang kau pikirkan sampai-sampai kau mengacuhkanku huh?" kesal Mr. Yang sembari kembali mendudukan diri.
"Aku sedang memikirkan li-" ada jeda sebentar dari penuturan Jiyong.
"-ma, ya lima" kata Jiyong. Ia tak mungkin kan kalau harus mengatakan Lisa pada Mr. Yang, yang ada ia hanya akan menerima penjabaran panjang lebar kalau berbicara masalah lawan jenis padanya.
"Huh? Lima?" heran Mr. Yang.
"Lima orang yang akan ku beri pelatihan khusus" jawab Jiyong. Sebenarnya ia tak benar-benar membohongi, karena benar adanya jika ia ditugaskan untuk memberi pelatihan khusus pada mahasiswa terpilih untuk mengikuti kejuaraan composer aransemen lagu untuk tahun depan.
"Mwo? Aku hanya memberi mu bagian tiga anak saja untuk kompetisi itu" tutur Mr. Yang.
"Hem? Lima juga tak apa?"
"Astaga aku bahkan akan menguranginya menjadi dua anak saja mengingat kondisimu akhir-akhir ini" ya Mr. Yang tahu bagaimana kondisi kesehatan Jiyong.
"Ne? Kenapa denganku? Aku baik-baik saja. Lagipula untuk tahun depan aku pasti bisa menjaga kesehatanku lebih baik lagi" ujar Jiyong.
"Tidak, tiga saja cukup" final Mr. Yang.
Jiyong tahu ucapan seperti itu berarti keputusan Mr. Yang sudah tidak bisa diganggu gugat lagi.
Jiyong hanya mengangguk mengalihkan perhatiannya pada selembar kertas berisi nama-nama peserta ujian serta penjabaran sejauh mana kompetensi yang telah mereka kuasai. Hening, karena keseriusan Jiyong menatap selembar kertas yang tadi sempat diacuhkannya karena terlalu memikirkan sosok Lisa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Something Wrong [selesai]✔️
FanfictionKapan penyesalan dimulai? Kapan penyesalan selesai? __________________________ Rank #1 Fiksi Penggemar on 1st September 2020 Rank #1 Kwon Jiyong on 20th February 2021