53

2.1K 91 22
                                    

Setelah aku preview, part ini lumayan panjang:)

Happy reading

***

Sekarang Jiyong tengah duduk menyendiri di balkon kamarnya. Sedang ada yang dipikirkan, jelas saja hubungannya dengan Lisa. Ia tahu menjalin hubungan cinta antara kakak-adik sendiri mungkin menyalahi, tapi mereka hanya saudara tiri. Apa ayahnya dan ibu Lisa harus bercerai kalau ia tetap memilih melanjutkan hubungannya dengan Lisa?

Jiyong bahkan tidak keluar kamar sepulangnya dari kampus. Ia terlalu canggung bertemu dengan Nyonya Manoban. Jiyong juga sama seperti Lisa, tidak mau membuat kebahagiaan orang tuanya lenyap begitu saja karena permasalahan ini.

Tiba-tiba suara dehaman muncul dari belakang Jiyong. Sampai akhirnya membuat Jiyong menoleh dan merutuki kecerobohannya tidak mengunci pintu dengan benar. Karena ia sangat tidak suka diganggu kalau sedang melamun seperti ini.

"Aku tahu dari awal" suara bariton itu memulai percakapan mereka.

Jiyong yang tersentak karena pengakuan itu mengangkat alisnya seolah bertanya tanpa mengeluarkan suara.

"Jiyong, Jiyong" Seunghyun tertawa, "kau lupa kemampuan mencurigai ku?"

"Heol, sejak kapan mencurigai jadi sebuah kemampuan" gumam Jiyong sembari memutar bola matanya malas. Ada-ada saja kakaknya ini.

"Kau tahu aku tak pernah salah menebak, aku memang pantas menjadi seorang Intel atau detektif" ujar Seunghyun.

"Aku tahu kau memang menyukai Lisa dan kecurigaan ku benar kalau kau pasti akan mengencaninya" tutur Seunghyun.

"Siapa bilang?" Jiyong membalas perkataan Seunghyun malas.

"Kau punya otak yang mengendalikan semua syaraf mu, tapi tidak dengan hatimu. Otak mungkin bisa mengendalikan mata untuk berkedip tapi tidak bisa menutupi kejujuran di sana. Kau pernah melihat bayangan yang tidak serupa dengan bendanya? Tidak, kan. Bayangan di matamu adalah kejujuran mu dan hatimu tidak akan pernah berbohong"

Seunghyun berucap dengan tenang. Ya hati memang jujur, ya mata memang tak bisa berbohong dan otak tidak punya sangkut paut dengan perasaan. Seunghyun benar, penuturannya sudah seperti pembicara paling handal saja.

Jiyong mendengus sebal. Kenapa Seunghyun harus semudah ini paham? Dan kenapa ia mudah sekali dipahami.

"Sepertinya kau perlu menceritakan, adik?" Seunghyun dengan senang hati mempersilahkan Jiyong untuk berbicara padanya.

"Ah, tidak perlu" jawab Jiyong ketus.

"Baiklah, baiklah, hubunganmu dengan Lisa dalam masa tenggang sekarang. Kau mau appa bercerai dengan mom?"

"Augh! Apa aku tidak boleh bahagia, huh?" Jiyong berteriak di depan Seunghyun.

"Kau benar. Kau benar aku memang mencintainya" lanjut Jiyong.

Seunghyun menyentuh bahu Jiyong, memegangnya agar Jiyong tidak berteriak. Bahaya kalau ia sampai marah dan mengamuk. Seunghyun tahu perkataanya tadi pasti menyinggung Jiyong.

"Tenang, emosimu memang masih labil" ujar Seunghyun dengan tenang.

Jiyong mengatur nafasnya yang memburu. Apa yang harus ia lakukan untuk mempertahankan hubungannya  tanpa ada yang terkorbankan?

"Sekarang aku benar-benar paham" gumam Seunghyun, "kau sudah dewasa, mencari solusi bukan hal yang sulit bagimu, Ji" kata Seunghyun pada Jiyong yang kini sudah terduduk kembali.

Diam dipilih Jiyong beberapa saat dan Seunghyun paham untuk memberi waktu adiknya berpikir sebelum ia berbicara lagi.

"Bahagia bukan soal kita merasa senang dan menang" sambung Seunghyun.

Something Wrong [selesai]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang