Seunghyun kembali dengan langkah lesu memasuki rumah. Disambut tatapan bertanya dari orang-orang rumah, tuan Kim menghampiri anak tertuanya itu. Ia sudah tahu bagaimana masalah yang terjadi pada anak-anaknya ini.
"Dimana Jiyong?" tanya tuan Kim.
Hanya gelengan kepala yang Seunghyun berikan. Kaki-kaki lemasnya ia istirahatkan dengan tubuh yang ia dudukan menyender sofa. Dia enggan membuka mulutnya karena masih kepikiran dengan apa yang ia ketahui tadi. Perihal curahan-curahan Jiyong pada mendiang eommanya. Jujur saja hatinya ikut sakit ketika melihat Jiyong yang kacau dan menyedihkan itu merengkuh pusara ibunya. Mengungkapkan segala perasaan yang Jiyong simpan sendiri dengan isakan kecil di tangisnya yang tertahan.
Penyesalannya belum sepenuhnya berakhir. Masih dalam diam diurungkan dan mencoba tegar pada takdirnya.
"Kau tak menemukan Jiyong?" tanya tuan Kim lagi pada Seunghyun yang hanya menunduk bisu. Sementara yang lain hanya bisa diam menunggu penjelasan Seunghyun.
"Dia ke tempat eomma" balas Seunghyun lirih, masih bersuara untuk bisa cukup didengar orang-orang disekitarnya.
Seketika mendengar balasan Seunghyun, hati tuan Kim mencelos. Punggungnya melemas. Menunjukan reaksi keterkejutan yang terasa menyedihkan, pun bagi anak-anaknya, para lelaki yang sama-sama prihatin dan bersedih hanya mendengar kalimat lirih Seunghyun tadi.
"Sekarang sudah hampir malam" sela nyonya Manoban yang menengahi situasi itu.
"Setelah mengunjungi eomma, aku kehilangan jejaknya" kata Seunghyun lagi dengan lirih.
Hening. Tak ada lagi yang bersuara. Semuanya kalut dalam pikiran masing-masing. Sampai deringan ponsel tuan Kim memecah sunyi di atmosfer ruang keluarga itu.
Segera tuan Kim meraih ponselnya, menetralkan suara dan nafasnya agar terdengar baik untuk si penelepon.
'Yang Hyunsuk'
Nama itu tertera di layar ponselnya.
***
Setelah puas mencurahkan segala isi hatinya pada mendiang eommanya, Jiyong mengendarai motornya entah kemana. Pikirannya tak jauh pada kekacauannya sendiri. Dan entah apa yang membuatnya membawa diri ke kampusnya, ke studio musik dimana banyak alat musik yang bisa dimainkan sesukanya. Mungkin naluri bermusik membawa jiwanya untuk lebih menyalurkan emosinya pada alat-alat musik itu.
Tiba di studio musik yang saat itu memang tidak terpakai. Karena kampusnya beroperasi sampai malam mengingat ada beberapa mata kuliah yang dijadwalkan malam hari untuk mahasiswa jurusan tertentu.
Semua alat musik ia mainkan penuh emosi, membentuk alunan nada yang membentuk lagu--tak buruk. Ia berbakat dalam bidang musik.
Selesai dengan bass dan drum-nya, atensinya jatuh penuh ketika ia mendapati sebuah piano dibelakangnya, piano yang jarang dipakai ditempat itu. Jari-jari lentiknya ia mainkan dengan lihai, berlari-lari di tuts-tuts bermelodi merdu itu. Membentuk lagi sebuah nada asing untuk lagu asing-- Jiyong menciptakan sebuah lagu.
Sampai jari-jarinya lelah dan punggung tegaknya melemah, mata sayunya begitu berat untuk mempertahankan bola matanya agar tetap terlihat. Hingga tengkuknya letih menegak dan ia memilih menidurkan kepalanya dengan berbantal lipatan tangannya di atas piano itu.
Memejamkan mata lelahnya dengan dengkuran nafas teratur, mengalihkan dunianya pada alam mimpi yang mungkin akan indah dibanding dunia nyatanya.
Satu jam berlalu dengan keadaan studio musik yang masih sama ketika seseorang memasuki ruangan itu. Mendapati sosok Jiyong yang tertidur dengan kepalanya di atas piano.
KAMU SEDANG MEMBACA
Something Wrong [selesai]✔️
FanficKapan penyesalan dimulai? Kapan penyesalan selesai? __________________________ Rank #1 Fiksi Penggemar on 1st September 2020 Rank #1 Kwon Jiyong on 20th February 2021