46

1.7K 112 8
                                    

"Kenapa dengannya? Tiba-tiba menyuruhku mempersiapkan diri, aku yang menantangnya pastinya aku sudah siap sedari awal, kan" gerutu Lisa yang saat ini sedang berjalan sendiri di koridor menuju kelasnya.

"Ish, tapi kenapa Jiyong oppa selalu tiba-tiba, kemana dia dua minggu ini? Ku kira perlombaannya sudah selesai tanpa pemenang bahkan sebelum dimulai. Kalau begini, apa yang harus kulakukan untuk perlombaannya? Aish, tentu saja aku harus menyetir, pabbo! Tapi aku mendadak tak siap, astaga" Lisa bergumam frustasi sepanjang jalannya.

Sampai saat hampir tiba langkahnya di kelas, suara Rose menegurnya. Membuat Lisa berhenti dengan gerutuannya lalu menatap Rose dengan sedikit kesal.

"Kenapa masih santai bergumam seperti itu? Choi sseosangnim sudah menunggu di kelas" beri tahu Rose.

"Mwo? Sudah ada Choi sseosangnim? Lalu apa yang kau lakukan disini?" tanya Lisa.

"Kenapa menanyaiku? Kau yang terlambat, aku hanya meminta ijin ke toilet tadi" kata Rose.

Lisa mendesah kasar kemudian mempercepat langkahnya masuk ke kelas meninggalkan Rose, membungkukan badannya 90 derajat guna memberi hormat pada sseosangnim dihadapannya sekaligus meminta maaf atas keterlambatannya. Beruntung Choi sseosangnin adalah guru yang baik jadi Lisa tidak diberi hukuman olehnya.

"Gwenchana, aku belum memulai pelajaran pada lima menit keterlambatanmu tadi" begitu kata Choi sseosangnim yang tak lupa ia tersenyum, menambah kadar ketampanan pada guru muda itu. Baik, supel dan jarang memberi hukuman, itu yang menjadikan para murid menyukainya.

"Ghamsahamnida, sseosangnim. Jeongmal jeoseonghamnida atas keterlambatanku tadi" sekali lagi Lisa membungkuk kemudian melangkah duduk ditempatnya.

Waktu pelajaran begitu kondusif dan tenang jika guru Choi menerangkan, membuat siapa saja yang mendengar penjelasannya dengan cepat memahami isi materinya. Tapi tidak kali ini pada Lisa yang sedari tadi melamun sendiri, pandangannya memang terarah pada seorang guru didepannya tapi pikirannya melayang membayangkan bahwa sosok guru didepan adalah seseorang yang diajaknya bermain balap besok. Membayangkan orang dipikirannya itu sedang mengoceh tak jelas kalau saja dia yang menang, apa yang harus Lisa lakukan jika dia meminta hal yang tidak-tidak? Naga aneh itu pasti meminta hal yang sama sekali diluar ekspetasi, pikir Lisa.

***

"Hei, Hanbin! Apa seperti itu cara menulis lirik yang benar?" seorang lelaki yang tampak seumuran dengannya yang duduk di depan Hanbin berseru ketika sudah beberapa kali gumpalan kertas tak sengaja menimpuk kepalanya.

"Huh? Ah mian aku tidak sengaja, Jinwoo-ah" ucap Hanbin.

"Lihat gumpalan kertas yang berserakan dibawah! Itu ulahmu" kata lelaki yang bernama Jinwoo itu.

Namun Hanbin tak mengindahkan perkataan Jinwoo barusan, ia melanjutkan kegiatan menulisnya di atas kertas putih barunya lagi, setelah beberapa dari kertas sebelumnya diremas dan dibuang sembarangan.

"Yak! Sebenarnya lirik seperti apa yang kau tulis, huh?" Jinwoo kesal pada tingkah Hanbin kemudian merebut secarik kertas yang sedang dipakai Hanbin untuk menulis.

"Yak!" seru Hanbin.

"Omo, tulisanmu benar-benar membuat mataku juling" maki Jinwoo pada tulisan Hanbin yang tak karuan bentuknya itu. Itu karena Hanbin entah kenapa hari ini sedang malas dan tak bergairah saja.

"Yak! Kim Hanbin! Kau akan sangat terkejut mendengar ini!" teriak sebuah suara yang baru saja berlari masuk ke dalam ruang kelas. Membuat Hanbin yang sedang menatap kesal pada Jinwoo mengarahkan atensi risih pada seorang Bobby yang tadi berteriak.

"Yak! Astaga, aku tidak tuli, Bobby-ah!" seru Hanbin kesal.

"Kau akan terkejut" beri tahu Bobby yang kini telah duduk disamping Hanbin dengan kursi yang baru saja digesernya untuk mendekati Hanbin.

Something Wrong [selesai]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang