39

1.4K 122 10
                                    

Kadang perasaan egois memang bisa mengalahkan segalanya, bahkan sampai hal yang tidak terkendali menguasai diri. Manusia berpikiran dapat mengatasi masalah dengan caranya sendiri. Berharap semua yang ia pikir dapat mengatasi masalahnya, mengurangi beban masa lalunya serta menghilangkan rasa penyesalannya. Namun jika yang didapat hanyalah tekanan yang makin membatin, justru semakin tidak baik bagi si pelaku, bukan?

Jiyong--dengan dingin dan acuh sifatnya yang sebenarnya harus selalu berpikir seribu kali dalam tindakannya. Sifatnya memang hangat dan menyenangkan sebelumnya, tapi itu jauh sebelum waktu merenggut ibu miliknya. Dingin dan acuh kadang menjadi pelampiasan tak memedulikan keadaan sekitar. Pikirannya terlalu itu itu saja, tidak untuk prestasinya tapi kehidupannya, masalah batinnya. Ia terlalu egois hanya karena masa lalunya.

Ratu Elsa dingin, ia rapuh dan acuh setelah kekuatannya yang mampu membekukan seketika seluruh kota Arendelle. Ia egois hanya karena takut, takut menyakiti orang lain, takut menghancurkan kehidupan orang lain sehingga ia berlari menyendiri ke hutan dengan kekuatan es-nya tanpa memedulikan bagaimana nasibnya nanti, nasib adiknya-Anna.

Tapi es bisa luluh karena menghangat. Sama halnya hati Anna yang dibekukan oleh Ratu Elsa yang dapat mencair karena kehangatan cinta mereka berdua. Jiyong dingin, ia acuh dan juga rapuh. Ia rapuh sama seperti Elsa yang merasa bersalah dengan masyarakat kota Arendelle.

Bukan memang benar-benar bersalah, tapi perasaan bersalah selalu menggerayanginya. Jiyong terlalu takut karena masa lalunya. Terlalu terpaku pada penyesalannya hingga semakin lama semakin menjadi dan mengeras. Katakanlah berkarang, terlalu sulit dihancurkan dan dihilangkan.

"Bicaralah Ji, jangan diam saja kau membuatku bingung" kata Seunghyun yang sudah jengah seperti berbicara sendiri. Sementara Lisa yang sedari tadi berada di sebelah Seunghyun hanya memilih diam, masih diam karena ia sendiri bingung apa yang harus ia katakan.

Jiyong tetap diam sebentar kemudian menatap hyung-nya itu dalam. Entah mencari apa tapi yang pasti tatapan Jiyong berhasil juga membuat Seunghyun salah tingkah dan bingung sendiri. Tak ada yang salah memang tapi pikiran-pikiran Jiyong yang sedari tadi bergelayut ke masa lalunya, ke arah peristiwa naas yang ia alami bersama eomma Kim membuatnya ingin menatap Seunghyun.

Jiyong kembali memalingkan wajahnya dari menatap Seunghyun. Jujur saja Seunghyun sendiri sedikit gelisah ketika mendapati sorot mata Jiyong yang tajam dan dalam seperti tadi, membuatnya tak bisa berkutik karena tatapan elang itu.

"Hyung~" lirih Jiyong sesaat setelah beberapa detik hanya ada diam. Tanpa mengalihkan pandangan yang ditatapnya kosong kini.

Seunghyun tak menjawab, ia lebih memerhatikan Jiyong yang sekarang sedang menegakan punggungnga sendiri. Sembari menunggu ungkapan apa yang akan Jiyong lontorkan kemudian.

"Apa kau merasakan yang aku rasakan?" tanya Jiyong tetap belum mengalihkan tatapannya.

"Em..maksudmu?" heran Seunghyun.

"Kau merindukan eomma?"

Deg!

Hati Seunghyun seperti teremas setelah mendengarnya. Belum ada jawaban karena pikiran Seunghyun sekarang sudah jauh bukan pada pertanyaan tadi. Jadi Jiyong sedang memikirkan eomma sekarang, apa ia kembali teringat kecelakaan yang menimpa kami dulu? Pikiran Seunghyun tertuju pada itu sekarang. Oh God! Jangan biarkan Jiyong mengingat hal ini lagi, serunya dalam hati.

"Hyung, apa kau berpikir apa yang aku pikirkan?" tanya Jiyong yang melemahkan nada suaranya. Ekspresinya datar, nadanya pun datar tapi tatapannya tajam mematikan lawan bicaranya. Jiyong kini mengarahkan tatapannya pada Seunghyun.

Ya, mematikan. Seketika itu juga Seunghyun gugup beserta bingung dengan apa yang diucapkan adiknya satu ini.

"A-apa yang kau bicarakan Ji?" nada bicara Seunghyun pun melirih.

Jiyong menundukan kepalanya. Seperti seketika saja tatapan tajamnya melemah, ia tak lagi menatap hyungnya.

"Aku benci diriku" lirih Jiyong, bahkan seperti berbisik.

"Apa maksudmu?" Seunghyun semakin mengheran dengan perubahan sikap Jiyong kali ini. Lisa yang sedari tadi hanya diam menyaksikan juga ikut terheran mendapati sikap Jiyong yang seperti ini.

Hening. Belum ada jawaban, atau tak ada jawaban?

"Aku benci diriku sendiri!" kata Jiyong lebih keras. Memang bukan jawaban untuk keheranan Seunghyun tadi, tapi Jiyong memperjelas pernyataannya.

"AKU BENCI! AKU BENCI! Kenapa seorang pembunuh sepertiku dibiarkan hidup! Aku menghancurkan semuanya! Aku tak pantas hidup!" Jiyong kini berteriak frustasi dihadapan Seunghyun sambil menunjuk-nunjuk dirinya sendiri.

Sontak saja Seunghyun dan Lisa dibuat terkejut dengan itu. Jiyong yang sekarang bergerak-gerak frustasi, membuang selimut dan bantal yang ada diranjangnya. Dengan segera Seunghyun mendekap tubuh Jiyong yang masih terduduk diranjang. Membuat Jiyong meronta dari Seunghyun. Lisa yang semakin takut pun memilih sedikit menjauh dari posisinya.

"LEPAS! Aku mau mati saja! Eomma meninggal karenaku!" teriak Jiyong sambil mencoba mendorong kuat Seunghyung dari dekapannya.

Kekuatan Jiyong kali ini memang tak bisa dikatakan lemah, Seunghyun terlepas dari dekapannya terhadap Jiyong sendiri. Dan Jiyong berhasil berdiri untuk semakin marah kepada dirinya sendiri. Menghancurkan barang-barang didekatnya. Jiyong mengambil pisau di atas meja nakas, melemparnya ke arah Lisa sehingga mengenai lengan Lisa.

"Akhh!!" darah mengalir dari lengan Lisa, membuat Seunghyun semakin panik dan dengan hati-hati ia kembali memeluk Jiyong yang semakin brutal menarik selang infusnya kemudian melempar tiang penyangga infus itu kesembarang arah.

"AKU PEMBUNUH! EOMMA.. AKU MEMBUNUHMU!" teriak Jiyong, meronta didekapan Seunghyun.

"Ji! Sudah, kendalikan dirimu, kendalikan emosimu!" seru Seunghyun yang masih mendekap tubuh Jiyong.

"EOMMA! AKU MEMBUAT DIA MENINGGAL! AKU TAK PANTAS! SEHARUSNYA AKU TAK USAH DILAHIRKAN JIKA AKU MEMBUATNYA MENINGGAL! EOMMA AKU MEMBUNUHMU! ANAKMU, JIYONG, MEMBUNUHMU! ARGH!!!" lagi, Jiyong berteriak seperti orang kesetanan. Ia memukul dirinya sendiri.

"Ji! Hentikan! Itu bukan salahmu! Kau bisa menyakiti dirimu sendiri, Ji" kata Seunghyun yang kini menangkup kedua pipi Jiyong dengan telapak tangannya. Namun Jiyong terus memberontak dan berteriak.

"ARGHH!! AKU PEMBUNUH! PEMBUNUH!!" Jiyong semakin keras memukuli kepalanya sendiri, menjambak-jambak rambutnya, hingga mencakar-cakar dirinya sendiri.

"Stop it, Ji! Jebal" Seunghyun juga berusaha menghentikan gerakan tangan Jiyong yang liar itu.

Sementara Lisa yang seketika tersadar dari ketakutannya dan melupakan tangannya yang terluka, ia segera mungkin meraih interkom yang terpasang didekat ranjang Jiyong. Menekannya berkali-kali menandakan darurat. Kemudian ia berlari keluar ruangan dan mendapati Yongbae, Seungri dan Daesung sedang berjalan kearahnya dari kejauhan. Segera ia menghampiri mereka dan menariknya memasuki ruang rawat Jiyong yang sudah berantakan. Mengabaikan pertanyaan-pertanyaan mereka saat Lisa menghampiri mereka dengan wajah paniknya.

Disusul Tuan Kim sekaligus paman Soonho datang ke kamar Jiyong ketika mengetahui interkom darurat yang berbunyi berasal dari ruang rawat Jiyong. Jiyong masih memberontak dan dengan Seunghyun yang masih mencoba menenangkan Jiyong.

Melihat keadaan anaknya yang kembali berulah seperti ini tentunya membuat hati Tuan Kim sakit, ia begitu sedih ketika mendapati Jiyong berteriak-teriak histeris seperti ini.

"Ji, hei sudah! Sudah!" Tuan Kim menghampiri Jiyong yang masih memberontak di dekapan Seunghyun dan langsung ikut mendekap Jiyong.

"AKU YANG SALAH! AKU YANG SALAH APPA! EOMMA MENINGGAL KARENAKU!" teriak Jiyong.

"Bukan Ji, bukan salahmu. Tolong hentikan ini, Ji, appa mohon jangan seperti ini" ucap Tuan Kim mencoba mengarahkan wajah Jiyong untuk menatapnya. Namun Jiyong terus berteriak dan memberontak.

Jiyong yang tiba-tiba berulah seperti itu membuat suasana tegang dan panik saat itu. Semua yang ada disana berusaha menenangkan Jiyong tapi tidak dengan Lisa yang ketakutan juga sedih melihatnya sembari ia menahan perih karena luka dan darah yang belum berhenti dari tangannya. Sampai tidak lama Nyonya Manoban datang bersama ahjumma Min disana, begitu terkejut dengan keadaan dan suasana disana.

***

Komentar kalian membuatku tersenyum:))mwehehehe

Tbc-

Something Wrong [selesai]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang