45

1.5K 130 6
                                    

Semakin hari selama hampir dua minggu setelah Lisa berhasil membuat trauma Jiyong sedikit demi sedikit menghilang. Tidak ada pembahasan mengenai keberlanjutan rencana balap mereka. Seperti tak pernah ada perencanaan balap dengan sebuah perjanjian sebelumnya. Bahkan Lisa pikir perjanjian ini sudah selesai tanpa dimulai. Pasalnya Jiyong sendiri tak pernah banyak membahas masalah ini semenjak pertama kalinya Lisa membawa Jiyong untuk berdamai dengan traumanya.

Bahkan perjanjian dalam kurun waktu dua minggu sebelum hari puncak balapnya yang dijanjikan untuk Jiyong berlatih mengendarai mobil bersama Lisa terlebih dahulu, tak pernah lagi terlaksana setelah hanya satu kali waktu itu.

Pagi ini, antara masih kepikiran dan ingin mengabaikan perjanjian itu. Lisa tak ada gairah karena beberapa hari ini Jiyong sedikit menghindar darinya, menurut Lisa. Di beberapa hari ini juga mereka jarang sekali berpapasan di rumah. Lisa yang harus berangkat sekolah pagi-pagi dan akan pulang menjelang petang menjadi kurang komunikasi dengan Jiyong yang akhir-akhir ini sering bangun telat dan keluar rumah sampai malamnya ia baru kembali pulang.

"Lisa! Kenapa kau belum berangkat? Ini hampir siang" Nyonya Manoban memanggilnya yang masih saja termenung sembari mengikat pelan tali sepatunya.

"Eoh, benarkah? Heish, aku terlalu lambat mengikat tali sepatunya" gerutu Lisa.

"Ne? Cepatlah, Seungri dan Daesung sudah lebih dulu berangkat" kata Nyonya Manoban.

"Ah mom, apa Jiyong oppa masih tidur?" Lisa kembali membalikan tubuhnya yang akan memulai melangkah.

"Dia masih tidur" balas Nyonya Manoban sembari menata sepatu di rak sepatu, yang sebenarnya tak terlalu berantakan untuk kembali dirapikan.

"Eum.. Yasudah, aku berangkat mom!" seru Lisa kemudian melangkahkan kakinya sedikit berlari menuju mobilnya.

Nyonya Manoban hanya menggeleng pelan memperhatikan langkah cepat Lisa. Sampai pada Lisa memperkecil langkahnya yang kemudian akan membuka pintu mobilnya kemudian menaikinya. Tapi kegiatannya terhenti pada saat Lisa akan membuka pintu mobilnya karena sebuah suara yang merangkai sebagai kalimat menginterupsinya.

"Waktu sore diakhir minggu ini, apa kau sudah siap?" suara itu bertanya pada Lisa yang kini membalikan badannya guna mencari tahu siapa pemilik suara itu.

Tepat diarah garasi yang menghubungkan halaman depan rumah sampai ke pintu samping dekat dapur, atensi Lisa berhasil mendapati Jiyong dengan kaos singlet dan sebuah boxer yang membalut tubuh kurusnya. Dengan menenteng sebuah lap kecil Jiyong menghampiri Lisa yang masih memperhatikannya heran.

"Maksudmu?" tanya Lisa.

"Tsk, si penantang lupa" desis Jiyong.

"Apa yang dilupakan? Siapa penantangnya?" Lisa bingung.

"Heish, kau memang dasar pelupa" ledek Jiyong.

"Aku sudah siap dengan balap mobilnya" kata Jiyong lagi.

Sedikit Lisa tampak terkejut.

"Heish, sudah sana berangkat. Siapkan dirimu untuk besok sore!" kata Jiyong seraya melangkah menghampiri mobilnya yang sudah beberapa tahun ini didiamkannya. Kemudian mengelap mobilnya yang tampak tak banyak berdebu itu.

"Apa Lisa yang membuatmu merengek meminta kunci mobil baru pada Yongbae?" sebuah suara berat dari belakang menginterupsi kegiatan Jiyong saat setelah beberapa saat yang lalu Lisa baru saja melesat dengan mobilnya.

Jiyong berjingkat sedikit terkejut pada suara yang tiba-tiba datang, juga terkejut pada isi kalimat yang suara berat itu lontarkan. Kemudian maniknya mendapati satu-satunya sosok yang ia panggil dengan sebutan hyung di rumah itu tengah menyandarkan sedikit berat badannya pada salah satu motor besar milik Jiyong. Siapa lagi kalau bukan si pemilik suara bariton Seunghyun.

"Tsk! Kau hampir membuatku membaret mobilku sendiri karena terkejut" gerutu Jiyong yang kemudian memeriksa bagian yang tadi sedang dilap-nya. Tidak ada hubungannya memang kain kecil dengan baretan mobil, hanya saja Jiyong yang terlalu berlebihan pada barang-barang miliknya.

"Hanya orang bodoh yang menganggap sebuah kain bisa membaret mobil" ujar Seunghyun sambil memperhatikan Jiyong yang justru mengacuhkannya dengan masih setia mengelap kaca mobil.

"Terserah" cicit Jiyong acuh sambil merogoh saku boxer-nya, mengeluarkan sebuah kontak mobil dari dalamnya. Berniat membuka mobilnya yang terkunci kalau saja Seunghyun tidak tiba-tiba merebut kunci itu dari tangan Jiyong.

"Yak! Kembalikan!" teriak Jiyong pada Seunghyun yang sudah memainkan kunci itu sembari menghindari gapaian Jiyong untuk merebut kembali kuncinya.

"Aku tahu kau sendiri yang membuang kunci mobilmu dari jembatan sungai Han, tapi apa yang membuatmu bersikeras meminta Yongbae untuk menemanimu membuat kunci baru?" kata Seunghyun sembari menyimpan kontak mobil yang masih ditangannya kedalam saku celananya.

"Dari mana kau tahu?" tanya Jiyong. Kali ini Jiyong memandang heran Seunghyun.

"Aku juga tahu kau melakukan semua ini karena Lisa" ujar Seunghyun acuh.

"Apa yang kau ketahui?" tanya Jiyong mengintimidasi.

"Aku ini hyungmu, Ji, yang pasti hyung yang lebih pintar darimu" kata Seunghyun.

Sejenak Jiyong diam, kerja otaknya seolah melambat mencerna kata-kata lawan bicaranya.

"Terserah apa katamu, kembalikan kunci mobilku!" pinta Jiyong dengan paksa merogoh saku celana Seunghyun.

"Yak! Yak! Apa yang kau lakukan? Haha, astaga kau menyentuh 'adikku', Ji" Seunghyun terkikik geli ketika Jiyong merogoh saku celananya.

"Heish, dimana kunciku, sakumu dalam sekali" kesal Jiyong.

"Lepaskan dulu, keluarkan tanganmu!"

Jiyong mengeluarkan tangannya dari kantung celana Seunghyun.

"Apa yang akan kau lakukan dengan ini?" tanya Seunghyun seraya memperlihatkan kunci yang telah diambilnya dari dalam sakunya.

"Bukan urusanmu" seru Jiyong sembari mengambil kuncinya yang ada pada Seunghyun. Namun Seunghyun menjauhkan tangannya, memperjauh jarak tangan Jiyong untuk meraih kunci mobilnya.

"Jawab dulu pertanyaanku" kata Seunghyun.

"Heish, aku hanya akan memanasi mobilku" kata Jiyong.

"Memanasi? Bukankah setiap pagi supir ahjussi yang memanasi mobilmu dengan kunci cadangannya?"

"Ne? Kunci cadangan? Jadi mobil ini ada kunci cadangannya? Yak!" kesal Jiyong yang tak tahu jika mobilnya mempunyai kunci cadangan.

"Tentu saja ada, pabbo!" maki Seunghyun.

"Kenapa aku tak tahu?"

"Kalau kau tahu waktu itu pastinya akan kau buang juga, kan"

"Aish, sudahlah, hentikan pembahasan itu dan kemarikan kuncinya!" pinta Jiyong.

Kali ini Seunghyun memberikan kunci mobilnya. Yang disambut senang hati oleh Jiyong meskipun kesalnya masih ada. Kemudian Jiyong memasuki mobilnya, menyalakan mesinnya beberapa menit setelah itu melesat dengan kecepatan mobilnya.

Seunghyun sempat terkejut dan meneriaki Jiyong, tapi tak ada gunanya jika Jiyong saja tak menghiraukan teriakan Seunghyun.

***

Ada kurang-kurangnya gimana gitu yaa:v

Tbc~

Something Wrong [selesai]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang