"Maaf, kami merepotkan eomma"
"Maaf eomma.. Jiyong merepotkan eomma"
"Eomma pasti kerepotan, ya"
-
"Sama sekali tidak"
"Kalian tidak merepotkan eomma, eomma bangga terhadap kalian"
"Eomma justru senang dengan ini"
---
Senyuman dan penuturan lembut yang selalu Jiyong ingat sampai kapanpun adalah milik eommanya. Membuat rasa bersalah atas kematian sang ibu semakin menyelubungi benaknya. Penyesalan sampai akhirnya tak menemui dimana titik pencapaiannya, semakin mengulur dan belum juga menjumpai cahaya pemberhentian.
Sekarang Jiyong sedang berbaring di atas ranjangnya sambil menatap kosong pada langit-langit ruang rawatnya. Tidak ada orang bersamanya saat ini, ini pagi dan semuanya sedang mengurus kegiatan masing-masing. Yang masih setia di rumah sakit adalah Seunghyun dan Nyonya Manoban juga Tuan Kim yang tentu saja kesehariannya disana.
Biasanya disaat tak ada yang menunggunya dia akan keluar dan kabur dari rumah sakit, tapi tidak untuk sekarang. Alasan yang membuatnya tetap tinggal adalah ia tak mau merepotkan orang lain. Ia sadar akhir-akhir ini ia sering membuat orang-orang disekitarnya kerepotan karenanya. Tapi entah kenapa, jika mendengar orang terdekatnya mengeluh dan kesal dengan mengatakan padanya kalau ia kerepotan dan bahkan sampai mengatakan padanya 'kau merepotkan', pikirannya seketika tertuju pada eommanya. Membuat kesedihan dan kedukaannya menyeruak kembali. Eomma Kim yang tak pernah mengeluh dan kerepotan, yang selalu mengukir senyum bagaimanapun kesulitannya, yang selalu sabar menghadapi kelima anak lelakinya ditambah suaminya.
Suara pintu terbuka akhirnya memberi pergerakan pada kepalanya. Membuat Jiyong menoleh ke arah pintu disana yang memperlihatkan sosok wanita cantik dengan senyum anggunnya dari balik pintu.
"Selamat pagi, kau sudah bangun? Bagaimana keadaanmu, sayang?" tanya Nyonya Manoban dengan senyum indah yang mirip sekali seperti eomma Kim, membuat Jiyong lupa apa yang dikatakan oleh ibu tirinya itu tadi karena ia masih membeku pada keadaan, keadaan dimana dia sedang merindukan eommanya dan mengenang segala perlakuan sang eomma juga sekarang senyum yang Nyonya Manoban berikan adalah senyum renta yang indah seperti milik eomma Kim. Membuatnya semakin terpaku memandang Nyonya Manoban.
"Ji? Kau baik-baik saja?" tanya Nyonya Manoban karena yang diajak bicara belum memperlihatkan suaranya.
"Eomma.." Jiyong kemudian menegak untuk duduk dan langsung menyambar tubuh Nyonya Manoban, merengkuhnya erat sebagai pelampiasan rasa rindunya terhadap eomma Kim. Jiyong tahu yang dipeluknya memang bukan eomma Kim, tapi dia sedang butuh sandaran kali ini, sandaran dari seseorang yang mampu menguatkannya.
"Sstt.. Eomma disini, ada apa denganmu? Ada yang kau butuhkan, hm?" Nyonya Manoban mengelus lembut punggung Jiyong.
"Aku butuh ketenangan" tutur Jiyong yang semakin membenamkan wajahnya ke perut Nyonya Manoban.
Nyonya Manoban akhirnya mengambil langkah lagi untuk duduk di ranjang Jiyong, membenarkan posisi pelukannya senyaman mungkin bagi Jiyong. Ia tahu akan lama Jiyong jika seperti ini. Jiyong memang akan lebih sering merindukan eommanya ketika ia sedang sakit, eomma Kim tentu saja.
Setengah jam berlalu sampai melebihi seperempat jam setelahnya dan sekarang lima menit sebelum akhirnya satu jam berlalu untuk pelukan Jiyong dan Nyonya Manoban, akhirnya Jiyong mengurai pelukannya. Terlihat sudah lebih tenang dan lega dari sebelumnya. Jiyong merebahkan punggungnya yang sedikit berasa ke kepala ranjang sedangkan Nyonya Manoban yang memilih berdiri dari tempatnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/149708338-288-k868755.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Something Wrong [selesai]✔️
Fiksi PenggemarKapan penyesalan dimulai? Kapan penyesalan selesai? __________________________ Rank #1 Fiksi Penggemar on 1st September 2020 Rank #1 Kwon Jiyong on 20th February 2021