26

1.6K 141 5
                                    

Masih dengan langkah panjangnya Jiyong berjalan menuju parkiran, menghampiri motornya untuk pulang. Dan masih juga dengan Yongbae yang tergesa mengikuti langkah kaki Jiyong. Harap-harap cemas agar si naga tak murka. Melihat bagaimana reaksinya saat tahu apa fakta saat dirinya mabuk, membuat kekesalan Jiyong naik.

Bagaimana bisa Yongbae yang jelas-jelas tahu kejadian itu sama sekali tak memberitahunya? Lebih tak bisa ditolerir lagi ketika Lisa yang menjadi korban itu justru bersikap biasa saja. Apa semurah itu Lisa sampai diam saja atas perilakunya?

Seharusnya Lisa marah. Seharusnya Yongbae memarahinya. Seharusnya lagi Jiyong memang meminta maaf pada semuanya. Tapi ia pikir maafnya seakan tak berguna jika Yongbae saja menutupi kesalahan yang seharusnya tidak Jiyong lakukan bahkan saat ia tahu Lisa sama sekali bungkam untuk kejadian kemarin malam. Apa semurah itu Lisa? Pikir Jiyong. Jiyong benci ketika kesalahannya ditutupi seperti itu, ia tidak suka dengan cara kekanakan mereka untuk menyelesaikan masalah seperti ini.

Ia marah pada Yongbae yang membohonginya, ia marah pada Lisa karena ia pikir- kenapa Lisa semurah itu menanggapi sebuah ciuman panas kemarin malam?

Tanpa menghiraukan Yongbae yang mengejar dan memanggilinya dari belakang, Jiyong meraih motornya menungganginya dan menyalakan mesinnya.

"Ji" panggil Yongbae untuk kesekian kalinya ketika ia sudah selesai dengan langkah kakinya menyeimbangi posisi Jiyong.

"Naik" suruh Jiyong dengan nada dingin.

"Cepatlah, kubilang naik" kata Jiyong lagi saat mendapati Yongbae yang malah diam.

Yongbae menurut apa kata Jiyong, karena ia juga membutuhkan Jiyong untuk pulang ke rumah untuk mengambil flashdisk-nya yang tertukar. Sebenarnya ia bisa saja menggunakan taksi tapi akan lama hanya untuk menunggu kedatangan taksinya lebihnya lagi jika jalanan macet.

Tak ada pembicaraan selama perjalanan pulang itu. Jiyong yang masih dilingkupi amarah yang hanya bisa ia tahan dan Yongbae yang tak tahu harus bicara apa, takut-takut juga ia akan salah bicara nantinya.

Sampai tiba dirumah saja, Jiyong mengacuhkan Yongbae. Melenggang masuk dengan arogan tanpa memedulikan apapun di kanan-kirinya.

"Kenapa dengan Jiyong oppa? Auranya terlihat gelap" tanya Lisa pada Yongbae yang saat itu Lisa sedang berdiri tak jauh dari ruang utama, melihat Jiyong yang masuk begitu saja dengan tatapan elang dan garis rahang yang terlihat keras.

"Ada yang mengganggunya?" tambah Seungri bertanya pada Yongbae yang saat itu Seungri juga melihat wajah murka Jiyong.

"Maaf, apa ada yang tidak beres dengan tuan Jiyong? Ia membanting pintu kamarnya sangat keras tadi" ahjumma Min juga bertanya saat ia tak sengaja melewati kamar Jiyong dan mendapati Jiyong masuk dengan amarah yang terlihat tertahan dari mukanya.

Yongbae menghela nafas panjang, betapa pusingnya ia dengan pertanyaan-pertanyaan orang-orang yang menjurus pada satu objek yang sama.

"Aku membohonginya dan dia mengetahuinya" ujar Yongbae.

"Aku akan membuatkan teh hangat dulu untuk menenangkannya" sela ahjumma Min yang kemudian beranjak menuju dapur.

"Aku tak paham maksudmu, hyung" kata Seungri yang juga diangguki kepala oleh Lisa.

"Mau kemana, Ji?" potong Seunghyun yang saat itu akan bergabung pada orang-orang dibawah yang sedang berkumpul, membuat Yongbae tidak jadi menjelaskan perihal masalah Jiyong.

"Club" jawab Jiyong singkat, datar juga dingin. Disaat pikirannya kalut sendiri seperti ini, ia akan menjawab seadanya dan justru menjadi tak bisa berbohong.

Something Wrong [selesai]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang