32

1.4K 115 7
                                    

Di ruangan berdominasi warna gelap milik seorang yang kini masih terlelap, membuat cahaya matahari sangat kentara menyinari sisi ruangan itu. Mengingat hari memang sudah siang dan terik matahari dengan silaunya menelusup celah yang dapat dimasukinya. Salah satu kilaunya menerpa kelopak si lelaki yang kini masih lelap tertidur. Ia mengerjap berat dengan yang dirasa kini. Matanya berat kepalanya juga sangat berat.

Rasa haus membuatnya juga mengalah atas perlakuan sinar matahari yang seperti mencoba membangunkannya dari tidur lelahnya. Perlahan ia membuka matanya yang memanas ketika dibuka, hembusan nafasnya panas apalagi kepalanya yang sedang dia bangkitkan untuk duduk terasa begitu berat dan pening, seperti ada timpaan balok besi didalam kepalanya. Pandangannya masih terasa kabur, belum mendapatkan bayangan yang tepat di retinanya sampai haus benar-benar menggerayangi tenggorokannya yang memang belum tersentuh setetes air pun semenjak kemarin sore.

Dengan berat kepala dan berat hati meninggalkan ranjang, Jiyong berusaha bangkit dan melangkah perlahan menuju dapur. Mengambil air minum untuk menghilangkan dahaga beratnya lalu kemudian berniat untuk merebahkan kembali kepalanya yang semakin berat itu.

Segelas air sudah digenggamannya namun kemudian langkahnya terhenti ketika nyeri dikepalanya kembali dirasa. Tanpa sadar tangan lemahnya menjatuhkan gelas yang ia pegang, membuat bunyi bising pecahan gelas mengisi ruangan sepi itu. Jiyong masih dengan diamnya berdiri menahan denyutan kepalanya.

Sementara dari arah luar dapur yang dipisah dengan pintu kaca, Lisa perbaling mendengar bunyi bising pecahan dari dapur. Ia melihat ke asal bunyi tersebut dan mendapati Jiyong yang tengah berdiri disana. Dengan panik ia menghampiri Jiyong dan menarik lengan pria itu.

"Oppa.. Oppa, tolong aku" panik Lisa.

"Lisa.." lirih Jiyong dan dengan terpaksanya bersuara.

Tanpa memedulikan suhu badan Jiyong dari lengannya yang dipegang Lisa dan tanpa mau mengurusi pecahan gelas dilantai itu, Lisa menarik paksa lengan Jiyong untuk mengikutinya. Lisa terlalu panik dan khawatir dengan keadaan Jennie yang masih belum diselamatkan didalam kolam.

"Oppa bantu aku, aku benar-benar bingung" ucap Lisa seraya menarik lengan Jiyong ke tepi kolam renang.

"Ada apa Lisa? Tapi aku- "

"Jennie eonni tenggelam, aku benar-benar tak bisa berenang sekarang kaki ku masih sakit" potong Lisa.

"Tapi aku- "

"Jebal.. Cepatlah tolong Jennie eonni! Dia tidak bisa berenang, oppa" rengek Lisa bertambah panik.

Hembusan nafas terdengar panjang dan berat dari mulut Jiyong, ia tidak mungkin membiarkan Jennie seperti itu, bukan? Akhirnya dengan segera Jiyong menjatuhkan tubuhnya ke dalam air, berusaha mencari tubuh Jennie yang semakin tak terlihat di permukaan air.

Dengan khawatir pula Lisa menunggu Jiyong muncul lagi ke permukaan bersama tubuh Jennie. Jisoo dan Rose yang baru saja berganti pakaian berenang ikut panik melihat Lisa yang sedang harap-harap cemas di tepi kolam. Tak lama munculah Jiyong dengan Jennie didekapnya, dibawa ke tepi untuk segera diberi pertolongan pertama karena Jennie tak sadarkan diri.

"Apa yang terjadi, Lisa?" tanya Jisoo panik pada Lisa.

"Jennie eonni jatuh" jawab Lisa.

"Bantu aku" suara parau Jiyong yang sudah berhasil membawa Jennie ke tepi kolam.

Jisoo dan Rose segera menghampirinya dan menarik Jennie agar bisa mereka baringkan dilantai, dibantu Jiyong yang juga mendorong Jennie agar bisa ditarik dengan mudah oleh Jisoo dan Rose. Lisa hanya bisa terdiam khawatir melihat keadaan Jennie, karena kakinya sehingga ia tak bisa berbuat apa-apa. Sementara Jisoo dan Rose memberi pertolongan pertama, Jiyong masih belum bangkit dari posisinya terakhir didalam kolam, kepalanya semakin berdenyut dan berat, tubuhnya seakan susah ia angkat keluar dari air.

Beberapa menit dengan disibukan keadaan Jennie yang akhirnya terbatuk dan sadar, Lisa, Jisoo dan Rose akhirnya bisa bernafas lega. Tapi tidak untuk seseorang yang baru bergabung melihat adegan dibawahnya, seseorang yang tengah menatap heran dari balkon kamarnya, tepatnya pada Jiyong yang tengah menyangga kepalanya pada lantai tepi kolam renang.

Jiyong menyangga kepalanya yang semakin berat dan terasa nyeri, untuk membuka mata saja terasa begitu berat dan berkunang apalagi mengangkat tubuhnya untuk keluar dari air. Beberapa saat dengan keadaan itu hingga Jiyong jatuh tercebur lagi kedalam air. Kali ini bukan sengaja menjatuhkan diri untuk berenang atau semacamnya, tapi ia benar-benar kehilangan keseimbangan badannya dan berakhir ia limbung tak sadarkan diri di dalam air.

Lisa, Jisoo, Rose dan Jennie masih tak menyadari keadaan sekitarnya karena masih cukup khawatir dengan keadaan Jennie yang baru saja sadar. Berbeda untuk seorang yang sedari tadi memang tengah memerhatikan gerak-gerik Jiyong, ia menatap curiga pada Jiyong yang tiba-tiba kembali menjatuhkan tubuhnya ke dalam air. Jatuhnya pun terlihat seperti tidak bertenaga, sampai beberapa saat ia masih melihat ke dalam kolam hingga kesadarannya tiba-tiba saja membuat dirinya panik sendiri.

"Ji!" teriaknya dari atas balkon kemudian secepat kilat ia berlari turun menghampiri Jiyong yang menurutnya tidak baik-baik saja.

"Ji!" teriaknya lagi saat sudah berada di dekat kolam renang dan kemudian langsung menceburkan dirinya ke kolam renang.

"Seunghyun oppa! Ada apa?" seru Lisa yang melihat kepanikan Seunghyun dari arah dalam rumah yang langsung menceburkan diri ke dalam kolam renang.

Situasinya menjadi panik juga bingung. Entah apa yang terjadi, tapi Lisa, Rose, Jennie dan Jisoo menunggu Seunghyun yang tadi terlihat panik dan terburu-buru keluar dari dalam air.

Tak lama Seunghyun terlihat lagi dipermukaan air bersama Jiyong yang terlihat tak sadarkan diri. Ia membawa Jiyong ketepian kolam. Lisa ikut panik dan baru sadar kalau Jiyong yang tadi menolong Jennie, tapi kenapa dia bisa pingsan juga? Pikir Lisa.

"Omo! Jiyong oppa kenapa pingsan juga?" panik Lisa lalu menghampiri Seunghyun yang sedang membaringkan Jiyong ditepi kolam.

Seunghyun sama sekali tak merespon Lisa, bahkan keadaan sekitar. Yang ia sangat khawatirkan adalah Jiyong saat ini.

"Badannya panas sekali" ujar Seunghyun panik setelah ia merebahkan tubuh Jiyong dilantai. Keadaanya masih sama-sama basah.

Seunghyun segera melakukan pertolongan pertama pada Jiyong, menekan-nekan dada Jiyong untuk mengeluarkan air yang kemungkinan masuk ke tubuhnya dan berada di dalam paru-parunya. Beberapa detik masih belum ada respon dari Jiyong membuat suasana bertambah panik.

"Telepon ambulan! Cepat!" teriak Seunghyun entah pada siapa yang ia tuju.

Rose yang langsung tangkap dan dengan segera meraih ponselnya menelepon ambulan. Sementara Seunghyun masih berusaha keras membuat Jiyong sadar dengan menekan dadanya. Tanpa disadari semuanya bahwa mata Seunghyun memerah dan pipinya sudah dibasahi oleh air mata, tanpa isakan yang keluar dari mulutnya.

Sampai beberapa detik kemudian Jiyong mengeluarkan air dari mulut dan hidungnya lalu terbatuk kecil. Hembusan nafas lega dari Seunghyun, tapi melihat Jiyong yang kembali terdiam lagi tanpa respon setelahnya membuat Seunghyun kembali panik. Jiyong belum sepenuhnya sadarkan diri.

"Jiyong! Ji!" Seunghyun memanggil-manggil Jiyong yang kembali tak sadarkan diri itu, menepuk-nepukan pipi Jiyong yang basah namun terasa panas.

***

Gimana menurut kalian part ini?

Aku kurang feel sama penyampaiannya, deh:((

Something Wrong [selesai]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang