31

1.4K 112 2
                                    

Hari sudah hampir siang ketika Lisa mengerjapkan matanya dan mendapat sorotan cahaya begitu terang dari celah gorden kamarnya. Begitu benar-benar membuka mata dan mendudukan sebentar tubuhnya, Lisa merasakan sedikit kaku pada kakinya. Ia baru ingat kalau kakinya terluka dan baru tersadar pula dengan rekaman yang kembali berputar dimemori otaknya. Rekaman wajah serius dan khawatir Jiyong saat mengobati lukanya, rekaman manik coklat indah Jiyong saat mereka bertatapan, dan rekaman bisikan lembut dari suara khas Jiyong tepat di telinganya.

Pikiran Lisa lagi-lagi terbang ke waktu lain, ia memegangi pipinya yang tadi malam sempat bersentuhan dengan pipi Jiyong. Masih terasa hangat dirasanya. Atau sekarang Lisa sedang merona sendiri?

Tok.. Tok.. Tok..

Suara ketukan pintu membuyarkan lamunannya.

"Lisa.." terdengar suara panggilan setelahnya.

Lisa mendesah kesal karena kegiatan favoritnya--melamun--terganggu.

"Masuk saja, pintunya tidak dikunci" seru Lisa yang masih terduduk, malas beranjak dari kasurnya.

Decitan pintu terbuka menampilkan sosok Daesung dengan rambut yang masih acak-acakan menutupi mata sipitnya.

"Kenapa oppa?" tanya Lisa.

"Hoam.. Teman-temanmu datang" jawab Daesung malas yang kentara sekali masih mengantuk.

"Huh? Siapa?"

"Temanmu, aku tertidur di sofa depan dan belnya berisik sekali" keluh Daesung.

"Siapa?" tanya Lisa bergumam yang lebih tertuju pada dirinya sendiri.

"Tsk, lihat saja sendiri" Daesung mendengus kesal, "perempuan" lanjutnya sembari keluar dari kamar Lisa.

Ck!

Dengan malas Lisa beranjak dari kasurnya. Berjalan terpincang karena kakinya yang terluka.

Ia mendapati tiga orang perempuan disana, di sofa ruang tamu, sedang berbincang-bincang ria. Satu perempuan dengan rambut merahnya yang sangat antusias bercerita, satunya lagi berambut coklat yang sedang menanggapi antusias cerita si perempuan berambut merah. Dan satu lagi yang berambut hitam, yang satu-satunya menyadari keberadaan Lisa berdiri tak jauh dari situ.

"Lisa!" panggilnya.

"Jisoo eonni, kenapa dua pengerat berisik ini dibawa kesini, tsk" gerutu Lisa sembari melangkah hati-hati mendekati mereka bertiga.

"Kau yang mengajaknya, kenapa dengan kakimu?" balas Jisoo.

"Ah seharusnya aku berkata untukmu saja kemarin, tidak apa hanya jatuh" balas Lisa.

"Lisa" panggil perempuan berambut merahnya dengan nada sedikit membisik.

"Mana oppa-oppamu?" tanyanya.

"Augh! Rose! Itu yang membuatmu kesini, huh?" kesal Lisa.

"Yang tadi, bukankah dia oppamu juga?" tanya perempuan berambut coklat itu.

"Daesung oppa namanya, dan kalian sudah membuatnya terganggu atas tidurnya" jawab Lisa.

"Oops, maaf. Pantas rambutnya masih berantakan tadi" celetuk Jisoo.

"Lisa, Jennie eonni bilang dia juga ingin bertemu oppamu" kata Rose.

"Yak!" sentak perempuan dengan rambut coklatnya pada Rose.

"Kau dan Jennie eonni memang sama saja" ujar Lisa.

"Yak! Jangan menyamakan ku dengannya" protes Jennie.

"Heish, sudah, sudah, kalian tidak boleh berisik disini, disini bukan club" beri tahu Lisa.

"Ahjumma" panggil Lisa pada ahjumma Min yang kebetulan sedang berjalan ke arah mereka.

"Ne, nona, baru saja aku akan menghampirimu" kata ahjumma Min setelah sampai di dekat Lisa.

"Tolong bawakan kami makanan ringan, ne. Mereka teman-temanku, bawakan ke halaman belakang saja ya ahjumma, kami akan kesana" perintah Lisa dengan sopan.

"Oh baiklah aku permisi dulu" kata ahjumma Min kemudian melangkah menuju dapur.

Sementara Lisa dan para gadis beranjak menuju halaman belakang yang dimaksud Lisa.

Setelah bagian depan rumah dan seisi rumah yang membuat Rose, Jennie dan Jisoo terkagum, kini halaman belakang pun tak kalah menariknya. Menyuguhkan pohon cemara di tepi-tepinya dan berbagai tanaman hias disana, tak lupa pula sebuah kolam renang yang menjadi objek paling menyita perhatian mereka.

"Hwaa.. Lisa kau bertambah kaya ya" seru Rose.

"Pelankan suaramu" kesal Lisa.

"Kita duduk disana saja" Lisa menunjuk tepi kolam yang sudah disediakan ada empat kursi santai dan sebuah meja disana.

Bercerita tentang berbagai macam hal dengan berbagai camilan yang mereka nikmati.

"Kalian tidak mau berenang?" tawar Lisa.

"Hei, kau meledekku?" protes Jennie yang tidak bisa berenang.

"Astaga aku lupa kau tak bisa berenang, eonni" kekeh Lisa diselingi tawanya.

"Apa boleh?" balas Jisoo antusias, yang diangguki kepala oleh Lisa.

"Kau bisa mengambil pakaiannya disana" Lisa menunjuk sebuah loker dibelakangnya. Kemudian dengan senang hati Jisoo menuju loker itu dan mengambil salah satu pakaian renang milik Lisa lalu menuju kamar mandi terdekat untuk mengganti pakaiannya.

"Kau tidak, Rose?" tanya Lisa.

"Masih ada pakaian renang lagi disana" tunjuk Lisa pada loker yang sama dibelakangnya.

"Tentu saja iya!" pekik Rose girang, kemudian melesat menyusul Jisoo.

Sementara itu Lisa dan Jennie masih saling bercakapan dan tertawa di tempatnya tadi. Jennie berdiri, meregangkan otot-otot lengannya pada suasana sejuk di halaman belakang rumah sembari melangkah lebih mendekati ke tepi kolam.

"Kau beruntung Lisa, ini sangat menenangkan" ujar Jennie yang masih menikmati desiran angin bersemilir merdu membelai pipi dan rambutnya.

Lisa ikut beranjak mendekati Jennie, tapi langkahnya yang terpincang-pincang membuat ia kesulitan sendiri dan kecerobohannya membuat kakinya tersandung kaki kursi yang berada dibelakang Jennie. Lisa kaget tentunya, terhuyung kasar kedepan dan tepat menubruk punggung Jennie yang sedang berdiri tak siap saat itu. Beruntung Lisa tak jatuh karena dengan sigap tangannya berpegang pada sisi meja yang bisa digapainya namun berbeda dengan Jennie yang saat ini sedang kesulitan berenang.

Jennie terjatuh ke kolam renang karena dorongan Lisa yang tidak sengaja tadi. Mengingat Jennie juga tak bisa berenang membuat Lisa semakin panik. Ia ingin sekali menolongnya tapi nyeri di luka Lisa belum bisa ia gerakan bebas, untuk berjalan saja sulit apalagi harus mengayun-ayunkan kakinya itu untuk berenang.

"Omo, bagaimana ini? Jennie eonnie bertahanlah" seru Lisa panik. Sementara Jennie yang masih berusaha agar terlihat di permukaan air, melambai-lambaikan tangannya dan berteriak minta tolong dengan susah payah.

***

Tbc..

Something Wrong [selesai]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang