10

2.5K 145 0
                                    

Ketika sebuah mimpi yang akan kita raih bertolak dengan apa pada kenyataannya, semua terasa sulit bahkan merasa dunia ini tak berpihak padanya karena dunia begitu luas hingga tak jua menemukan titik finish-nya. Namun, ketika logika menemukan makna itu-itu saja, ia akan berpikir betapa dunia ini sempit.

Apa yang seseorang pikirkan jika suatu kehadiran tak sengaja justru itu akan berada sampai diakhirnya—selamanya? Takdir. Takdir memang tak bisa disangkal sekalipun kau berusaha mati-matian merubahnya. Takdir. Satu jawaban yang banyak terharapkan bahagianya. Hanya pada takdir kita mengharap pada usaha kita, harapan baik tentu saja. Walau diakhirnya tak semua seperti apa yang kita harapkan.

Apa ini pula takdir Lisa? Entah takdir juga atau apa, tapi apakah ada yang namanya kebetulan? Pasti semua sudah digariskan. Jika jodoh sang ibu dengan ayahnya hanya sampai membuahkan seorang Lisa itu berarti memang sudah seharusnya sang ibu berpisah dengan sang ayah. Dan takdir pun sudah berkata bahwa sang ibu kembali menemukan tambatan hati sebagai takdirnya selanjutnya.

Lisa tak menyangka jika pertemuan dramatis itu menjadi perkenalan dengan calon saudara-saudara tirinya.

"Apa aku akan menyukai salah satunya? Kekeke~" pikir Lisa berbicara pada dirinya sendiri.

"Heish, apa yang aku pikirkan? Tak akan!" balasnya sendiri, ia mengguling-gulingkan tubuhnya di atas kasur.

Lisa yang sedang merenungkan kekonyolannya di dalam kamarnya mulai lelah dengan pikirannya sendiri. Perutnya tiba-tiba merasa lapar, ia turun ke lantai bawah menuju meja makan. Ibunya pun sudah duduk manis di kursi makannya, tengah menyiapkan peralatan sarapan. Ya, ini memang waktunya sarapan walau sedikit terlambat dari waktu biasanya—pukul 7, ini sudah pukul 8 lebih. Toh, sekarang hari libur.

Masih dengan piyamanya Lisa duduk dihadapan sang ibu lalu mengambil makanannya. Sang ibu yang melihat kelakuan Lisa kali ini berdecak kesal.

"Ckck.. Lisa, apa kau tak membersihkan tubuhmu lebih dulu? Lihatlah piyama kusutmu!" tegur sang ibu.

"Tsk, yang penting aku sudah mencuci muka dan gosok gigi" sahut Lisa sebelum menyendokan suapan pertamanya.

"Apa kau baru bangun, eoh?" tanya Nyonya Manoban.

"Anni" jawab Lisa.

"Kenapa masih berantakan?" omel Nyonya Manoban yang belum menyentuh sedikitpun dari makanannya.

"Tsk! Mom! Bisakah kita makan saja dulu, tidak baik berbicara saat sedang makan" kesal Lisa yang seketika memberhentikan aktivitas mengunyah anggunnya, menelan kasar makanan yang belum halus dikunyahnya.

"Arraseo arraseo" Nyonya Manoban memulai makannya, "oh ya, semalam kau tak jadi menjenguk temanmu?" tanya Nyonya Manoban setelah sekian detik diam tak berbicara.

"Sudah" jawab Lisa malas.

"Bagaimana bisa? Kau bersama mom semalaman bukan?"

"Yang kita jenguk itu yang kumaksud temanku"

"Mwo? Jinjja? Jadi temanmu akan jadi oppamu, aigoo ini menarik bukan? Kekeke~" kekeh Nyonya Manoban.

"Heish.. Jangan salahkan aku kalau aku tersedak dan menyemburkan makanannya ke wajahmu" geram Lisa.

"Ah, kau kejam sekali. Baiklah lanjut saja setelah sarapan" Lisa tak menyahut lagi perkataan ibunya.

***

"Hahh.. Aku rindu kasurku" hela Jiyong saat ia baru melangkahkan kakinya didalam rumah lalu dengan segera menuju tempat yang dirindukannya—kamar.

"Bersihkan tubuhmu dulu jika kau mau tidur!" perintah Seunghyun yang baru masuk.

Memang tanpa harus diperhatikan saja sudah jelas terlihat pakaian lusuh dan kotor yang masih melekat di badan lelaki berwajah kucel dan pucat itu.

Something Wrong [selesai]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang