7

2.8K 188 0
                                    

Malam harinya dengan lamunan yang sama. Lisa tak henti-hentinya memikirkan nasib sang ibu ketika ia telah menikah nanti. Tapi kembali Lisa ingat sedikit cuplikan realita dari sang ayah dan anak yang ia saksikan sore tadi. Apa Lisa terlalu memanjakan egonya hingga ia tak bisa berpikir untuk kebahagiaan ibunya? Atau Lisa memang muak dengan sosok ayah yang menghantui dirinya dan ibunya sampai ia takut akan terjadi lagi walau dengan pria berbeda.

Entahlah, Lisa pun masih ragu memastikannya. Tapi kalau itu membuat sang ibu bahagia, kenapa tidak? Toh, ibunya bukan wanita jalang yang haus akan belas kasihan para lelaki hidung belang. Lisa tahu bagaimana ibunya sampai jatuh kepelukan ayahnya dulu dan Lisa tahu apa yang menyebabkan kedua orang tuanya berpisah. Bukan karena ayahnya adalah lelaki hidung belang beristri yang berselingkuh dengan wanita jalang penuh godaan, tapi masalah batin yang selalu menjadi tekanan di antara rumah tangganya. Kepercayaan yang kian memudar, ketidakpantasan, bahkan kekerasan yang ibunya alami saat masih bertahan dengan mantan suaminya dulu.

Lisa takut semua lelaki sama saja. Lisa takut ia dan ibunya ditelantarkan. Lisa takut sang ibu merasakan sakit yang sulit untuk diobati seperti beberapa tahun silam. Namun sepertinya Nyonya Manoban yakin dengan pilihannya kini sampai Lisa dengan masih terpaksa menyetujui ibunya diperistri seorang lelaki lagi. Lisa pun berharap semoga lelaki kali ini adalah ia yang mampu menjaga dan melindungi wanitanya tanpa membiarkan satu gores luka pun mampu meneteskan air matanya(lagi).

Dengan segala kekuatan dan keyakinannya Lisa mempercayai ibunya. Siap tidak siap Lisa yang sangat penasaran pun ingin secepatnya bisa bertemu dengan sang calon ayah tirinya. Rasa penasaran sekaligus takut membuat Lisa larut dengan pikirannya hingga tak terasa sudah lewat tengah malam ia terjaga dan sebentar lagi adalah pagi. Dengan sangat susah payah Lisa memejamkan matanya mencoba memadukannya dengan alam mimpi hingga akhirnya ia bisa terlelap nyaman walau hanya beberapa jam saja.

Pagi harinya Lisa bangun dengan mata sembab yang terpaksa ia buka karena ponselnya sejak tadi berbunyi. Dengan berat hati melawan kantuknya Lisa mengangkat panggilan yang tertera di layar ponselnya.

"Hm-" gumam Lisa dengan suara khas bangun tidur yang masih menahan kantuk.

"Yak! Lalisa!-" seru suara diseberang sana membuat Lisa terkejut menjauhkan ponselnya dari telinga dan melihat siapa nama yang tertera di layar ponselnya.

"Kau tak mengabariku kalau kau di Korea? Apa kau lupa siapa aku? Astaga, untung saja aku tak meninggalkanmu karena kau tak mengabariku seperti mantan-mantan ku" celoteh suara diseberang ponsel Lisa.

"Augh! Rose! Kau mengganggu tidurku saja. Dan begitukah terciptanya mantan-mantanmu? Oh astaga, Rose" balas Lisa yang kini sudah membuka matanya sembari beranjak duduk, tak lagi mengantuk.

"Sudahlah, aku ke rumahmu" kata Rose lalu memutus sambungannya sepihak.

"Astaga apa itu tadi? Terserahlah" ucap Lisa memandangi ponselnya kemudian turun dari ranjangnya menuju kamar mandi berniat membersihkan diri.

***
Sudah menjelang siang dan Rose yang berjanji akan ke rumah Lisa belum juga datang. Lisa yang mulai jengah menunggu memilih keluar rumah barang berjalan-jalan mencari udara segar.

Baru saja Lisa membuka pintu, ia melihat Rose yang sedang keluar dari mobilnya. Rose baru saja tiba di rumah Lisa.

"Ku pikir kau tak jadi datang" begitu Lisa menyapa sahabatnya yang terlambat.

"Mian aku terlambat Lisa-ya" mohon Rose sembari menghampiri Lisa yang masih berdiri menatapnya didepan pintu.

"Arraseo, itu memang kau" kata Lisa menyandarkan punggungnya di salah satu daun pintu dengan tangan terlipat didepan dada.

Something Wrong [selesai]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang