BAB 3

35.4K 2.3K 14
                                    

Kendaraan Nean berhenti tepat di depan gerbang yang menjulang tinggi. Rumah tersebut hanya diisi oleh dua orang saja, cukup besar namun sayangnya sering kosong karena pemilik tidak pernah ada di rumahnya, apalagi Kezia dipaksa tinggal dengan Nean di apartemen. 

Mobil Nean dengan mudahnya masuk ke dalam gerbang, satpam di rumah Kezia tahu jika dirinya adalah pacar sang majikan. 

"Pak, Kezia ada di dalam?" tanya Nean memberi salam kepada Herman, salah satu penjaga rumah Kezia.

"Ada baru aja pulang Den," jawab Pak Herman. "Lagi berantem yah? Tadi saya liat non Kezia nangis sambil lari masuk ke dalem. Saya jadi nggak tega."

Kening Nean berkerut. Tentunya bukan ulah dia yang menyakiti dan membuat Kezia menangis, Nean curiga jika sesuatu terjadi pada Kezia. Nean akan memastikan apa yang membuat Kezia menangis. Jika ada yang menyakitinya,  Nean bersumpah akan membuat orang itu menderita.

"Nean masuk dulu yah, pak."

Nean langsung masuk tanpa mengucapkan salam, karena di rumah Kezia tidak ada siapa-siapa.  Orang tuanya bermukim sementara di luar negeri urusan pekerjaan. Ayahnya menjadi pembisnis yang sibuk bekerja di Skotlandia, sedangkan ibunya sibuk menjadi designer berada London sudah satu tahun tidak pulang ke tanah air. Kezia hanya sendirian di sini, tentunya yang dia punya hanyalah dirinya.

Tepat di depan kamar Kezia, Nean tidak mendengarkan apa-apa,  tidak ada suara sama sekali. Tangan besarnya membuka knop pintu ternyata tidak dikunci, pertama kali ruangan itu terbuka Nean menyapu setiap sudut di dalamnya. Hingga dia nelihat tubuh kecil itu sedang duduk di meja rias,  kepala dibenamkan dengan kedua tangan.

Dia melihat raga Kezia bergetar hebat, menangis tanpa suara tidak menyadari jika di sini bukan hanya ada dia, melainkan telah hadir sosok lain, yaitu dirinya.

"Jahat," lirih Kezia menangis tersedu-sedu.

Nean dapat mendengar lirihan gadis itu, dia melangkah pelan mendekati Kezia dan tepat berada di belakang Kezia duduk. Sejenak menatap bayangan di cermin sana lalu mengalihkan pandangannya kembali fokus.

"Mereka jahat!" Kezia menghapus air matanya dengan kasar membersihkan polesan bedak di wajahnya yang berantakan. Hingga tubuhnya menegang merasakan tangan kekar melingkar di tubuhnya, seseorang sedang memeluk Kezia.

Gadis itu melihat ke arah cermin, dia bisa melihat jika Nean ada di sana. Entah dari mana cowok itu tahu jika Kezia ada di sini, dan tiba-tiba memeluknya begitu erat. Mata mereka saling menatap lewat pelantara cermin, seolah sedang berkomunikasi dari gerakan badannya. Kezia melepaskan kontak mata dan tertunduk takut kalau Nean akan marah.

Nean pernah memberikan peringatan.

"Kenapa?" tanya Nean menarik dagu agar matanya menatap pantulan mereka di cermin. Nean bisa melihat raut ketakutan dari Kezia.

"Lo pulang ke rumah, lo udah langgar aturan," bisik Nean di telinga Kezia. Bulu kuduk Kezia berdiri saat mendengar bisikan Nean karena napas cowok itu berhembus lembut di telinga.

"Aku kangen sama suasana rumah," cicit Kezia berbohong. Nean mengangkat alisnya sebelah tidak percaya akan apa yang diucapkan gadis ini.

"Ingat aturan, jangan berbohong." Melihat tatapan itu begitu tajam menusuk nyali Kezia menciut seketika.

"Nggak ada apa-apa kok," katanya dengan mengusap air mata jatuh di pipi. Nean mencekal tangan Kezia dan  menatap tajam.

"Katakan," katanya menggeram.

"Alex," lirihnya.

Satu nama yang berhasil membuat Nean naik pitam, bahkan Kezia bisa melihat rahang mengeras bahkan cekalan di tangan kiri sangat erat dan menyakitkan membuat bibirnya merintih tidak sadar. Kezia berusaha melepaskan genggaman Nean.

"Lepasin tangan aku," kata Kezia membuat Nean tersadar dan mencoba  menetralkan amarahnya yang tersulut. Seolah nama Alex adalah angin yang mengembus api hinggga kobaran itu membesar.

"Apa yang dia lakuin?" tanya Nean serius.

"Dia jahat," kata Kezia bangkit memeluk Nean dengan erat. Mencari ketenangan dan kenyamanan dalam dada bidang cowok itu. Dan Nean menerima pelukan erat di tubuh mungil tersebut, tangan kekarnya membalas dengan erat.

Hingga satu kata keluar dari mulut Kezia membuat Nean menjadi panas dan darahnya mendidih sampai ke ubun-ubun. Dia tidak terima semuanya, apalagi Axel memperlakukan Kezia sesuka hati.


***

Langkah kaki Nean terdengar menghentak lantai begitu keras. Wajahnya menampilkan kemarahannya yang tertahan beberapa jam lalu, kini dia berada di salah satu markas Alex. Tempatnya gelap dan hanya ada cahaya remang-remang, tidak ada rasa takut dalam dirinya. Dia melangkah yakin dengan mata tajam seolah menembus kegelapan.

Di sana ada seorang cowok yang tidak lain adalah Alex. Sendirian di sana, tidak ada yang menemani, hanya ada botol minuman berakohol.

Sampai kedatangan Nean disadari oleh Alex, dengan mata teler nya sontak membuatnya kaget akan kedatangan orang yang  ingin dia lihat dan temui seumur hidup. Seolah dihadapannya adalah bayangan dan ilusi semata, karena posisinya dia sedang mabuk parah.

"Ngapain lo ke sini? Lo mending pergi aja, kalau mau nuduh gue di masa lalu." usir Alex menyuruh Nean pergi. "Gue nggak mau punya urusan sama lo. Kita nggak ada hubungan lagi, lo maupun gue atau Ray sekalipun, dan Al-"

Bugh!

Satu pukulan keras diterima Alex hingga badannya terjungkal ke bawah. Botol minuman kerasnya pun pecah sampai berkeping-keping.

"Lo buat Kezia menderita."

Bugh!

"Lo udah buat dia nangis dan lo udah berbuat nggak-nggak sama dia!" teriak Nean lantang. Sedangkan Alex tertawa begitu keras tidak menyadari kesalahannya, bahkan pukulan Nean memang menyakitkan tidak buat dia takut. Ada satu fakta menarik bagi Alex malam ini tentang Nean.

"Ternyata cewek cantik itu pacar lo?" tanya Alex tidak yakin, "Gue yakin lo nggak pernah jadiin dia cewek lo beneran."

"Apa maksud lo?" tanya Nean menggebu-gebu, tangannya sudah siap memukul wajah Alex hingga hancur berlumuran darah. Sudah dari dulu dia memendam rasa benci pada cowok di depannya ini, hingga dia diberi kesempatan untuk menghajar habis-habisan Alex karena perbuatannya pada Kezia. Dan perbuatan masa lalunya.

"LO NGGAK PERNAH NEMUIN CINTA DI HIDUP LO, SAMPAI KAPANPUN!"

Bugh!

"Bacot, bajingan kayak lo tahu apa tentang gue?!  Kezia milik gue dan apa yang pernah lo perbuat sama cewek gue, sama aja itu urusan gue."

"Gimana kalau yang satu lagi gue sakitin? Mau?"

Nean tertawa sinis mendengar pertanyaan Alex yang tidak masuk akal sama sekali. Menyangkut pautkan dirinya dengan hal-hal lain yang sudah tidak ingin Nean dengar, muak rasanya.

"Lo main-main sama gue? Oke gue ladenin."

Mungkin kesabaran Nean pada Alex sudah sampai di sini. Tangannya gatal sekali ingin menghabisi Axel, hingga tulang dalam tubuh pria itu rusak hingga terdengar suara retakan.

TBC

***

Jangan lupa komen dan like hehe. Allhamdulillah masih bisa update walaupun sedikit-sedikit. 

The Cruel BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang