Kezia sedang menikmati makanan yang berada di tangannya, kebanyakan makanan yang dia lahap itu manis semua. Kezia suka sekali pedas, tapi tidak lucu rasanya jika harus makan sesuatu yang pedas dan akhirnya air suci di hidungnya keluar dari sarang.
Dia perempuan muda yang satu-satunya ada di sini, bahkan Denzel sedang bersama beberapa tante-tante di sana, dan seorang gadis yang cantik. Tatapan gadis itu melihat Denzel dengan tatapan kagum dan suka.
"Ehem, ternyata pesta ini bisa didatengin bocah juga," kata seorang cowok yang menghampiri dirinya. Perawakan tinggi dengan rambut yang melebihi kerah jas, berwarna coklat. Matanya juga bersinar tajam, dan dilihat cowok ini menjadi perhatian juga.
"Eh!" Kezia tersentak saat tangan cowok itu menyentuh sudut bibirnya dengan mendekatkan wajahnya ke arah Kezia, hingga keduanya berjarak begitu dekat sekali.
Cowok itu terkekeh begitu manis melihat Kezia yang terlihat manis dan lucu, makan seperti anak kecil dan tidak kenal jaim.
"Ternyata kalo makan masih belepotan yah?" tanyanya dengan senyuman manisnya. Kezia masih saja diam tidak menanggapi cowok itu, terlalu syok karena perbuatan tadi.
"Kenalin Zeta," lanjutnya menjulurkan tangannya ke arah Kezia, namun ditepis seseorang.
Tatapannya tajam setajam elang, dengan wajah yang mengeras. Tidak sengaja Nean melihat dari kejauhan Kezia disentuh laki-laki lain selain dirinya, dan Nean tidak suka. Bahkan dia ingin rasanya menampar cowok tengil ini yang berani menggoda miliknya.
Zeta langsung melirik Nean terkejut, dan senyuman manis di bibirnya hilang begitu saja. Dia tidak sama sekali merasa takut, bahkan sangat menantang. Cowok yang berusia duapuluh delapan tahun ini, menanggapi sikapnya santai.
Dialah Zeta, adik dari ibu tirinya.
"Santai dude, gue cuma kenalan sama cewek lo," kata Zeta dengan sikap tenang dan murah senyum.
Murah banget punya senyum, batin Kezia sempat terpana. Seandainya Nean mempunyai senyuman seperti itu, pasti Kezia akan betah memandang seharian wajah Nean. sayangnya Nean adalah cowok yang tidak pandai mengungkapkan perasaan, sedih dan senangnya tetap saja datar.
Itulah sulitnya menjadi Kezia, tidak bisa menebak perasaan pacarnya.
"Jangan gatel juga tangannya perlu gue garukin?" tanyanya sarkas kepada Zeta. Nean pun tanpa menunggu jawaban Zeta langsung pergi meninggalkan pria itu yang menatapnya misterius.
"Aku nggak suka sikap tadi ke kamu, kenapa kamu diem aja. Mau aja digrepe kayak cewek apaan," celetuk Nean begitu pedas.
Begitulah Nean jika merasa cemburu terhadap cowok lain, bahkan kata pedas tidak jarang dikeluarkan untuk Kezia.
Mata Kezia berkaca-kaca mendengarnya, dia merasa sedih sekali. Bahkan sejak tadi Nean hanya diam saja tidak mengajaknya bicara, membuat Kezia ingin pulang sekarang.
"Kenapa sayang? Murung mulu kandangin nih," celetuk Denzel melirik ke arah Kezia yang menatap wajahnya muram. Seketika wajah Denzel berubah menjadi serius, bahkan sangat serius.
Kini air mata itu tidak dapat dibendung, Kezia terlalu memiliki hati yang sangat rapuh dan lembut. Tidak pantas rasanya jika diberikan perlakuan tidak mengenakan.
"Siapa yang nyakitin lo?" tanya Denzel kepada Kezia, gadis ini menggelengkan kepalanya dengan mengusap kasar air matanya. Tidak peduli akan riasan di wajahnya.
Mau aja digrepe kayak cewek apaan.
Perkataan sederhana itu bisa melukai hati Kezia. Dia sangat bersalah dan juga sakit hari bersamaan, kenapa Nean selalu mengatakan sesuatu dengan sarkas sekali.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Cruel Boyfriend
RomanceKezia Scarllethisya gadis yang dijadikan bahan taruhan untuk pemenang balapan liar, sampai akhirnya cowok bernama Nean berhasil mendapatkannya begitu mudah. Bukan tanpa sebab Nean nekat mengikuti pertandingan itu demi mendapatkan Kezia. Sesuatu hal...