BAB 8

22.6K 1.4K 215
                                    

Setelah kejadian itu Nean pergi menuju rumah seseorang, dia butuh sebuah hiburan. Sampai di depan rumahnya, dia tanpa mengetuk langsung masuk ke dalam nyelonong. Duduk di ruang tamu dengan tv sedang menyala menayangkan film.

"Kak Nean, kakak kok ada di sini, sejak kapan?" tanya seorang gadis membawa secangkir jus alpukat dan cemilannya.

Duduk di samping Nean, gadis ini mengusap rambutnya terlihat masih basah dan berantakan, wajar saja dia habis mandi. Lalu terkejutlah dia melihat seorang cowok tampan di ruang tamunya, hal yang sudah biasa Nean lakukan; pergi ke rumahnya tanpa harus mengetuk pintu.

"Kakak mau minum apa, atau kak Nean mau makan?" tanya dia lembut, namun Nean tidak menjawab dia terus memandangi wajah gadis yang bernama Angel.

Tangan Nean terulur memegang bahu Angel dengan erat, melihat dalam bola matanya yang bewarna coklat gelap, tidak seindah dan seterang Kezia.

Banyak rasa kerinduan yang bisa Nean salurkan kepada Angel disaat dirinya bingung akan perubahan sikap terhadap Kezia, Nean merasa sangat bersalah tiap kali memarahi Kezia dengan cara kekerasa fisik.

Untuk beberapa akhir ini perlu berpikir dua kali atau lebih jika ia ingin menampar Kezia.

Bagusnya hal itu tidak pernah dia lakukan akhir-akhir ini, jika dia marah dia lebih suka membentak dan pergi tanpa pamit untuk menenangkan emosinya, berbeda dengan Nean dahulu.

"Kakak," lirih Angel saat cengkraman di bahunya semakin erat, tersadar Nean langsung melepaskannya.

"Kakak kenapa? Cerita sama aku yuk, biar kakak tenang."

"Nggak apa-apa," katanya pelan.

"Nggak kenapa-napa tapi mukanya gitu, cerita kak siapa tahu aku bisa bantu," kata Angel sedikit memaksa, dan Nean pun menajamkan matanya ke arah Angel untuk memperingati tidak usah mencampuri urusannya.

"Gue nggak apa-apa, ngerti?" tanya Nean sedikit jengah.

"Maaf, aku nggak maksud ganggu kok. Aku cuma pengen buat kakak lega, supaya aku jadi pacar kakak masih berguna," cicit Angel dengan gugup, helaan napas Nean terdengar kembali.

Angel, gadis yang sangat pemaksa dengan apa yang diinginkannya, apa yang dia pikirkan selalu dia utarakan. Dan melihat wajah kini yang murung membuatnya tidak tega, mengingatkan dia kembali akan sesuatu dan rasa bersalah merasukinya.

"Maaf, Sayang. Kakak nggak bakalan gitu lagi," katanya dengan senyum tipis setelahnya dia seperti biasa.

Senyum manis terbit di wajah Angel, dan perlahan dia menyandarkan kepalanya di bahu kokoh milik Nean yang selalu membuatnya tenang beberapa bulan ini.

Usapan tangan Nean pun begitu menyentuh ke dalam hati hingga desiran hangat, Angel menyukai momen bersama dia saat ini.

Karena pada dasarnya mereka jarang bertemu, jika bertemu pun akan sangat singkat.

"Aku pengen terus sama kakak, terimakasih udah nerima aku apa adanya," katanya menatap manik Nean yang tajam, cowok ini hanya mengangguk saja.

Tidak ada respon apa-apa, ada perasaan berbeda jika bersama Angel, hangat dan tentunya nyaman. Rasa ingin melindungi ada dalam diri Nean, teduh melihat wajahnya sehingga Nean lebih memilih bersama Angel ketimbang gadis yang sedang di apartemennya atau barisan mantan di luaran sana.

"Minggu depan kakak akan pergi ke luar kota mengurus perusahaan," kata Nean mencium puncuk kepala Angel begitu dalam.

"Lama?" tanya Angel bangkit dari sandarannya. "Nggak apa-apa kok, kalau lama juga."

The Cruel BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang