BAB 31

14.3K 1K 94
                                    

Malamnya Nean dan Kezia berada di luar kamarnya, menonton Netflix bersama. Keduanya sama-sama menikmati film yang sedang ditayangkan, Kezia yang asik dalam layar tv itu. Sedangkan Nean hanya sibuk memperlihatkan wajah Kezia yang sangat cantik walau dalam gelap malam.

Sebenarnya dia sudah sangat lelah, menata barang-barang dari pagi sampai sore. Namun Kezia ingin menonton dan ingin ditemani, Nean tidak pernah bisa untuk menolak keinginan Kezia sekarang ini.

Berkali-kali juga Nean menahan rasa kantuknya, penginnya tidur, tetapi membiarkan Kezia sendirian, dia tidak tega. Kezia mengadah kepalanya ke atas melihat wajah Nean yang dari tadi melihat ke arahnya, karena posisi Kezia sedang bersandar di dadanya.

"Kamu liatin aku mulu," kata Kezia salah tingkah menyadari Nean hanya diam, dan memainkan pipi gembilnya.

"Gemes," lirihnya pelan.

"Bukannya nemenin nonton," kata Kezia cemberut dan mengalihkan pandangannya ke arah layar.

"Ada yang lebih menarik buat diperhatikan," katanya masih melihat ke arah Kezia.

Gadis ini terkekeh mendengarnya, lalu kemudian Kezia mengubah posisinya hingga duduk menyilang di hadapan Nean. Cowok itu menaikan alisnya menatap heran.

"Sekarang Angel masih di rumah sakit?" tanya Kezia kepada Nean, jujur Nean sangat malas untuk membahas gadis itu.

Ternyata dia sangat berbahaya, dulu Nean menganggap dia hanyalah gadis biasa. Tidak akan melakukan sesuatu di luar nalarnya, Nean salah menganggap Angel.

"Dia diurusin sama Kenzo," katanya malas. "Aku nggak suka bahas dia," lanjut Nean, bukan karena malas tapi rasa penasaran Kezia melebihi batas.

Bisa memicu pertengkaran, atau tidak gadisnya akan menangis, Nean tidak ingin.

***

"Jadi siapa yang nyuruh lo?" tanya Kenzo yang mengintrogasi Angel yang berada di rumahnya, dia memilih untuk membawa Angel ke rumahnya agar aman diintrogasi.

Jika di tempat lain, ada peluang gadis itu melarikan diri dan meminta pertolongan ke orang lain. Kenzo tahu, seseorang jika tertekan akan sebuah pertanyaan dan merasa terancam, biasanya akan berucap jujur.

"Lo mau gue paksa ngomong, atau lo yang ngaku?" tanya Kenzo kepada Angel yang masih bungkam, dia langsung mencengkram adik dari Luna—mantan kekasihnya itu.

Angel menutup mata ketakutan melihat aura Kenzo, sama-sama mengerikan di mata Angel.

"Gue tahu, lo diperalat," lirih Kenzo dengan tajam.

"Tatap mata gue," desisnya menambah cengkraman di pipi Angel.

Hingga mata itu terbuka, warna dan binarnya sangat mirip dengan Luna. Keduanya saling beradu pandang beberapa menit, Kenzo tercenung melihat retina Angel.

Seolah dia melihat Luna dalam diri gadis itu, dia merasa telah menyakiti gadis yang dia sayangi, padahal orang di depannya bukan Luna. Jika diperhatikan memang banyak kemiripan di antara Angel dan Luna.

Cengkraman di pipi Angel mengendur, Kenzo menjauh dari Angel. Memalingkan wajahnya enggan menatap wajah sedih milik gadis itu, apalagi mata itu mengisyaratkan ketakutan. Cowok ini langsung meninggalkan Angel sendirian di ruangan gelap, tanpa ada secercah cahaya buatan.

Setelah kepergian Kenzo, Angel langsung menangis terisak. Menyembunyikan wajahnya di lekukan lututnya, ini bukan keinginannya menjadi seseorang jahat.

Dia memang salah, tetapi enggan untuk mengaku. Tisella dan Ray, mereka sangat berbahaya, bukan karena Angel merasa terancam. Tetapi Nean, semuanya dan terutama Kezia dalam bahaya.

The Cruel BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang