BAB 32

13.1K 979 96
                                    

DON'T COPY MY STORY!

Happy Reading.

______________________________

Semua orang wajar mempunyai luka, karena dari sanalah manusia dapat belajar menjadi dewasa. 

***

"Nanti beli lagi eskrim nya," kata Nean mengelus lembut rambut Kezia yang diam cemberut begitu lugu. Sebelumnya gadisnya begitu kesal karena permintaannya kandas begitu saja.

"Udah nggak mau," katanya merajuk.

Nean menghela napasnya panjang, dia tidak akan berbicara lagi. Membiarkan Kezia meluapkan kekesalannya dengan jalan sambil menghentak dan menendang angin gemas. Rasanya percuma jika harus berbicara dengan orang yang sedang marah, dia menunggu amarahnya hilang saja.

Kini jarak mereka berjalan ke parkiran kampus begitu jauh, tidak ada gandengan di antara keduanya. Sampai sebuah motor melaju kencang ke arahnya, tidak disadari oleh Kezia yang terus menatap ke bawah masih kesal. Sedangkan Nean yang mengetahui itu terburu-buru menangkap tubuh mungil itu dan terhindar dari motor yang melaju kencang menuju keluar gedung parkir kampus ini.

"Liat-liat dong kalau jalan! Gunain mata jangan cuma nunduk, hampir aja keserempet, jangan bego jadi orang!" gertak Nean keras hingga tubuh Kezia menegang, langkahnya mundur tidak terlalu dekat dengan Nean.

Kini Kezia menunjukan wajah ketakutannya, jika Nean akan berbuat kasar dan mengatakan sesuatu yang menyakitkan.

"Sialan hampir aja!" runtuk Nean berdecak pinggang, betapa terkejutnya barusan melihat motor melaju sekencang itu.

Padahal mereka ada di area kampus, jantungnya berdegup kencang. Tidak terbayang jika motor itu menghantam melukai Kezia, Nean tidak bisa membayangkannya. Dia terlalu kalut karena khawatir.

"Maaf Nean," cicit Kezia pelan.

"Nyusahin tahu nggak?! Bisa nggak jadi orang waspada, heh?!" bentak Nean dengan napas menggebu, hingga Kezia menunduk meremas celananya ketakutan.

Matanya sudah membendung air mata dan berjatuhan tanpa suara. Sedangkan Nean, dia melihat ke arah pintu keluar. Berharap si pengendara itu masih di sana, aneh saja. Dalam lingkungan seperti ini ada orang yang mengendarai motornya menggila seperti di sirkuit. Hal itu menjadi suatu kecurigaan bagi Nean, dia ingin mencari orang itu tapi isakan kecil Kezia terdengar. Gadis itu menangis menunduk dengan menyembunyikan wajahnya oleh satu tangan, seperti anak kecil kehilangan lolipop nya.

Dia langsung menghampiri gadisnya dan memeluk menenangkan, dia salah dalam bersikap. Ketakutan dan rasa kalut itu membuat Nean bersikap keras terhadap gadis rapuh ini.

"Maaf aku nggak sengaja bentak kamu, Sayang." Dalam peluknya Nean memberikan usapan di pipi Kezia dan menghapus air mata itu dengan lembut.

"Aku marah sama orang tadi mau celakain kamu," lanjutnya dengan rahang mengeras.

"Nean jangan marah lagi, Kezia takut," cicit Kezia kepada Nean, cowok ini menganggukkan kepalanya mengerti.

"Nggak bakalan," kata Nean menunjukan senyuman manisnya.

"Pulang?" tanya Nean.

"Pulang?" Kezia mengulang pertanyaan Nean membuatnya gemas, menganggukkan kepalanya.

"Iya pulang, manis. Mau ke mana kamu, hem?"

"Yaudah yuk," kata Kezia kembali ceria lagi, Nean beruntung memiliki Kezia.

Gadis yang selalu bertahan disaat dia berlaku seenaknya, bahkan gadis ini masih saja ceria disaat air mata di pipinya masih membakas basah. Nean bersyukur kepada Sang Pencipta, menciptakan mahluk-Nya semanis ini dan memiliki hati lembut. Walau rapuh dan butuh perlindungan, Nean tidak masalah.

The Cruel BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang