BAB 21

15.5K 1K 98
                                    

"Gimana enak eskrimnya?" tanya Denzel kepada gadis imut yang masih menyantap eskrimnya sudah habis dua biji.

"Enak, Nean nggak pernah ngasih eskrim sebanyak ini," kata Kezia masih memakan dengan sangat lahap.

Wajahnya yang merah menahan dingin terlihat sangat imut dan menggemaskan. Denzel selalu tidak tahan melihat tingkah laku natural Kezia yang tidak dibuat-buat.

"Lo cantik, sayangnya milik sodara gue," lirih Denzel terkekeh pelan.

Banyak gadis cantik di luaran sana, tetapi tidak ada yang sealami dan natural gadis di depannya. Denzel akan membuat Kezia tidak murung lagi, menerbitkan senyumannya di wajah cantik dia. Entah apa yang ada dipikiran Nean, meninggalkan Kezia dan pergi seolah ingin menghilang.

Setahu Denzel, Nean adalah tipe cowok yang tidak akan melepaskan miliknya begitu saja dengan mudahnya.

"Tadi lo ketemu si Ray, ngapain?" tanya Denzel menikmati juga eskrim rasa grean tea kesukaannya.

"Dia ngajak ketemuan, tapi aku nggak nyaman untung ada kamu," kata Kezia menikmati eskrim di tangannya.

"Aku tadi ngobrol tentang Luna," lanjutnya tidak acuh.

Denzel merasa dia tersedak air liur sendiri, mendengar nama yang sudah tidak dia dengar sejak lama. Nama yang membuat kehidupan beberapa orang menjadi runyam, baginya Luna tidak bisa dibilang baik dan tidak bisa dibilang jahat.

Banyak pihak yang dirugikan oleh gadis berhati lembut tersebut, salah satunya adalah kehidupan Nean dan juga Kezia. Memang dirinya hadir di masa depan Nean, tetapi Kezia ada sangkut pautnya dengan Luna tanpa gadis itu sadari.

Kelakuan Kenzo kepada adiknya juga juga ada sangkut pautnya dengan Luna.

Denzel mengetahui hal tersebut karena dia merupakan saksi bisu kehidupan Nean kala itu, walaupun umurnya masih dibilang sangat muda sekali waktu itu. Denzel bisa berpikir layaknya orang dewasa.

"Bagi gue belum tepat buat lo tahu siapa Luna," kata Denzel lirih hingga Kezia menengok ke arahnya heran.

"Emang kenapa?" tanya Kezia antusias.

"Luna lebih cakep dari lo," kata Denzel asal jeplak, Kezia langsung mencebikkan bibirnya ke arah Nean kesal lalu membuang mukanya.

Ternyata dia salah berbicara lagi, sekarang Denzel memaklumi sikap Nean kepada Kezia yang terkadang selalu menggeram marah, karena memang harus ekstra sabar menghadapi gadis yang polosnya udah tidak ada obatnya.

"Maaf gue bercanda," kata Denzel menggaruk tengkuknya tidak gatal.

"Aku lagi sedih,Denzel," kata Kezia menundukan wajahnya memandang kakinya yang bergerak ke depan dan belakang dengan posisi menyilang.

"Kan gue udah-,"

"Nean ngajak aku ke mall terus ke pasar malam, awalnya aku seneng. Tapi dia bilang mau ngelepasin aku, dulu aku emang pengen pergi dari Nean. Kenapa sekarang rasanya sangat sedih sekali, Zel. Aku nggak ngerti apa yang sebenarnya terjadi dalam dirinya Nean," kata Kezia, Denzel mengerti pembicaraan ini mulai serius.

Setiap kata lolos dari bibirnya membuat Nean tergejolak kaget. Dia mendengarkan ucapan Kezia yang tidak membuat dia sepenuhnya percaya terhadap Kezia, Nean tidak akan semudah itu untuk melepaskan apa yang menjadi milinya.

Perlu diketahui, sebelum Nean memenangkan mati-matian di balapan liar hanya untuk mendapatkan Kezia, itu tidaklah mudah. Butuh perjuangan dan keinginan yang sangat besar.

Sebelum Kezia menjadi milik Nean pun, cowok itu selalu mengikuti, dan memperhatikan Kezia dari kejauhan. Hanya untuk mendapatkannya, hanya ingin mengetahui seberapa besar keinginannya memiliki Kezia.

The Cruel BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang