BAB 22

15K 1.1K 56
                                    

Kezia terbangun saat hari sudah berganti menjadi matahari. Dia tertidur dengan keadaan menangis meratapi nasibnya, di sisi ranjang. Tubuhnya merasa sangat pegal dan nyeri karena kebas, kepalanya juga berdenyut nyeri.

Ingatannya kembali ke tadi malam saat Tisella membawa baju Nean sebagian di lemarinya, ada rasa tidak menyukai akan tindakan Tisella. Mengingat Nean, tidak pulang ke apartemen seolah menghilang hanya di hadapannya.

Seharusnya Kezia merasa baik-baik saja, Nean pergi itu adalah keingannya sejak dulu. Kini dia seharusnya tersenyum senang akhirnya bebas dari jeratan iblis.

Kenapa rasanya menjadi sebaliknya dan menyakitkan.

Kezia melirik jam dinding, menunjukan jam delapan. Dia harus segera ke kampus, jam sembilan dirinya ada kelas, dia akan berusaha bangkit.

Melupakan rasa sakit ini, terjebak dalam perasaan salah terhadap seseorang membuat dirinya tersiksa. Kezia harus bangkit walaupun tidak ada orang yang menguatkan di sisinya, keluarga, teman, dia tidak mempunyai semuanya.

"Ayo kamu bisa, Kez," gumam Kezia mencoba tersenyum menguatkan.

***

Di kampus akhirnya Kezia berusaha sekuat tenaga untuk fokus terhadap kuliahnya, akhirnya dia berhasil walau tidak jarang dia melamun. Dia harus menyelesaikan studinya agar bisa pulang ke rumah, atau setidaknya dia akan pergi keluar negeri bersama nenek dan kakeknya di sana.

Dia merasa di sini tidak mempunyai siapa-siapa, tidak ada yang bisa dia percaya. Kini dia berada di perpustakaan membaca beberapa referensi dengan begitu serius, sampai pundaknya di sentuh seseorang. Cowok itu duduk di depannya, memperhatikan Kezia sangat serius.

"Ternyata nongkrong di perpustakaan enak juga," kata Alex dengan suara agak keras, hingga mengundang orang-orang menatapnya tidak suka.

"Apa lo?! Belajar ya belajar aja, yeuh goblok!"

Kezia menggelengkan kepalnya melihat kelakuan Alex. "Jangan berisik, Alex."

"Terserah gue lah," katanya cuek lalu mengamati Kezia yang sibuk dengan buku-buku tebal. "Tugas akhir lo udah beres?" tanyanya memperhatikan.

"Belom," katanya mendesah kesal, mengeluarkan suara manja tanpa dia sadari.

Alex terkekeh karena merasa gadis di depannya sangatlah menggemaskan, ada gadis sepolos Kezia ternyata di dunia ini. Sejauh ini dia hanya mengenal gadis nakal dan bisa ditebak seperti apa pergaulannya.

Kezia merasa pusingnya belum mereda, dia memang tidak memberikan asupan apapun sejak pagi tadi. Ditambah sejak tadi dia merasakan lambungnya tidak mengenakan sama sekali, Kezia menahannya sekuat tenaga dan mencoba untuk bersikap biasa saja. Hanya saja gerak tubuhnya dibaca oleh Alex yang tahu akan kelakuannya, wajah pucat itu tidak dapat dibohongi.

"Lo lagi sakit?" tanya Alex, Kezia menggelengkan kepalanya keras.

"Tidak, aku tidak merasakan sakit. Mungkin kepala aku sedikit sakit karena terlalu banyak membaca," keluhnya dengan berbohong, ternyata Alex percaya dengan kebohongannya.

"Makan dulu mending, jangan otak mulu dipikirin, tapi lambung lo juga," kata Alex ketus, namun dalam perkataannya seperti ada nada cemas kepada Kezia. Cewek itu hanya mengedipkan-ngedipkan matanya lucu mendengarkan nada ketus cowok tersebut.

"Entar aja deh," katanya tersenyum manis, Alex langsung mengalihkan pandangannya.

Tangannya terkepal dengan kuat, dia menahan sesuatu dalam dirinya untuk mengatakan sesuatu. Dan berusaha mengalihkan topik mereka.

The Cruel BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang