BAB 12

17.5K 1.1K 22
                                    

Kezia mencoba tertidur dengan nyenyak, untuk pertama kalinya Kezia merasakan ketakutan seperti awal bertemu dengan Nean. Cowok itu kembali memperlakukannya dengan kasar dan menyiksa batin lewat verbal.

Setelah beberapa lama hanya perkataan dingin dan menusuk, Kezia merasa lega karena setidaknya ini lebih baik dari pada sebelumnya. Dia ingin pergi tetapi Nean mencoba menariknya kembali, karena saat dia berusaha mencoba lepas sesuatu yang tidak ingin terjadi di depan matanya. Kenzo, kakaknya kecelakaan motor karena sabotase dilakukan oleh Nean.

Ancaman Nean tidak pernah bohong dan main-main. Kezia tidak ingin sesuatu yang lebih buruk terjadi.

Dia menangis di tengah malam, meringkuk dalam selimbut tebalnya. Rasa ingin memejamkan mata sudah tidak ada lagi, dia hanya ingin menangis. Meratapi nasib malangnya karena hidup dalam genggaman seseorang yang tidak pernah dia kenal baik pada awalnya.

Kezia merasakan hancur ingin seperti sedia kala, keluarga yang masih hangat dan kakak yang menjaganya. Semua berubah dalam kedipan mata saja.

Hingga suara pintu sudah terbuka, celah cahaya dari ruangan luar menerangi gelapnya kamar. Seorang cowok hanya dengan celana panjang dan kaus bewarna putih menghampiri ranjang lalu duduk samping Kezia. Gadis ini pura-pura tertidur, hingga merasakan usapan kepalanya di rambut dengan lembut.

"Lo masih belum tidur, gue tahu," kata Nean membuat Kezia membuka matanya dan bangkit.

Duduk di ranjang dengan mata yang sudah menatap mata elang itu yang sangat tajam dan seolah menikam lewat sorot mata.

"Kenapa?" tanya Kezia dengan suara pelan, menelan rasa takut dan kesedihan dengan berusaha kuat.

"Kenapa apanya?"

"Kamu, buat aku menderita. Disaat keluarga aku hancur, kamu datang. Bukan sebagai penolong, tapi merusak," kata Kezia dengan satu tetes air mata yang berhasil lolos walau di tahan sekuat tenaga.

"Kenpa kamu gak mau ngelepasin Kezia?" tanyanya dengan pelan.

Nean mengepalkan tangannya dan mengangkat dagu gadis di sampingnya dengan lembut. Tetapi tatapan mata itu masih sangat tajam, namun bagi Kezia mata itu menatapnya teduh tanpa ada sorotan intimidasi. Namun Nean tetaplah seorang pria yang kejam, kadang terlihat baik, dan kejam diwaktu bersamaan.

Tidak mudah menebak bagaimana watak pria ini.

"Gue nggak bakal ngelepasin lo," katanya pelan di kuping Kezia, tersirat makna yang sangat dalam dan tidak bisa diganggu gugat.

Kezia merasa lemas mendengar semua kebenaran itu, dia ingin lepas dari jeratan iblis seperti Nean. Namun, apa daya jika sang iblis telah mengurungnya tanpa diberi kesempatan untuk bernapas.

"Kalau begitu aku pengen kamu jangan nyiksa aku kayak tadi!" kata Kezia dengan nada permohonan.

"Itu masalah simpel, tapi lo langgar aturan gue."

"Kezia hanya dianterin sama Ray dan itu nggak lebih, Nean," elak Kezia dengan keras.

"Terserah," katanya lalu duduk di kursi tidak jauh dari ranjang tempat tidurnya.

Pria itu diam memikirkan sesuatu, agar tidak banyak laki-laki yang mendekati Kezia-nya Nean akan melakukan segala cara. Dia tidak ingin hati Kezia dimiliki oleh pria lain, harus dia dan tidak ada yang boleh membuat Kezia merasa nyaman dengan yang lain.

Pikirannya yang berkecamuk terhenti disaat Nean mendapatkan telepon dari seberang sana, lalu dia bersiap-siap untuk pergi saat malam telah larut seperti ini. Dia menghampiri Kezia dan mengecup keningnya begitu lama.

"Gue keluar ada urusan, nanti gue balik," katanya mengusap kepala Kezia lalu pergi meninggalkan Kezia di apartemennya.

Sendirian, dalam gelap dan sunyi seperti biasanya, disaat dia belum masuk ke dunia Nean dia sudah terbiasa akan rasa sunyi. Kalaupun Nean tidak akan pernah kembali pulang Kezia tidak akan mengkhawatirkan pria itu, rasa takut dan benci mungkin sudah tumbuh menjadi satu bagian kecil dalam hatinya.

The Cruel BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang