BAB 15

17.4K 1.1K 47
                                    

"Siapa yang nggak kenal lo, Kezia primadona kampus dari Fakultas Teknik Kimia. Pacarnya yang super duper idola dulunya di sini," kata Tisella dengan terkekeh, hanya saja senyuman itu berbeda seperti ledekan baginya. Mungkin hanya perasaan Kezia saja, dia baru saja mengenal Tisella.

"Gue balik dulu, selamat menikmati makanan lo, kapan-kapan kita bertemu." Tisella lalu pergi meninggalkan Kezia dengan mengangkat telepon dari seseorang. Gadis itu terlihat bar-bar.

***

Kezia lupa hari ini dia akan pergi ke toko buku yang jaraknya lumayan jauh dari kampus. Sekalian dia ingin berbelanja sesuatu ke mall di seberang toko. Kini dia sedang mencari buku yang dia cari, sampai dia menemukannya di jajaran paling atas. Senyuman Kezia mengembang, dia kemudian mencari pegawai laki-laki agar membantunya untuk membawakan buku. Tapi, dia tidak melihat ada yang berjaga di sini.

Dengan terpaksa dia langsung mengambil bukunya, berjinjit mati-matian untuk meraih benda itu. Kezia bukan tipe cewek pendek, tinggi dia begitu ideal dengan tubuh ramping bak model. Tapi jika dia dalam keadaan seperti ini, rasanya dia seperti orang paling pendek. Sampai ada satu tangan yang membantunya, Kezia bisa merasakan hembusan napas dan punggungnya yang bersentuhan.

"Bilang kalau lo butuh bantuan," katanya memberikan buku itu kepada Kezia. Siapa lagi kalo bukan Alex, Kezia sedikit menjaga jarak dan gerak tubuh gadis itu dapat dibaca oleh Alex. "Gue nggak bakalan aneh-aneh kok."

"Ngapain kamu ke sini? Ngintilin Kezia yah?" tanya Kezia dengan wajah panik.

"Salah mulu gue di mata lo, gue cuma bantu. Dan lo kalau punya telinga pake baik-baik, lo denger gue kan pernah bilang minta maaf sama lo? Apa maaf gak ngaruh juga biar lo sadar kalo gue nyesel? Tuhan aja Maha Pemaaf. Lo manusia kecil tapi angkuh banget, dan denger yah perkataan gue ini," Axel terus mendekat, tidak memberikan jarak dengan Kezia hal itu membuat degup jantung Kezia berdetak dan ketakutan.

"gue nggak pernah bilang minta maaf dua kali sama orang."

Sebelum Alex pergi membawa bukunya dia mendengar ucapan Kezia, "Aku maafin kok."

"Kalau gitu gue traktir lo beli buku," katanya berbalik menatap Kezia yang sedang gugup enggan menatapnya.

"Engga usah, aku bisa bayar sendiri." Alex mengela napas jengah, memang Kezia adalah gadis yang teguh pada pendiriannya.

Alex membalikan tubuhnya namun dia tercenung melihat seseorang, tentunya tidak sendirian. Cowok itu sedang berjalan bersama seorang gadis yang bergelanjut manja di tangan kekar Nean. Nean hanya diam melihatnya, ini sudah kurang ajar.

Alex mengira jika Nean sudah berubah, keduanya berjalan mendekati Alex yang tidak jauh dari Kezia. Buru-buru cowok itu menarik tangan Kezia dengan cepat.

"Ikut gue sebentar," katanya membawa Kezia ke bagian buku-buku tentang kedokteran.

"Kamu mau macem-macem?!" tanya Kezia dengan panik, suaranya sedikit kencang membuat Alex harus mengintruksi dia harus diam.

Dia menempelkan jari telunjuknya ke depan mulut, pertanda dia harus diam.

"Gue nggak mau macem-macem sumpah."

"Terus ngapain ajak aku ke pojok."

"Itu apa.. mantan gue, di sana ada mantan gue. Tolongin gue, gue nggak mau lihat dia."

"Terus apa masalahnya? Kenapa kamu bawa aku?" tanya Kezia karena tidak mengerti akan jalan pikiran Alex.

"Gue refleks, soalnya," Alex menjeda perkataannya mencari kebohongan agar Kezia tidak curiga, walaupun dia tahu gadis itu sangat polos. "Gue ngerasa ngenes kalo sendiri."

The Cruel BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang